❃ Bab 14 ❃

17.8K 2.3K 52
                                    

Allah tidak akan membebankan seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

_Q.S Al-Baqarah ayat 286_

🄷🄰🄿🄿🅈

🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

**✿❀ J B R ❀✿**

Langit biru telah digantikan oleh kegelapan. Sang surya telah turun takhta digantikan tugasnya oleh sang rembulan, ditemani oleh bintang-bintang di langit.

Aulia menatap pantulan tubuhnya di cermin kamarnya. Ia memakai gaun pengantin berwarna putih, dipadukan dengan jilbab warna senada, dan sepatu high heels berwarna putih, tak lupa mahkota, rangkaian bunga melati, dan hiasan lain yang diletakkan di kepalanya. Riasan wajah yang natural namun terkesan mewah, membuat kecantikan Aulia menjadi bertambah berlipat-lipat.

Tangan Aulia terulur menyentuh foto sang ayah yang berada di atas meja. Diusapnya lembut foto itu sambil tersenyum.

"Abi, malam ini Lia mau nikah. Lia nggak pernah nyangka bakal ada di titik ini," adunya sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya menggunakan tissu.

"Semoga, Lia bisa lewatin masalah yang nantinya akan terjadi di rumah tangga Lia," lanjutnya sambil tersenyum.

"Lia," panggil Aida membuat Aulia mengalihkan atensinya dari foto sang ayah kepada kakaknya.

"Masuk, Kak."

Aida masuk ke dalam kamar Aulia, dan berdiri di belakang Aulia yang sedang duduk di kursi. Dirinya tersenyum saat melihat Aulia yang cantik dengan gaun pernikahannya.

"Kamu cantik banget, Dek," puji Aida yang sedang menatap Aulia dari pantulan cermin yang ada di depannya.

"Makasih, Kak."

"Tapi kok muka kamu keliatan bimbang gitu?" tanya Aida memegang kedua pundak Aulia.

"Lia takut nggak bisa ngadepin permasalahan yang nantinya ada di rumah tangga Lia, Kak."

"Lia, 'Allah tidak akan membebankan seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya'. Apa pun yang terjadi kedepannya, cukup berdoa sama Allah."

Aulia tersenyum. Tangannya terulur mengusap lembut punggung tangan Aida yang bertengger di pundaknya.

"Lia takut kalau kedepannya, ada sengketa sama istri-istri tuanya Pak Abdul," ucap Aulia bergetar menandakan gadis itu akan segera mengeluarkan air matanya.

"Istri tua?" beo Aida menatap Aulia penuh tanda tanya.

"Iya, calon suami Lia, Pak Abdul yang punya istri tiga itu, kan?" tanya Aulia membuat Aida mengernyitkan dahinya heran.

Saat hendak menjelaskan kepada Aulia, pintu kamar Aulia lebih dahulu diketuk oleh Faisal.

"Umi," panggil Faisal membuat Aida mendekat ke arah Faisal.

"Kenapa, Sayang?" tanya Aida berjongkok di depan Faisal, menyamakan tinggi badannya dengan putra sulungnya.

"Umi dipanggil sama Abi di depan. Katanya, ijab qabulnya udah mau mulai," jawab Faisal sambil memakan coklat batangan di tangannya.

"Kamu ke Abi dulu, ya. Umi mau bicara sebentar sama Khaul," ujar Aida mengusap lembut rambut Faisal.

Setelah Faisal pergi, Aida berjalan mendekati Aulia dan memegang tangan sang adik.

"Kamu di sini, ya. Tunggu suami kamu jemput. Kakak ke depan dulu," ucap Aida sembari berjalan menuju keluar kamar Aulia.

Mendengar kata 'suami' membuat jantung Aulia berdebar kencang. Suami? Aulia dilanda gelisah saat ini. Entah bahagia, atau pun sedih. Di satu sisi, ia bahagia karena bisa dipersatukan dengan jodohnya oleh ikatan pernikahan, tetapi di sisi lain, ia sedih karena nantinya ia akan berbagi suami dengan orang lain.

Di luar, ada banyak sanak keluarga, tetangga, dan orang-orang desa yang datang untuk menyaksikan pernikahannya. Meskipun pernikahannya digelar pada malam hari karena bulan Ramadan, jiwa semangat penduduk desa tak terpatahkan.

Aulia menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Ia gugup sekarang. Aulia telah menyerahkan segala hal yang nantinya akan terjadi padanya kepada Allah. Ia sungguh sangat ikhlas jika harus memiliki suami yang punya banyak istri. Toh, apa pun yang terjadi, kalau memang itu jodoh Aulia, ia tak bisa berbuat apa-apa.

Di luar, calon suami Aulia sedang berjabat tangan dengan Ibrahim, adik dari Abdurrahman, ayah Aulia. Ibrahim bertugas menikahkan Aulia karena ayah kandungnya telah meninggal.

Ijab yang dilafalkan oleh Ibrahim tidak dapat Aulia dengar karena pamannya itu tak memakai pengeras suara. Namun, saat suaminya mengucapkan qabul dengan lantang, Aulia dapat mendengarkannya dengan jelas.

"Qabiltu nikakhaha wa tazwijaha, Aulia Izzatunnisa binti Almarhum Ustaz Abdurrahman, alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyut-taufiq!"

Tanpa sadar, air mata mengalir dari pelupuk matanya membentuk aliran sungai kecil di pipinya, ketika penghulu dan saksi-saksi mengucapkan kata 'sah'.

"Abi, Lia udah nikah. Sekarang, Lia udah bukan tanggung jawab Umi sama Abi lagi," ucap Aulia memandang foto ayahnya.

Pintu kamar Aulia diketuk dan dibuka membuat tubuh Aulia terpaku di tempat. Jantungnya berdebar dengan keras saat suara salam dari seorang laki-laki terlantun indah di indra pendengarannya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Aulia sambil membalikkan badannya menatap sang suami.

Tubuhnya semakin menegang saat melihat seseorang laki-laki yang berbeda dari yang ia bayangkan sedang tersenyum ke arahnya.

"Ustaz Yusuf."

.

.

.

.

.

Gimana part ini?

Deg-degan gak? Pastinya dong. Kalau nggak deg-degan mati.

Jangan lupakan vote dan komen.

Salam


Dita Lestari

Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)Where stories live. Discover now