Part 19 (Spring Again)

389 77 4
                                    

Teman yang baik akan meminjamkan pundaknya untukmu menangis. Tapi sahabat yang baik akan meminjam cangkul untuk memukul orang yang membuatmu menangis.

*****

Hari ini adalah hari ketiga acara ulang tahun sekolah SMA Yongsan. Jika dua hari sebelumnya sekolah mereka mengadakan lomba olahraga antar kelas, hari ini sekolah mereka mengadakan lomba menyulap setiap kelas menjadi tempat usaha seperti sauna, studio foto, tempat karaoke, perpustakaan, dan lain sebagainya selagi itu bernilai positif. Kelas yang paling banyak mengumpulkan koin dari para pelanggan yang berkunjung adalah pemenangnya.

Untuk kelas 11-1, mereka memilih tema cafe dengan konsep klasik. Hiasan cafe serta pakaian yang mereka kenakan pun terlihat biasa saja. Namun, terkesan elegan dan tidak terlihat norak. Mereka juga memutar musik klasik untuk menghidupkan konsep dari cafe mereka.

Setiap pasang mata anak SMA Yongsan tak hentinya menatap Naina yang saat ini sedang mengepel lantai kelas mereka yang sudah seperti kandang kambing. Entah dari mana saja teman-temannya berjalan sehingga sepatu mereka sangat kotor. Sepertinya kehadiran Naina di kelas 11-1 membawa berkah keberuntungan tersendiri, karena sedari tadi sudah banyak pelanggan yang berdatangan dan mengantri di depan kelas mereka, padahal cafe mereka baru dibuka sejak lima menit yang lalu. Namun, jumlah pelanggannya sudah tak terhitung.

Baik murid laki-laki ataupun perempuan semuanya tak hentinya mengagumi kecantikan dari seorang Naina Aldebaran. Walaupun gadis itu sangat jarang tersenyum, dan selalu memasang ekspresi datar. Namun, tetap saja mereka mengagumi Naina. Berita yang tertempel di madding sekolah waktu itu, mereka anggap sebagai angin lewat saja. Lagipula, jika memang benar Naina melakukan hal tidak pantas seperti itu, mungkin Naina tidak akan bisa berada di SMA Yongsan lagi, mengingat betapa disipilinya sang direktur sekolah.

Setelah membersihkan lantai kelasnya, Naina meminta izin kepada Ardian untuk keluar sebentar, ia lupa mengambil topi waitersnya yang tertinggal di dalam loker.

Naina hanya bisa menghembuskan kasar napasnya saat melihat banyak sekali bunga dan beberapa surat berwarna-warni yang tertempel di depan lokernya.

Seutas senyuman melengkung begitu saja dari sudut bibir Naina saat melihat Keyla di sampingnya, sepertinya gadis itu juga lupa mengambil topi waitersnya.

"Key, lo masih marah ya sama gue?" tanya Naina. Namun, Keyla masih tetap bungkam sembari memasukkan seragamnya ke dalam loker.

"Key, gue denger lo keluar dari OSIS, ya?"

"Key, apa kita nggak bisa balik seperti dulu lagi?"

"Key, lo marah karena gue masih deket sama Nathan, ya? Gue udah bilang sama tuh anak supaya jauh-jauh dari gue, tapi Nathan tetap aja nempel sama gue," ucap Naina sembari terkekeh kecil.

Tiga hari yang lalu, Naina tidak sengaja mendengar perbincangan antara Keyla dan Tania di dalam toilet. Kedua gadis itu tengah membicarakan Nathan yang terlihat keren saat memainkan alat musik piano. Dan parahnya lagi, Tania mala memanasi Keyla jika Nathan memainkan musik itu untuk Naina. Padahal Naina sama sekali tidak pernah meminta itu kepada Nathan.

Masih tak ada jawaban dari Keyla, hingga saat Naina menggenggam tangan kanan Keyla, barulah gadis dengan rambut sedikit berwarna pirang itu membuka suaranya.

"Gue nggak sejahat itu, Nai. Mana mungkin gue merusak persahabatan kita cuma karena cowok sejenis Nathan."

"Gue emang suka sama Nathan sedari dulu, tapi gue sama sekali nggak berharap buat bisa pacaran sama Nathan. Gue sama sekali nggak cemburu saat lo dekat sama Nathan, Gama, Kenzo, Ardian atau siapapun itu."

Keyla menatap lekat wajah Naina dengan kedua bola matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Gue marah sama lo karena lo pacaran sama Gama tanpa bilang sama gue, gue tahu lo ada kenangan buruk di masa lalu sama Gama. Sebagai sahabat, gue nggak rela lihat lo dikekang sama Gama, dan anehnya gue heran kenapa lo bisa nurutin kemauan Gama."

JUST BE MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang