"Akhirnya..., kita bisa keluar dari lautan pertanyaan itu. Hm.. apa seperti ini rasanya jadi populer?" Celoteh Lisa-meregangkan badannya yang sedikit pegal. Ali melirik Lisa sebentar lalu kembali menatap lurus ke depan. "Nee, Ali."
"Hm?"
"Kau mau kemana?" Tanya Lisa, lalu menyamai langkah kakinya dengan langkah kaki Ali.
"Tempat sepi."
"Untuk apa?" Tanya Lisa lagi ketika sudah berjalan tepat di samping Ali.
"Tidak ada." Lisa menatap datar pria di sampingnya itu. Mencari tempat sepi lalu tidak melakukan apa-apa? Yang benar saja. "Hanya ingin cari udara segar saja."
"Huh?"
Apa Ali bisa membaca pikirannya? Kenapa dia bisa tau kalau dirinya masih memikirkan apa tujuan Ali. Hmm.. ya sudahlah. Toh juga Ali sudah memberitahu kalau dia hanya ingin mencari udara segar. Tak perlu di pikirkan.
"Kalau begitu aku ikut!" Ujar Lisa penuh semangat. "Memangnya kau mau ngapain di sana?" Yeu, giliran dia yang bertanya :v.
"Menemanimu."
Ali memutar bola matanya malas. "Terserah." Ucap Ali-mempercepat langkahnya meninggalkan Lisa.
Seakan menyadari perubahan nada suara Ali, Lisa jadi ingin menggodanya sedikit. "Nee, apa kau marah?" Tanya Lisa, mengejar pria itu kemudian menyikut siku Ali dengan wajah usilnya. "Siapa bilang aku marah?" Ditanya, malah nanya balik.
"Kau memang tidak bilang, tapi dari nada bicaramu itu ketahuan lho, kau sedang marah~" Ujar Lisa semakin menggoda Ali. "Tcih, terserah kau lah."
"Waah~, aku tidak menduga Ali yang tampan ini bisa di ganggu. Rasanya menyenangkan sekali." Ujar Lisa dengan girang-melipat kedua tangannya di belakang kepala-melompat-lompat sambil berjalan di samping Ali.
Ali menatap malas gadis di sampingnya. "Ayo, kau ingin ikut, 'kan?" Lisa menghentikan aksi lompat-lompatnya dan segera menyusul Ali. "Ha'i, ha'i."
Ha'i (Bahasa Jepang) = Baik / Ya
Kanji = はい'Kenapa rasanya sakit, yah?' Batin Alicia yang bersembunyi dibalik tiang penyangga dan menguping pembicaraan Ali dan Lisa (tidak sengaja).
Author: Astaga.. Alicia, tidak baik menguping loh~ Alicia jangan di contoh yah.
Alicia: berisik.
Alicia menyandarkan punggungnya pada tiang penyangga dibelakangnya. Menatap lurus ke langit-langit. Menghela napas. 'Kenapa di saat seperti ini aku malah tidak ingin kehilangannya? Padahal dia itu menjengkelkan, menyebalkan, penganggu dan selalu membuat masalah. Perasaan macam apa ini?' Batin Alicia berkutat dengan pikirannya sendiri.
Alicia menghela napasnya pelan. "Hhh... lupakan saja." Alicia beranjak dari tempatnya berdiri-mengesampingkan pikirannya-kemudian meminta izin pada general untuk pulang lebih cepat (dengan alasan 'kelelahan' ). "Hati-hati saat perjalanan." Ucap general. Alicia mengangguk. "Baik. Saya permisi." Alicia meninggalkan akademi.
Tap tap tap
Baru beberapa langkah dengan niat meninggalkan akademi, Alicia disuguhkan pemandangan yang membuatnya semakin kesal. Alicia mengepalkan kedua tangannya erat, berusaha keras menahan amarah yang ingin meluap keluar.
"Ahahaha...., kau itu, bilang saja kalau kau sebenarnya menikmatinya, 'kan? 'Kan?" Alicia menatap benci pada 2 pemuda-pemudi di depan sana. "Siapa yang bilang?"
"Wajahmu. Kau tersenyum tadi, 'kan?" Kembali dengan senyuman usilnya yang berhasil membuat Ali memalingkan wajahnya dengan rona tipis yang muncul di pipinya. Lisa tertawa pelan. "Maa, ku anggap kau menerima kenyataan itu." Ucapnya.
Alicia menghela napasnya kasar. Melangkahkan kedua kakinya pergi dari tempat itu sebelum dia semakin kesal. Meninggalkan dua sejoli itu.
Lisa melirik pintu gerbang-mendapati Alicia yang berjalan keluar. Dapat dia rasakan kalau gadis itu sedang kesal.
FYI: Lisa itu bisa merasakan emosi seseorang, ya. Itu kemampuannya yang Lisa miliki sejak dia kecil.
Lisa tersenyum cenderung seringai. "Maa~, sepertinya ada yang sedang terbakar api cemburu." Gumamnya. "Nee, Ali." Ali menoleh menatap Lisa-tanpa membalas ucapannya-Lisa menatap setiap inci dari wajah Ali. 'Sepertinya dia tidak menyadarinya.' Batin Lisa.
"Kau tidak merasa kalau suasananya jadi sedikit mencekam? Entah kenapa, tadi aku merasa seperti ada seseorang yang lewat tapi dengan perasaan kesal." Ali menggeleng sebagai jawaban. "Begitu ya.. ya sudah, tidak apa-apa. Lupakan saja yang tadi." Ali mengedipkan matanya, menatap gadis di depannya dengan seribu pertanyaan di kepalanya.
"Hm? Ada apa?" Ujar Lisa membuyarkan lamunan Ali. "Tidak, bukan apa-apa."
"Kalau begitu, ayo kita pulang. General bilang kita sudah boleh pulang, 'kan?" Ali terdiam sebentar. Detik selanjutnya dia menarik tangan Lisa pergi dari akademi menuju ke rumahnya. "E-eh?!" Lisa menatap bingung pada pemuda di depannya. Detik selanjutnya diapun pasrah membiarkan tangannya di tarik oleh Ali. 'Kesempatan seperti ini tidak datang dua kali, 'kan?'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di rumah Alicia...Alicia merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Memandang langit-langit kamarnya. "Dia terasa berbeda." Gumamnya. "Entah kenapa dia terasa berbeea. Sejak dia kembali ke akademi, setelah dia menghilang, dia terasa berbeda."
"Dia seperti... orang lain..." lirihnya. "Aku tidak mengenalnya. Apa tidak ada yang menyadari perubahan itu?"
Ingatan mengenai kebersamaan Ali dan Desi saat di akademi kembali terputar di otaknya. Membuatnya menggeram kesal-menggigit bibir bawahnya-menahan kesal tiap kali mengingat kejadian itu. 'Apa-apaan mereka itu. Kalau ingin bermesraan kenapa harus di sana sih!'
"Kenapa juga aku memikirkan hal seperti itu!" Ucap Alicia penuh kekesalan-langsung bangkit dari acara rebahannya. Tatapannya berubah sendu. Menatap lantai dan kedua kakinya. "Kenapa aku marah? Kenapa aku kesal melihat mereka berdua bersama?" Lirinya. Perlahan bulir bening muncul di ujung matanya. Siap untuk tumpah kapan saja dan membasahi pipinya.
"Kenapa aku tidak suka melihat mereka bersama? Hiks.. kenapa?! Hiks.. perasaan macam apa ini?! Kenapa aku menangis.. hiks... padahal dia itu hanya pria menyebalkan! Menyusahkan! Merepotkan! Tidak bisa di andalkan! Gegabah! Hiks... tapi kenapa.. hiks... kenapa... kenapa aku takut kehilangannya.. hiks..."
Pada akhirnya, Alicia menangis. Menumpahkan segala keresahannya sore itu. Meluapkan emosinya yang dia tahan sejak siang hari tepatnya saat ingin pulang dari akademi ke rumah. Apa ini yang namanya perasaan cemburu? Melihat pria yang kau suka, pria yang kau cintai, bersama dengan gadis lain. Tertawa lepas. Seakan tidak ada hal berat yang perlu di pikul.
'Heh~, jadi benar ya. Kau suka padanya. Maa~, perkiraanku tidak pernah salah. Tenang saja, aka kubuat kau merasakan sesuatu yang belum pernah kau rasakan sebelumnya. Sampai kau bertekuk lutut di hadapan kami dan memohon pengampunan pada kami.'
'Tunggu saja, akan datang waktu dimana kau akan melakukan keinginan kami. Dan kau tidak akan bisa menolaknya.' Batin seseorang yang kini sedang bersandar pada dinding di luar kamar Alicia. Memejamkan matanya. Menyeringai lebar, kemudian pergi meninggalkan tempat itu tanpa ketahuan oleh siapapun.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Maaf ya Chris telat updateKira-kira siapa ya yang dengerin Alicia menangis?
Hm~
Terus rencana yang dia maksud apa? Kalau ada yang punya teori, silakan komentar aja
(^v^)Nanti juga tau kok hehe :v
Sampai jumpa di next chapter
Papay~

KAMU SEDANG MEMBACA
Why You Save Me? [Ali X Alicia]「COMPLETED✓」
Fiksi PenggemarBagaimana kalau waktu Ali menolong Alicia dari tembakan azurium dan malah menyebabkan dirinya terluka karena terkena tembakan dan ledakan azurium? Akankah Ali dapat sembuh? Apa reaksi Alicia ketika tau? Penasaran? Yok tambah ke list mu(⌒▽⌒) ⛔WARNING...