#12 : Believe Me

589 135 38
                                    

Hari demi hari berlalu, dan semuanya menjadi semakin buruk. Tidak ada kemajuan baik dalam hubungan kakak adik itu. Keduanya memilih untuk tidak berbicara satu sama lain-atau lebih tepatnya, Beomgyu yang menghindari Soobin, dan tidak ingin berbicara dengannya.

Semenjak itu, Soobin tidak pernah lagi melakukan pekerjaan kotornya, atau pun menghubungi Yeonjun. Hari-harinya dihabiskan untuk memikirkan hal-hal buruk yang ada di otaknya.

"Kau mengerikan, Soobin."

Sampai detik ini, Soobin tidak mengerti apa maksud dari ucapan Beomgyu. Apakah Beomgyu mengetahui sesuatu tentang pekerjaannya?

Tetapi itu sangat tidak mungkin. Saat membunuh, Soobin sudah sangat yakin bahwa keadaan sekitar tidak terdapat manusia yang berlalu-lalang. Jejak pembunuhan pun sudah ia bereskan dengan apik hingga tak terlihat bahwa telah terjadi pembunuhan di tempat itu.

Lalu, apa maksud kata 'mengerikan' yang Beomgyu ucapkan?

Hal tersebut membuat kepala Soobin seakan-akan dapat pecah. Soobin ingin mendapatkan jawabannya segera. Berbicara pada adiknya, untuk memperbaiki hubungan mereka yang jauh dari kata baik-baik saja.

Maka disini Soobin sekarang. Dengan sedikit memaksa, dia dan Beomgyu kini berada di meja makan untuk menikmati sarapan mereka.

Beomgyu tentu saja terpaksa. Soobin tidak memberinya uang untuk makan di luar. Dirinya masih waras hingga tak ingin pergi ke sekolah dengan perut kosong.

Soobin tersenyum tipis. Melemparkan tatapan canggung pada adiknya yang berwajah dingin. Sepasang netranya tampak enggan untuk membalas tatapan Soobin. Sedari tadi yang dilakukan Beomgyu hanyalah menikmati makanannya tanpa mempedulikan Soobin yang sedari tadi berusaha memikirkan topik obrolan diantara mereka.

Hanya suara denting sendok dan piring yang terdengar. Percakapan di antara keduanya tak kunjung tiba. Lidah Soobin terasa kelu, membuatnya tak dapat melontarkan pertanyaan ataupun sapaan pada adiknya. Sesungguhnya, ia takut akan jawaban yang akan keluar dari bibir itu.

Soobin meremat sendok yang berada di genggaman tangannya. Berusaha untuk bernapas dengan tenang, dan mulai untuk memberanikan diri untuk mengeluarkan beberapa patah kata kepada si bungsu.

"Bagaimana sekolahmu?"

Sontak, aktivitas Beomgyu berhenti. Sesendok makanan tak jadi memasuki mulutnya. Lelaki itu menatap Soobin sekilas, lalu melanjutkan makannya. "Biasa saja," jawabnya.

Soobin menghela napas lega. Setidaknya ada sedikit kemajuan. Beomgyu tak lagi mengabaikan perkataannya.

"Tidak ada yang mengganggumu lagi, 'kan?" tanya Soobin lagi.

Soobin kembali membuat Beomgyu menghentikan aktivitas makannya. Lantas, Beomgyu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, sembari menatap Soobin datar. "Tentu tidak ..."

Si sulung tampak menghela napas lega. Senyum tulus terpatri pada wajahnya. Syukurlah, kini adiknya baik-baik saja.

"... karena kau sudah membunuhnya, Soobin. Jadi tidak ada lagi yang menggangguku."

Senyum itu lenyap seketika. Dengan kedua alis yang saling bertautan, Soobin berucap, "apa maksudmu?"

Beomgyu tertawa pelan. Di detik berikutnya, lelaki itu melipat kedua tangannya di atas meja makan seraya tersenyum tipis. Kedua netranya menatap Soobin tanpa berkedip.

"Tidak perlu membohongiku. Kau yang membunuh Hyunjin, bukan?"

Soobin tak mampu berkutik. Masih mencerna kata demi kata yang baru saja terlontar dari belah bibir Beomgyu. Apa maksudnya semua ini?

Who's A LiarWhere stories live. Discover now