36. Different Affection

2K 265 76
                                    

Sudah 3 hari belakangan ini gadis bermata kucing ini selalu di sibukan dengan berbagai pekerjaan di perusahaanya, membuat dirinya sangat jarang mengunjungi Rosé di rumah sakit. Ah tidak lebih tepatnya tidak pernah.

Menginggat ucapannya yang beberapa hari silam untuk tidak bertemu Rosé, dan kini itu semua sudah terwujud. Bahkan perasaannya kini jauh lebih baik saat mendengarkan beberapa nasihat dari sang ibu, yang selalu ia temui di mansion saat pulang dari perusahaan nya.

Jari-jemari yang sendari tadi terus bergerak menekan setiap huruf pada laptop, akhirnya terhenti saat rasa keram mulai bersingah. Memijat pelan untuk menetralisirkan rasa keram itu, hingga pandangannya tertuju pada sebuah bebda persegi yang menyala.

Menampilkan beberapa nama yang menghubungi dirinya, hingga puluhan kali mampu membuat gadis berdarah taeyang itu mengakat alisnya sebelah tanda heran. Mulai meraih benda persegi yang selalu ia bawa kemana-mana, dan mulai menghubungi balik salah satu nomor yang sempat menghubungi nya.

"Yeobo--" Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, dengan segera suara dari sebarang sana menyapa kasar gendang telinganya.

"Yak! Jennie kim! Kemana saja kau! Kenapa kau tidak membalas telfon dariku eoh?!"

Jennie dengan sontak sedikit menjauhkan ponsel genggaman nya, membawanya menjauh dari telinganya sambil mengelus salah satu telinganya yang sudah sangat berdenyut akibat teriakan nyaring itu.

"Yak! Jennie, kau dengar aku?"

"Eonnie, aku mendengar suaramu. Jadi bisakah kau berbicara dengan lembut?" Setelah melontarkan kalimatnya, ia dapat mendengar sebuah kekehan dari sebarang sana.

"Arra, ada kabar gembira yang harus kau ketahui" Untuk kedua kalinya jennie mengangkat alisnya tanda bingung.

"Apa itu?"

"Chaeyoung, ia akan segera sembuh. Kau tau ada seseorang tanpa identitas mendonorkan salah satu ginjalnya untuk Chaeyoung"

Kedua bola mata kucing itu membulat tak percaya, senyuman bahagia berserta air mata bahagia mulai terukir di wajah cantiknya.

"Kau tidak sedang berbohong bukan, eonnie?" Nada itu terdengar sedikit bergetar.

"Ani, segeralah kemari. Nanti malam Chaeyoung akan segera di operasi. Kau tau di selalu mencari dirimu, berharap kau mengunjungi nya"

"Nde, aku akan segera kesana. Setelah semua pekerjaan ku selesai dimari"

Cukup lama Jennie menunggu jawaban dari kakak sulungnya itu, dan tiba-tiba hanya ada suara helaan nafas yang terdengar frustasi menurutnya.

"Eonnie--"

"Jangan sampai tidak datang, kita harus memberi semangat untuk Chaeyoung. Kau tau, akhir-akhir ini kau sangat di sibukan dengan perkerjaan mu di kantor. Aku jadi takut--"

"Gwaencanah, unnie aku akan segera menyelesaikan semua pekerjaan ku dimari. Aku tutup dul--"

"Tunggu, ada yang ingin ku tanyakan padamu"

Jennie hanya mengerutkan dahinya bingung. "Mwo?"

"Bukan kau yang menjadi pendonor untuk Chaeyoung bukan?"

Jennie terdiam sejenak, dulu ia punya niat untuk menjadi pendonor untuk Rosé. Namun saat Rosé mulai mengetahuinya, ia jadi mengurungkan niatnya.

"Tentu saja bukan aku, kau tau bukan Chaeyoung sendirilah yang melarangku untuk menjadi pendonor"

"Syukurlah jika bukan dirimu"

Different Affection✔Where stories live. Discover now