(Part 5)

745 95 7
                                    

25 Maret 2021| 01.25 WIB

Gulf menyeka air matanya dengan punggung tangan, disela-sela kepanikan ia berusaha sekuat mungkin mengembalikan fokusnya meskipun pikiran Gulf sedang mengawang tak karuan. Tanpa mengurangi kecepatan laju mobilnya, Gulf terus menggengam tangan Mew dengan erat, menguatkan kekasihnya hingga sampai kerumah sakit.

Setelah melawan peraturan dasar lalu lintas, akhirnya Gulf sampai didepan halaman IGD rumah sakit. Ia langsung turun dari mobil dan berlari kesisi mobil lainnya untuk menurunkan Mew. Dengan sekuat tenaga Gulf menggendong Tubuh Mew yang sudah bersimbah darah kedepan pintu IGD dan langsung membuka pintu utama dengan kasar.

"Dokter.. hiks.. Suster.. Tolong! Hiks.." Mohon Gulf disela tangisnya.

Sontak seisi ruangan menjadi gaduh, para suster langsung menghampiri Gulf dan Mew, lalu dengan cepat mereka membawa brankar dorong dan meletakkan Mew diatasnya. Para suster berlari mendorong branker keruang operasi, Gulf mengikuti mereka hingga akhirnya ia dicegah oleh seorang suster agar menunggu didepan ruangan.

Gulf yang panik hanya bisa berpasrah, ia duduk dikursi rumah sakit sambil menangis lirih, Gulf terus menerus memanggil nama Mew sembari berdoa pada Tuhannya agar kekasihnya selamat. Gulf benar-benar takut kehilangan Mew, ia sangat mencintai Mew.

"Mew.. please kuat.. aku disini nunggu kamu.. please tetap hidup Mew.." Titah Gulf mengawang.

Gulf menunduk dalam, air matanya mengalir deras, batinnya terus menerus melantunkan doa-doa untuk keselamatan Mew.

"Jangan tinggalin aku.. jangan Mew.. aku mohon.."

Sekuat tenaga Gulf menahan isakkan tangisnya yang sewaktu-waktu bisa saja pecah, ia berusaha untuk lebih tenang dan berpasrah pada Tuhan dan orang-orang yang berada didalam sana untuk menyelamatkan Mew.

Selang beberapa saat, seorang suster keluar dari ruang operasi, lalu ia menghampiri Gulf dan menyapanya. "Tuan, bisa ikut saya sebentar ke resepsionis?"

Dengan sigap Gulf mengangkat kepalanya dan berdiri, "I-iya, baik sus.."

Keduanya berjalan dengan cepat, lalu sesampainya didepan resepsionis sang suster berbicara dengan suster lainnya dan meminta sebuah berkas persetujuan. Setelah berkas itu diberikan, sang suster langsung menyampaikan tujuannya.

"Maaf pak, pasien harus segera di operasi karena pelurunya bersarang dipundaknya dan mulai menghambat aliran darah dan sistem motoriknya. Jika dalam waktu dekat pasien tidak dioperasi, ia bisa kehabisan darah dan kehilangan nyawanya. Kami hanya minta tanda tangan bapak untuk menyetujui operasi dan kami akan segera melakukan operasi karena dokter spesialis sudah dalam perjalanan." Jelas sang suster panjang lebar.

Tanpa berpikir panjang, Gulf langsung mengangguk dan meraih pulpen dari tangan suster itu. Ia menandatangi berkas tersebut dengan tangan yang gemetar hebat, "Tolong.. selamatkan dia suster.." Titah Gulf memohon lirih.

"Kami berusaha yang terbaik untuk pasien." Balas suster menenangkan.

Setelah sang suster mengembalikan berkas, ia bergegas kembali keruang operasi. Gulf mengikuti suster itu dari belakang hingga sampai kedepan ruang operasi, lalu ia kembali duduk didepan ruangan sembari menatap pintu ruang operasi dengan penuh harap.

"Aku mohon tetap hidup ya sayang.. aku menunggumu disini. Aku mohon Mew.. aku mohon.."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang