36. 🏔️Escape

987 272 60
                                    

"Ibu! Ayah!"

Lorelie berlari menapaki bongkahan es setajam belati yang menyelimuti hampir keseluruhan koridor menuju balairung yang beku. Benaknya masih menampilkan adegan mengerikan di masa lalu saat Andromeda Aerendyl menyerang kerajaannya dan mengutuk kedua orang tuanya. Hari di mana Lorelie harus menerima mantra sang ibu untuk pertama kalinya yang membuat sosoknya menjadi separuh duyung. Lorelie tak dapat menampik jika kala itu ia sangat marah atas perlakuan sang ibu, tetapi selanjutnya ia mafhum karena ramuan itu adalah pelindung baginya. 

Tubuh peri perempuan itu menggigil saat jaraknya dengan patung es kedua orangnya hanya tinggal beberapa langkah lagi. Emosi yang nyaris meledakkan rongga dadanya membuat sepasang tungkainya melemah hingga jatuh berlutut sebelum menyentuh sepasang patung es itu. Sebelah tangannya terulur gemetaran, sementara isaknya pecah tak terbendung.

"Apa yang harus kulakukan ...." gumam Lorelie di tengah-tengah tangisnya. Ia merangkak pelan mendekati patung es, kemudian dengan gerakan dramatis memeluknya penuh kerinduan.

Beberapa saat lamanya balairung hancur yang membeku itu hanya memantulkan gema tangisan lirih Lorelie, sementara garis-garis cahaya samar menerobos dari celah lorong di luar Balairung. Dingin yang semula terasa menggigit kulitnya telah teralihkan sepenuhnya oleh rasa sakit yang memenuhi rongga dada. Meski wajah kedua orang tuanya hanya berupa pahatan es dengan ekspresi ngeri yang kaku, tetapi di mata Lorelie raut itu berhasil menyeretnya pada kejadian nahas yang coba ia lupakan di masa lalu.

Selain patung kedua orang tuanya yang berada dalam posisi berlutut dan berdekatan, beberapa patung prajurit pun terserak kaku dalam kondisi yang memantik iba. Beberapa terlihat terkapar di lantai marmer beku dengan reruntuhan yang nyaris menghancurkan tubuh, sementara sebagian terlihat dalam ekspresi meregang nyawa. Kematian dan kesakitan itu seolah abadi dibekukan oleh kutukan.

Lorelie mengusap genangan air mata terakhir yang meleleh di pipinya. Tubuhnya telah berhenti gemetaran dan ia berusaha untuk tetep kuat. Tangisan tidak akan mengubah apa pun. Tidak juga akan menghancurkan kutukan yang membekukan seluruh Agrodimor. Perlahan, peri perempuan itu memaksa sepasang tungkainya berdiri, meneguhkan hati, meski ke mana pun ia membuang pandangan kematian dan kesakitan itu ada di mana-mana. Hal pertama yang harus dilakukannya adalah mencari jalan keluar dari tempat itu. Ia harus mencari cara dan bantuan untuk menghancurkan kutukan itu, alih-alih tertawan dalam kesia-siaan.

Di antara bongkahan es, patung beku dan reruntuhan yang nyaris memutih, pandangan Lorelie menyisir mencari sesuatu yang dapat dijadikan senjata. Kejernihan pikirannya telah kembali saat tekad di dalam dadanya kembali berkobar. Ia memerlukan sesuatu sebagai senjata agar bisa keluar dari tempat itu hidup-hidup. Beberapa detik kemudian tatapannya bertumpu pada sebilah pedang yang nyaris tersembunyi pada salah satu ceruk di antara bongkahan es. Jaraknya tak lebih dari dua lengan peri dewasa. Gagang senjata itu diselimuti es, hanya bilahnya yang sekilas berkilauan oleh cahaya samar ruangan.

Dengan langkah gegas, Lorelie bangkit, menghambur ke arah pedang itu. Bongkahan es dan waktu telah membuat ujung pedang itu tertanam lekat di atas permukaan lantai marmer yang diselimuti es, sehingga butuh sedikit usaha untuk mencabutnya. Mengabaikan segenap rasa dingin tajam di telapak tangan saat menyentuh gagang pedang, Lorelie akhirnya berhasil memperoleh senjata itu. Retakan kecil menjalar dari celah di antara bongkahan tempat semula pedang itu berada, menjalar hingga ke bawah kakinya, tetapi tidak ada apa pun terjadi setelahnya.

Peri perempuan itu lantas berbalik, setelah sekilas melayangkan pandangan terakhir kepada patung es ayah dan ibunya. Langkahnya bergema dalam Balairung yang beku itu. Akan tetapi, belum lagi ia melangkah lebih jauh, bunyi ketukan sepatu di atas permukaan es datang dari lorong yang membentang di hadapannya. Lorelie sontak menghentikan langkahnya dan menunggu dengan waspada.

Faeseafic: Adventure of the Cursed Prince [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang