Melarikan Diri

56 4 0
                                    

Di tempat p'Zee, aku berbaring di sofa empuk seorang diri, sementara jemariku sibuk bergerak di atas layar smartphone.

Yap, aku sedang bermain gim sekarang. Bukan hal baru memang, dan aku biasa melakukannya untuk bersenang-senang. Tapi kali ini, aku bermain gim untuk mengalihkan pikiranku dari p'Tom dan kekasihnya. Pantas saja aku merasa cepat bosan akhir-akhir ini dan tidak merasa senang sama sekali ketika memainkannya.

Aku tidak suka situasi ini, tapi hanya ini yang bisa kulakukan sekarang.

Sejak janji makan malamku dengan p'Tom gagal hari itu, aku selalu mencoba untuk menyibukkan diri. Entah dengan pekerjaan atau aktivitas lain---paling sering bermain gim.

Aku berusaha membuat diriku lebih mandiri, berharap bisa berdiri dengan kekuatanku sendiri walau tanpa p'Tom di sisiku. Tapi melakukan tidak semudah mengatakan. Buktinya adalah alam bawah sadar yang selalu membuatku memikirkannya saat aku jenuh, walau hanya beberapa detik.

Sejak hari itu, p'Tom tak pernah absen untuk menelepon atau mengirim pesan kepadaku. Namun, aku terus mengabaikannya karena merasa tak mampu menghadapinya dengan perasaan seperti ini. Aku tak ingin membuat situasi menjadi semakin rumit, tapi bagian terburuknya adalah aku tidak sanggup---atau lebih tepatnya belum sanggup---untuk melepas p'Tom maupun menerima p'New sebagai kekasihnya.

Aku tidak bisa menerima semua ini. Jadi, aku melarikan diri dan menghindarinya.

Aku bahkan tidak pulang ke kondo selama 1 minggu ini dan lebih memilih untuk menginap di tempat p'Zee atau p'Park. Kuminta mereka untuk tidak mengatakan apa pun kalau aku menginap di tempat mereka. Jadi, hubunganku dengan p'Tom seolah terputus begitu saja.

Rrrrr....

Sebuah getaran yang diikuti nada dering terdengar dari sebuah smartphone di atas meja. Smartphone p'Zee. Seseorang sedang berusaha untuk menghubunginya, tetapi p'Zee sedang mandi. Jadi, panggilan itu terabaikan sampai mati sendiri.

Satu menit berlalu dan panggilan itu kembali datang. Karena merasa terganggu, aku pun beranjak dari posisi rebahan untuk mengintip si penelepon.

Mungkin saja itu telepon penting, 'kan?

Namun, siapa sangka aku akan didatangi penyesalan ketika tahu siapa yang menelepon.

Benar, telepon itu dari p'Tom.

Kembali ke posisi semula, aku menyumpal telingaku dengan earphone, berusaha untuk mengabaikannya berapa kali pun telepon p'Zee berbunyi. Namun, aku tak bisa mencegah diriku sendiri untuk melirik jam dinding.

Pukul 09.10 pagi.

Pantas saja. Jam segini biasanya p'Tom datang ke kondoku.

Lagi, ponsel yang sempat terdiam kembali berbunyi. Ini keempat kalinya ponsel p'Zee berdering karena tidak ada yang mengangkat.

Aku masih berpura-pura tidak mendengar bahkan ketika p'Zee keluar dari kamar mandi.

Tanpa basa-basi, p'Zee yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk pun langsung mengangkat telepon.

"Halo?"

Tanganku sibuk bermain gim, tapi aku berusaha menajamkan telinga.

"Dia tidak ada di kondo? Di sini juga tidak."

( ... )

"Baiklah. Saat aku bertemu dengannya, kupastikan untuk memberitahunya, bahwa P' tersayangnya sudah sangat merindukannya."

Tak lama kemudian, p'Zee memutus sambungan telepon dan mendekat kepadaku.

"Nong."

" ... "

Tidak Ada yang Namanya KebetulanOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz