4. BA (D) AY

5K 420 54
                                    

Pagi yang sial bagi Zisel. Di tengah perjalanan menuju ke sekolah ban motor scoopynya tiba-tiba bocor. Sehingga dia harus turun dan menuntun motornya. Salah kalau kata dilan yang berat itu rindu, yang bener ya nuntun motor sendirian pas ban bocor. Rasanya pengen nangis sambil teriak yang kenceng.

"Udah jam set 8. Kalau pesan ojek online motornya gimana? Kalau balik ke rumah ... gue harus nuntun motor ini dong ... gimana mau sampai rumah, sarapan opor tadi pagi aja udah enggak tau ilang ke mana." Zisel mengusap perutnya yang sudah meronta-ronta minta diisi lagi, dia juga berusaha menghubungi mamanya, tetapi tidak ada respon daritadi.

Memutuskan berhenti sebentar di trotoar adalah sesuatu yang bisa dia lakukan sekarang, dia berharap ada orang baik yang mau menolongnya, sebelum berhenti dia menoleh ke kanan dan ke kiri memantau keadaan sekitar. Jalanan di situ cukup sepi, Zisel jadi parno sendiri.

Meskipun terlambat Rhys tetap memutuskan untuk berangkat ke sekolah. Tidak ada di kamusnya untuk bolos tanpa alasan yang jelas apalagi karena kesiangan. Sampai tiba di suatu jalan, dia melihat perempuan duduk sendiri di tepi trotoar sambil menggambar abstrak di pasir. Awalnya dia tidak peduli, tetapi setelah dia amati, ternyata sosok itu adalah owner kosnya sendiri. Dia pun mencoba mendekat.

"Lo bolos?" Pertanyaan Rhys membuat Zisel mendongakkan kepalanya. Melihat kehadiran Rhys, membuat otaknya berpikir bahwa akan ada kebaikan yang datang.

Zisel menatapnya dengan raut muka datar. "Kalau enggak ada yang nolong ya bolos, kalau ada yang nolong ya gue bilang makasih," sindir Zisel menendang kecil ban motornya.

"Bentar." Rhys melesatkan motornya, menjauh meninggalkan Zisel.

Matanya melotot. "APASIH! ORANG NGGAK JELAS! TANYA-TANYA KIRAIN MAU BANTUIN TAPI MALAH BIKIN MOOD MAKIN TURUN. ARGH!!!" Zisel menghentak-hetakkan kakinya ke pasir sehingga matanya menjadi imbas atas apa yang diperbuat. Zisel menenggelamkan wajahnya di atas kedua tangannya yang bertumpu pada kakinya sambil mengucek matanya.

"Neng, permisi ... kunci motornya mana?" tanya abang-abang yang entah darimana asalnya.

Tanpa mendongakkan kepalanya Zisel pun menjawab. "Jangan maling motor gue, Bang. Bannya bocor, entar abang keberatan."

Rhys mendengar jawaban Zisel jadi tertawa pelan di balik helm full facenya.

"Cepetan! Mau dibenerin nggak motor lo?" Mendengar suara yang dia kenal kepalanya otomatis terangkat. Sudah ada Rhys di depannya duduk di atas motornya. Senyum Zisel pun melebar. "Nih, bang. Entar gue ambil pas pulang sekolah, ya ... bengkel dekat sekolah, kan?" Abang tambal ban itu mengangguk lalu menerima kunci motor Zisel.

"Terus gue?" Zisel menunjuk dirinya sendiri. "Oh, gue tau! Lo mau berangkat sama gue, kan? Boleh banget! Yuk!" lanjutnya.

Dengan pdnya dia langsung naik ke jok belakang Rhys. Rhys yang belum siap menerima beban jadi sedikit oleng. Zisel spontan mengeratkan tangannya pada bahu Rhys. "Eh, maaf-maaf." Terdengar suara helaan napas dari mulut Rhys.

"Panas banget." Zisel bergumam sambil menutupi wajahnya dari sinar matahari. Helm nya dia letakkan di dalam jok motornya sedangkan motor scoopynya sekarang sudah pergi sama abang tadi. Rhys membuka tasnya mengambil topi hitamnya dengan sekejap topi itu sudah mendarat di kepala Zisel. Zisel terdiam atas kelakuan Rhys yang menurutnya terlalu cepat. "Rambut gue lepek."

OWNER KOS [END]Where stories live. Discover now