6. Untung Rasti

12K 1.4K 51
                                    

Rasti pulang ke rumah majikannya dengan langkah gontai. Setelah perbincangan dengan Mbok Min barusan, Rasti tidak yakin jika Ayu mau diperkenalkan dengan majikannya. Rasti juga enggan memaksa gadis Ayu untuk menuruti kehendaknya. Dia juga tidak tega melihat wajah Ayu yang tampak cemas ketika dirinya sedikit memaksa untuk berkenalan dengan Said. Ditambah Mbok Min yang ikut melarangnya. Jadi, Dia harus merelakan uang yang dijanjikan Said hangus begitu saja.

Tapi ternyata apa yang dipikirkan Rasti salah. Ketika hendak membuka pintu kamarnya, dilihatnya ada sebuah amplop tebal warna coklat yang bertuliskan 'buat Rasti DA' tergeletak di atas meja konsul yang berada di samping depan pintu kamarnya. Tentu saja Rasti sangat terkejut dengan apa yang dia lihat.

Setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, Rasti langsung mengambil amplop itu dan membawanya ke dalam kamar.

"Waduh! Beneran dikasih duapuluh juta ini. Duh Gusti..., gimana ini. Wong Ayune belum mau kenalan," gumam Rasti cemas saat membuka isi amplop. Dia benar-benar bingung dengan keadaannya sekarang. Sudah terbayang di benaknya wajah murung majikannya ketika mengetahui bahwa Ayu tidak ingin diajak kenalan.

Dilihatnya sekali lagi uang itu. "Duh..., gimana ini, duit semua ini. Kok aku deg-degan. Wong aku nggak maling. Duh, piyeee," Rasti sangat tergoda melihat setumpuk uang merah itu. Ingin rasanya dia langsung pergi ke mall mewah atau ke pusat perbelanjaan, atau sekadar jalan-jalan. Tapi hatinya luruh seketika mengingat wajah majikannya yang tampak mengharap bisa berkenalan dengan Ayu, sang anak tetangga.

Meski tidak begitu akrab dengan majikan, karena sang majikan yang kerap ke luar negeri, Rasti tetap bekerja dengan sepenuh hati. Dia tetap menganggap majikan dan keluarga majikannya --yang kadang berkunjung-- adalah keluarganya. Lagipula mereka juga sangat baik dan memberi perhatian yang cukup membuat Rasti enggan beranjak dari rumah itu dalam tiga tahun terakhir.

Rasti menghela napas berat. Karena merasa tidak mampu mengemban tugas dari majikan, akhirnya dia memutuskan untuk mengembalikan uang tersebut.

______

Said tersenyum melihat wajah Rasti yang tertunduk saat menyerahkan amplop darinya.

"Kamu sudah berusaha. Kamu ambil aja. Terserah mau kamu belikan apa. Saya hargai usaha kamu," ujar Said yang sedang duduk di depan meja kerjanya.

"Iya, Pak. Saya nggak tega. Terus terang tadi saya liat wajah Non Ayu cemas ketika saya sebut-sebut nama Bapak."

Said tertawa kecil mendengar alasan yang ke luar dari mulut Rasti.

"Yah. Nggak papa," ucapnya santai.

Rasti sedikit lega. Said tidak menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Sebaliknya dia tampak lega dengan apa yang sudah diutarakan Rasti. Menurutnya, paling tidak Ayu sudah tahu bahwa dirinya memang berniat ingin berkenalan dan mengajaknya 'berteman'. Yah, siapa tahu ke depan bisa lebih serius, begitu pikirnya.

"Saya permisi dulu, Pak Said..." pamit Rasti ketika menyadari Said tidak lagi berkata apa-apa dan mulai serius kembali menghadap ke komputernya.

"Oh ya. Silakan. Terima kasih banyak, Rasti. Semoga bermanfaat," ucap Said.

Sebelum menutup pintu ruang kerja majikannya, Rasti sempat mengamati wajah Pak Said. Dia cukup tertegun dengan wajah itu. Rasti baru menyadari Pak Said memang jarang terlihat senang selama ini. Kesibukannya yang luar biasa menyebabkan wajah pria itu agak tua dari umurnya yang masih sangat muda. Dan sambil mendekap amplop coklat yang berisi uang, Rasti tidak lupa mecetuskan doa-doa agar majikannya mendapatkan kebahagiaan yang dia cita-citakan suatu saat nanti.

______

Rasti yang sudah bersih, siap-siap menarik selimutnya. Sebelum tidur, seperti biasa dia memainkan ponselnya sekadar mengecek-ngecek akun media sosialnya dan group whatsap yang dia ikuti.

AYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang