Termination (Part 4)

654 65 3
                                    

25 Maret 2021| 00.25 WIB

***

"Gul-fh uhuk.. shhhsss.. ahh.." Mew terus menerus meringis merasakan punggungnya yang bersarangkan timah panas.

"Sebentar lagi sayang.. sebentar lagi kita sampai.." Gulf berusaha menenangkan Mew ditengah kepanikannya.

Gulf mengendarai mobilnya sangat cepat, ia tidak memperdulikan semua pengendara yang memaki keanarkisannya, yang ia butuhkan hanya sampai dirumah sakit. Selama melajukan mobilnya, Gulf terus menerus membatin makian kasar kepada Tul, menyumpah serampahi bos mafia itu karena telah menembak kekasihnya.

Perasaan panik, marah, dan takut terus menghantui fikiran Gulf. Ia panik karena Mew punggung Mew terus menerus mengeluarkan darah, ia marah karena Tul telah menembak Mew didepan matanya, dan ia takut akan kehilangan Mew ditengah perjalanan ini. Gulf sudah tak memperdulikan apapun, bahkan keselamatan dirinya pun sudah tak terpikirkan dibenaknya.

Seketika air mata berlinang dipipi Gulf, tiba-tiba saja pikirannya mengawang kebeberapa bulan sebelum hari ini terjadi. Saat pertama dimana Gulf memberitahukan suatu rahasia besar yang ia miliki, lalu dengan bodohnya Gulf mengajak Mew masuk kedalam lubang hitam itu tanpa memikirkan hal yang akan terjadi dikemudian hari.

***

[4 Bulan Lalu]

Gulf dan Mew berjalan dengan tergesa-gesa memasuki sebuah gedung usang setelah mereka terbebas dari kejaran beberapa orang yang mendengar suara teriakan seorang wanita tua, siang itu mereka tengah mencuri beberapa dompet disebuah pasar tradisional.

Kehidupan Gulf dan Mew bisa dikatakan bergantung dari seberapa banyak mereka mencuri dompet disetiap harinya, berkat keterampilan tangan Mew dan sedikit drama tabrak menabrak yang diperankan oleh Gulf, akhirnya mereka bisa mendapatkan beberapa dompet yang entah berisikan banyak atau sedikitnya uang.

Biasanya dalam menjalakan misi, Mew sangat handal mengambil dompet-dompet itu dari dalam tas atau saku celana korbannya. Namun sial, hari ini aksi Mew dan Gulf diketahui oleh seorang wanita tua yang sedang berdiri dibelakang mereka, lalu pada akhirnya kegaduhan pun tercipta melalui suara teriakan wanita tua itu.

"Bangsat.. hhh.. hhh.. pake ketawan lagi!" Keluh Gulf sembari mengatur napasnya yang tak beraturan.

"Hhh.. sialan!" Mew ikut mengujarkan rasa kesalnya.

Seketika Gulf mendudukan tubuhnya diatas lantai yang berdebu, sementara Mew menyandarkan punggungnya pada dinding yang berada dihadapan Gulf. Keduanya sama-sama terdiam sembari mengatur nafas, aksi kejar mengejar tadi begitu menegangkan.

"Kok bisa ketahuan?!" Tanya Gulf kesal.

"Aku gak sadar kalau ada ibu-ibu dibelakangku." Jelas Mew.

"Ceroboh!" Ejek Gulf singkat.

Gulf bangkit dari lantai dan berjalan kearah jendela yang sudah lapuk, ia mengambil sebatang rokok yang agak mengeluk dan sebuah alat pemantik didalam saku celananya, lalu diletakan batangan nikotin itu diperpotongan bibir dan dibakarnya. Ia menyesap kuat asap rokok itu hingga memenuhi rongga dadanya, lalu dihembuskan secara perlahan ke udara sembari menikmati kepulan asap yang keluar dari mulut dan hidung bangir miliknya.

Gulf sudah sangat kesal dan lelah dengan pekerjaannya saat ini.

"Kita harus berenti." Ujar Gulf tiba-tiba.

Seketika Mew menoleh dan menatap Gulf heran, "Terus kita beli makan pake apa?"  Tanya Mew karut.

"Kita gak bisa kaya gini terus Mew! Aku gak mau terus-terusan dikejar warga kalo kita ketawan lagi kaya tadi. Capek!" Titah Gulf tegas.

The Last ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang