[II]. Nonton

2.7K 480 14
                                    

Seminggu sudah Asanka menjabat sebagai ECD di Digdaya. Dan selama seminggu itu ia belum begitu mengenal secara personal tiap karyawannya. Hanya beberapa yang sering berdiskusi dengannya mengenai proyek-proyek penting yang sedang ditangani Digdaya. Sementara itu ia sedikit melupakan perempuan yang membuatnya jengkel di hari pertamanya menginjakkan kaki di kantor ini. Ia tak sempat mencari tahu siapa gadis itu. Hanya sekilas membaca profil yang ia lihat dari data karyawan.

Perempuan bernama Nirbita Btari. Berusia dua puluh enam tahun dan menjabat sebagai seorang copy writer di tim kreatif. Selain itu tak ada lagi hal yang diketahui Asanka perihal gadis bernama Nirbita ini. Karena itu, saat waktunya tak lagi disibukkan dengan pekerjaan, Asanka berusaha mencari tahu seperti apa sosok Nirbita dari pegawai lainnya. Dan pilihan Asa jatuh pada Nero, seorang creative director yang sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini. Bukan tanpa alasan juga Asa menjatuhkan pilihan pada Nero. Karena dibandingkan dengan pegawai lainnya, Asa sudah mengenal Nero sejak dulu.

“Jadi ... kamu tahu sosok seperti apa Nirbita Btari itu?” Asa memulai sesi invetigasinya disela waktu makan siang mereka.

Nero yang baru saja menyuapkan sesendok nasi Padangnya seketika berhenti mengunyah. Menatap Bos baru yang juga kawan lamanya ini.

“Nirbita Btari?” tanya Nero bingung. Asanka mengangguk. “Nirbita Btari yang mana?”

“Memangnya ada berapa banyak karyawan yang bernama Nirbita Btari di sini?”

Asanka yakin hanya ada satu nama Nirbita Btari di kantor ini. Dan ia juga yakin bahwa itu perempuan yang dia cari. Bukan tanpa sebab, karena sudah sangat jarang orangtua zaman sekarang memberi nama anak mereka dengan nama klasik seperti Nirbita. Seperti halnya dirinya juga.

“Enggak ada sih. Cuma satu. Tata si anak kreatif tim 3?” Nero mencoba meyakinkan.

“Tata?”

Kali ini Nero mengangguk. “Iya, Nirbita. Tapi dipanggilnya Tata.”

“Tata,” gumam Asanka lirih. “Kamu tahu orang seperti apa dia?”

Kali ini Nero tak bisa menyembunyikan raut penasarannya. Untuk apa seorang Bos besar seperti Asanka mencari tahu copy writer seperti Tata. Melihat dari gelagat Asa yang begitu ingin tahu, menimbulkan senyum spekulasi di bibir Nero.

“Bos suka sama dia?” tembak Nero langsung.

Asa yang tengah meneguk jus pepayanya seketika tersedak. Matanya melotot horor demi mendengar ucapan semena-mena Nero. Apa katanya? Asa suka pada Nirbita? Gadis yang menurutnya kurang tahu bagaimana caranya bersopan santun dan menghargai orang lain. Mana mungkin Asa menaruh perhatian pada gadis itu. Ia hanya ingin tahu seperti apa sosok Tata agar dapat mengevaluasi cara kerja gadis itu. Bukan yang lain.

“Kalau ngomong suka sembarangan,” kesal Asa sembari membersihkan sudut bibirnya dengan tisu.

Nero hanya tertawa. Tapi tak urung tetap penasaran juga mengapa Asanka bertanya mengenai gadis itu.

“Jadi ... kasih tahu saja, Nirbita itu orangnya bagaimana.”

“Tata itu ... biasa saja. Perempuan yang paling nggak banyak omong di tim kreatif tiga. Atau mungkin di kantor ini. Tata itu gila kerja. Jarang banget lihat dia ngumpul sama anak-anak lain. Hidupnya itu mungkin dihabisin di kantor dan rumah. Lebih dari itu, aku nggak tahu dia gimana. Tata terlalu misterius. Tertutup banget,” jelas Nero seadanya. “Oh ya, satu orang mungkin yang paling kenal Tata. Mereka dekat banget. Partnernya Tata, namanya Edo. art director di timnya mereka.”

Asanka mengangguk paham, mencoba mencerna informasi apapun yang disampaikan Nero. Pantas saja, gadis itu terlihat tak tertarik dan tak betah saat acara penyambutan. Karena sepertinya Tata memang pribadi yang tertutup.

Ditantang Jatuh Cinta (re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang