Part 38 | Grizelle's Diary

85.2K 7.2K 225
                                    

Jika kalian berkenan silahkan membaca cerita baru saya, Terimakasih.

.          .         .

Edric baru saja sampai di Mansion setelah perjalanan kurang lebih empat puluh lima menit, beruntung tadi jalanan tidak begitu macet jadi dirinya dapat sampai di Mansion lebih awal.

Edric masuk ke dalam Mansion dan ia dapat melihat Felix yang sedang duduk di bangku sofa, lelaki itu berdiri dan pamit kepada dirinya.

"kau ingin kemana?" tanya Edric pada Felix dengan bingung.

"saya disuruh nyonya Grizelle untuk menjemput tuan muda Asher dan Elvan" setelah menjawab itu Felix segera keluar dari Mansion menyisahkan Edric yang terdiam di tempat.

Edric melangkahkan kakinya menuju lantai dua yang dimana ia dapat melihat pintu kayu jati itu terbuka lebar, entah dorongan dari mana dirinya melangkahkan kaki menuju tempat tersebut.

saat sudah sampai di depan pintu kayu jati, Edric melihat istrinya yang sedang duduk santai di salah satu bangku yang berada di ruangan ini.

istrinya menatap ke arahnya dengan senyum manis, senyum yang dirinya dapat pastikan memiliki lidah dan bibir yang tajam dalam berucap nanti.

"selamat datang Mas suami" sapa Grizelle dengan suaranya yang penuh penekanan.

Grizelle berjalan ke arahnya, namun sebelum itu ia menutup pintu kayu jati tersebut dan menguncinya dari dalam.

"apa kau tau Mas suami, aku baru saja membaca surat cinta dari mantan kekasihmu itu. kalau tidak salah baca namanya Anna, setiap kata yang tertulis dalam surat itu sangat manis sekali. apa kau ingin aku membacakan satu persatu surat darinya?" tanya Grizelle masih dengan senyum manis di wajahnya.

"oh ya, tadi aku juga melihat ada cetakan tangan kalian. namun sayangnya sudah aku buang karena itu terlihat begitu menjijikan dan membuat mataku sakit" ujar Grizelle.

"Edric, kenapa ruangan seindah ini tidak boleh di kunjungi oleh siapapun? apakah kau ingin menikmati ruang seindah ini sendirian? padahal jika kau mengajakku ke ruangan ini aku pasti sangat suka" ujar Grizelle kembali, Grizelle melihat reaksi Edric yang masih terdiam di tempat dengan tatapan mata sedikit tegang.

"kau lihat lukisan ini, bukankah ini dirimu? kau terlihat sangat tampan di lukisan ini. dan lihat lah wanita yang berada di sampingmu ini. kau memegang pinggangnya dengan begitu erat, terlihat sangat serasi dan cocok. namun sayang kalian tidak di takdirkan bersama" Grizelle menaruh lukisan itu di lantai dan mulai menginjaknya.

"lukisan ini jauh lebih indah jika di pajang di lantai dan di injak seperti ini" ucap Grizelle berhasil membuat Edric bereaksi, Edric mendorong tubuh Grizelle pelan dan mengambil lukisan itu.

lukisan ini memiliki kenangan tersendiri antara dirinya dengan orang lain, dan kenapa dengan seenaknya Grizelle malah menginjak lukisan ini.

"Berani sekali kau menginjak lukisan ini" ucap Edric dengan marah, Edric bahkan menekan setiap katanya seperti menahan amarahnya.

"kenapa? apa kau tak rela jika lukisan ini aku injak-injak?" tanya Grizelle dengan tersenyum sinis, saat ini Grizelle senang karena berhasil memancing emosi Edric.

"aku tidak masalah jika kau menghancurkan semua barang yang berada di ruangan ini, namun tidak dengan lukisan ini. lukisan ini adalah karya sahabat karibku, dan aku pernah berjanji untuk tidak merusak lukisan ini" jawab Edric dengan jujur.

ini adalah karya pertama dari sahabat karib Edric yang sekarang sudah menjadi seniman terkenal di dunia, itulah kenapa Edric tidak suka melihat lukisan ini di rusak oleh orang lain.

Grizelle's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang