Ikatan Batin

1.1K 127 10
                                    

Akaashi menggeliat di atas kasur, kemeja yang ia kenakan berantakan dengan kancing yang terbuka.

Iris zamrud itu menggelap dan berair.

Kedua tangannya terkulai di sisi kepala, meremas bantal dengan kuat.

Dadanya naik turun mengambil pasokan udara, bulir keringat mengalir turun menuju pusarnya.

Tercampur dengan cairan bening dari kedua kaki yang terbuka lebar.

Kaki Akaashi mengangkang karna ditahan oleh kedua lengan Bokuto agar tidak merapat.

Bibir plum Akaashi yang lembab kembali terbuka, memanggil nama Bokuto dengan desahan.

"Kou..."

Bokuto tersenyum lebar, air liurnya bahkan menetes.

Namun, sesuatu yang menghantam wajahnya dengan keras membuat Akaashi menghilang dari pandangannya.

DUAAAK!!!

"Bokuto!"

Seru orang-orang memanggil namanya.

Bokuto sama sekali tidak bergeming dari posisinya hingga bola itu kembali melambung ke lapangan lawan.

Karena semua orang fokus dengan Bokuto, mereka tidak sadar jika bola itu mendarat dengan mulus di lapangan lain kecuali si Wasit.

Prit!

Bokuto mengerjapkan kedua matanya, ia celingukan di tengah lapangan.

"Bodoh!"

Bokuto mendapat pukulan keras dipunggungnya.

"Ow?!"

Membuat Bokuto sepenuhnya sadar.

Atsumu dengan wajah kesal ia menunjuk wajah Bokuto yang melongo.

"Bokkun, fokus! Kita masih ada dipertandingan!"

Bokuto meneguk ludah, bisa-bisanya ia membayangkan Akaashi saat masih di tengah lapangan.

Mencoba menepis pikiran joroknya, Bokuto menepuk kedua pipinya dengan keras.

PLAK!!!

Suaranya begitu nyaring hingga menarik perhatian yang lain, meninggalkan bekas memar kemerahan.

"Maaf teman-teman, sepertinya aku sedang dipanggil oleh istriku."

Sakusa yang berada di sampingnya mendelik.

"Memangnya kalian bisa melakukan telepati?"

"Aku kurang yakin, tapi ini sering terjadi."

Jawab Bokuto santai mengiyakan pertanyaan Sakusa yang meledek.

Sakusa kembali diam, tidak ingin melanjutkan percakapan bodoh yang terkesan serius.

"Err... Apa Bokuto-san mau istirahat dulu? Sepertinya kepalamu terbentur terlalu keras."

Hinata masih berpikir logis pada Bokuto.

Bokuto menyentuh hidungnya yang masih terasa sakit, ia menjilat bibirnya.

"Sepertinya aku perlu mengkompres ini dulu, heeey~ seseorang gantikan aku!"

Meian yang berada di depannya mengangguk setuju.

"Kita tidak mau si bodoh ini menjadi semakin bodoh, jadi turuti keinginannya kali ini."

Dan setelah pergantian pemain, Bokuto duduk beristirahat di pinggir lapangan di dekat Iwaizumi yang kebetulan menjadi pelatih mereka baru-baru ini.

We are The Protagonists of The World 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang