28_Airwa Abraham & Trishana Putri_

29 26 25
                                    

28
Tunggu aku di sore hari dengan senja. Setelah aku menghembuskan nafas terakhirku

_Airwa Abraham_

***
_Australia/Indonesia_

Malam hari di Australia, Airwa sedang mempersiapkan dirinya untuk menelpon Isha. Dia mondar-mandir didalam kamar hotelnya seperti merasa kebingungan dengan keputusannya.

Tanpa lama berpikir, Airwa langsung memencet tombol telepon di ponselnya. Isha terkejut dengan no asing di hari yang lalu. Tapi Isha mencoba berpikir dengan perlahan-lahan.

Lho ini bukannya no cowok asing itu, gumamnya dalam hati Isha.

"Kok nggak diangkat ya? Apa Isha masih takut dengan kehadiran gue. Ini kan, no ponsel yang dulu" kata Airwa.

Tak lama kemudian, Isha mencoba menenangkan dirinya dan mencoba tidak takut dengan orang asing tersebut. Dia langsung mengangkatnya.

"Halo, ini siapa ya sebenarnya? Kenapa kamu bisa tahu no ponselku! Jangan pernah hubungin aku selagi kamu nggak tahu asal-usul aku!" Kata Isha dengan tegas.

"Bentar gue jelasin. Gue orang yang ada di surat itu"

"Apa! Jangan coba-coba kamu mengaku yang menulis surat itu" jawab Isha dengan berkata kasar.

"Nggak! Beneran ini gue, Airwa Abraham. Sebenarnya no ini yang Lo angkat diwaktu ulang tahun Lo. Dan itu gue didalam surat itu" penjelasan Airwa.

"Jadi.... Selama ini kamu Airwa? Airwa yang sudah mengingatkanku sedikit itu" kata terkejut Isha.

"Iya, gue Airwa"

Setelah menjawab semuanya, Isha merasa kesal kepada Airwa dengan sikapnya tidak membantunya. Malah menunggu kesembuhan Isha , Airwa akan muncul.

"Lo itu siapa sih! Kalau lo bisa mengingatkan aku dan temanku atau sahabatku, kenapa kamu nggak ada di hadapanku! Kenapa!" Bentak Isha.

"Gue.... Gue, belum siap. Gue teman Lo dulu"

"Kalau Lo memang teman gue. Kenapa Lo nggak bantu teman Lo ini! Teman Lo ini lagi tersiksa! Kenapa Lo tega!" Jawab Isha dengan meneteskan air mata.

Saat mendengar suara tangisan Isha di telepon. Airwa tidak tega untuk meninggalkan kedua kalinya. Karena dari benak hatinya, Airwa masih tidak bisa jauh dan menerima perjanjian yang bodoh. Namun Airwa berubah pikiran.

"Oke, gue minta maaf. Gue egois, gue bukan teman Lo sekarang dan gue bukan orang terpenting dalam hidup Lo. Jadi gue minta maaf, Lo harus bisa tanpa bantuan gue" jawab Airwa.

Maafin gue Isha, seharusnya gue nggak perlu bicara seperti ini sama Lo. Tapi gue bingung antara melangkah kedepan atau mundur, kata hati Airwa.

Rasa hati Isha semakin sakit dan kecewa dengan sikap Airwa semakin dingin sama Isha. Isha pun mengembalikan kata-katanya dengan kasar dan menangis.

"Lo tega!!! Lo teman gue apa nggak! Jawab!!! Kalau Lo nggak bantu gue, yaudah!!! Jangan pernah hubungin gue lagi!" Ujar Isha.

"Isha bentar! Jangan tutup teleponnya. Oke gue akan bantu Lo"

"Serius! Kamu nggak bohong kan?" Jawab Isha dengan menghapus air matanya.

My Love Depends On My Mood/Cintaku Tergantung Mood ku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang