🍀Part 21🍀

74 26 0
                                    

Hari sudah malam tapi sherly masih saja terduduk disofa kamar yang dulu dia tempati, baru saja ingin beranjak sebuah tangan kekar sudah melingkar indah dipinggang rampingnya.

"Sayang kamu terus mengabaikanku sejak kita dikamar" ucap justin menyimpan kepalanya dibahu sherly.

"Siapa bilang? Mas bertanya aku selalu menjawabnya" protes sherly.

"Sayang i miss youuu" rengek justin mengehentakkan kakinya membuat tubuhnya ikut tergoyang.

"Aku sudah mendengar itu sedari tadi" ucap sherly malas. Justin yang merasa kesalpun berdiri dan mendorong sherly hingga tertidur disofa.

"Katakan jika kamu sudah tidak mencintaiku jangan bersikap seperti ini" ucap justin menumpukan tangannya disisi sisi sherly mengunci pergerakan sherly.

"Apa yang mas bicarakan, awas aku ingin kebawah" ucap sherly berusaha terduduk namun apalah daya jika tenaga justin lebih kuat dibanding dirinya yang kecil ini.

"Apa kamu mencintaiku?" Tanya justin merubah tatapannya menjadi melembut.

"Itu tak perlu ditanyakan" ucap sherly menolehkan kepalanya kesamping.

"Haruskah aku mengatakannya sekarang? Aku mencintaimu, bahkan lebih dari aku mencintai semua yang aku miliki, jika kamu berpikir aku masih sama seperti dulu, lihat mataku, apa mata ini masih sama saat melihatmu dengan tatapan nafsu? Apa mata ini masih sama saat melihatmu menjadi orang lain? Katakan semua yang ingin kamu katakan jangan menahan semuanya dan bersikap tak peduli padaku, karna aku tak bisa terus seperti ini" suara justin terdengar lemah namun penuh penekanan disetiap kalimatnya, matanya masih menatap sherly yang masih tetap diposisinya.

"Aku tak bisa mengucapkannya sekarang" ucap sherly mengambil nafasnya dalam dalam saat justin semakin dekat dengan wajahnya.

"Lihat mataku sayang" ucap justin, mau tak mau sherly menatap mata justin.

"Apa semuanya sungguh? Aku hanya melihat tatapan ketulusan disana"

"Apa kamu masih tak mempercayaiku?" Tanya justin menatap lekat mata sherly.

Sherly masih terdiam menatap manik justin, tangannya menjulur memegang tekuk justin, dia menekan tekuk justin hingga lips mereka bersatu dengan sempurna.

Sherly memejamkan matanya dan semakin mencium bibir justin dengan lembut, ada sesuatu berdesir saat dia mencium seorang pria saat sudah lama dia tak melakukannya.

Justin ikut memejamkan matanya mengikuti permainan sherly, rasanya berbeda saat dia benar benar membuka hatinya penuh.

Sherly melepaskan tautannya lalu menatap justin.

"Apa mas benar benar berpikir jika aku tidak mencintai mas?" Tanya sherly menatap justin dengan serius.

"Bisa saja kamu sudah mencintai pri.."

Cup

"Apa jawabanku tidak meyakinkan?" Tanya sherly memotong perkataan justin.

"Tidak seperti.."

Cup

"Aku harus seperti apa untuk mas meyakini?"

Justin berdiri lalu menuduk menatap sherly yang sudah terduduk.

"Bukan seperti itu sayang, bisa saja kan kamu mencintai pria lain untuk menggantikan posisiku, apa lagi sudah sangat lama kita tidak bersama, terlebih lagi kamu sangat cantik, lelaki mana yang tidak ingin meminangmu sayang? Aku saja hampir gila hanya untuk mendapatkanmu kembali" jelas justin mengeluarkan semua kata kata yang ditahannya sejak tadi.

Sherly berdiri menghadap justin, matanya menatap lembut suaminya itu.

"Bahkan hati ini akan selalu menjadi milikmu hingga aku menghembuskan nafas terakhirku nanti, mata ini akan selalu menatapmu setiap saat, tangan ini akan selalu mengusap keringatmu, kaki ini akan selalu berjalan lurus menuju kearahmu, bibir ini akan selalu mengucapkan kata kata semangat untukmu, dan dekapan ini akan selalu menjadi tempatmu jika kamu sedang merasa putus asa" sherly mendongak menatap suaminya membuat justin sedikit menunduk untuk menatap istrinya yang hanya sebatas lehernya.

|| 𝐈'𝐦 𝐍𝐨𝐭 𝐇𝐞𝐫 || End ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora