17| Insiden

12.2K 2.5K 1.5K
                                    

Jangan timpuk emak akibat terlalu lama bertapa. Mari kita mulai membaca dan meninggalkan jejak...

5 k komentarnya dong

Random question:

1. Jam berapa kamu baca sangga?

2. 1 karakter yang paling kamu benci di sangga siapa?

3. Lebih baik Arania atau Jeslyn?

~happy reading~

Arania mendengus pelan ketika Gada memasuki kamarnya. Cewek berkuncir kuda itu menutup laptop nya kasar, lantas bergegas menaiki ranjang tidurnya.

Ketika ranjangnya bergerak pelan, Arania berpura-pura memejamkan mata, dengan sengaja tidur membelakangi Gada. Kehadiran Gada hanya akan menimbulkan keributan. Arania sangat tahu Gada pasti akan kembali membahas perihal Jeslyn.

"Jangan pura-pura tidur, gue mau ngomong sama lo," ujar Gada menarik tangan Arania kasar.

Arania meringis pelan. Bola matanya berotasi malas, ia duduk ogah-ogahan seraya memeluk boneka panda kesayangannya.

"Kemaren malam lo datengin pesta  di keluarga Rigel?" tanya Gada langsung. Sorot matanya memancarkan kemarahan.

Arania berdecak keras. "Iya, emang kenapa?"

"Lo gak dengerin peringatan dari gue? Gue minta lo keluar dari Toxic!" sentak Gada emosi.

Arania terperanjat kaget. Bukannya takut atas sentakan Gada, Arania balas menatap Gada sengit.

Kamar tidur itu kini mendadak hening. Tidak ada yang saling berbicara, hanya tatapan tajam saling menghujam lah yang dapat mewakili perasaan Gada dan Arania jika kedua orang itu kini sama-sama diliputi amarah.

"Gue juga udah bilang sebelumnya, kalau gue gak mau keluar dari Toxic. Kenapa lo terus minta keluar dari Toxic, ha?!"

"Gue mementingkan keselamatan Jeslyn!" sambar Gada cepat. "Gue gak peduli sama lo, tapi gue peduli sama Jeslyn," tekan Gada sekali lagi.

Dada Arania seketika berdenyut nyeri. Hanya untuk Jeslyn, ya? Ah, Arania lupa. Jelas-jelas di rumah ini tidak ada yang peduli dengan kehadirannya. Semua orang mengkhawatirkan Jeslyn, tidak ada yang mengkhawatirkan dirinya.

"Gue bakalan tetap di Toxic meskipun lo terus ngelarang gue!"

"Keras kepala," desis Gada, beranjak dari duduknya lantas keluar dari kamar Arania sengaja membanting pintu kamarnya.

Arania menghela napas pendek, ia menatap langit-langit kamar.

"Maafin bang Gada ya, Ra." Jesslyn datang. Gadis itu menunduk takut seraya memainkan ujung bajunya.

"Bukan salah lo," ujar Arania.

"Salah aku."

"Udah ya, Jes. Gue ngantuk, mending lo tidur." Arania mengusap kepala Jeslyn, seakan tak mempersalahkan atas sikap Gada padanya.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang