Enambelas

9 2 0
                                    

Sore yang damai, matahari bersinar terik, langit yang cerah membuat siapapun merasa tenang. Burung beterbangan dengan kawanannya. Suara kicauan burung yang merdu membuat suasana menjadi lebih damai. Udara segar menerpa dengan sejuk. Walaupun panas tapi cuacanya begitu sejuk karena hembusan angin.

Merasa bosan berada di rumah mereka berenam; Venus, Selatan, Utara, Gara, Bara, Dan Mars berjalan mengitari lingkungan daerah sekitar rumah Venus.

Dimulai dari rumah Venus, berjalan ke arah kiri dan keluar dari perkomplekan menuju jalan raya. Jalan yang pinggirannya terdapat pedagang kaki lima.

Bukan hanya ada mereka, rupanya warga sekitar juga banyak yang berdatangan ke tempat ini. Menikmati sore yang tenang di tempat ini merupakan pilihan yang tepat.

Aroma sate yang sedang dikipasi penjualannya pun dengan sopan masuk ke indra penciuman mereka. Membuat mereka seketika lapar.

Utara berdecak kagum mengamati berbagai stan makanan. Matanya berbinar, tertuju pada penjual stand sosis bakar. “Gue pengin itu dong,” menunjuk stand di hadapannya.

“Beli, jangan kayak orang susah,” sahut Selatan duduk di kursi kosong yang disediakan.

Utara dengan senang hati menghampiri stand sosis goreng. Venus pun juga mulai tergiur dengan aroma makanan yang semerbak. Ia menghampiri penjual martabak telor.

Mars sudah sedari tadi duduk dengan sepiring sate dihadapannya. Duduk dengan tenang dan anteng. Entah kapan dia memesan. “Kalian bertiga gak beli?” tanya Mars memasukkan setusuk sate ke mulutnya.

“Binggung mau beli apa,” jawab Gara. Lehernya memanjang melihat-lihat stand yang mungkin akan ia beli.

“Beli aja semua,” celetuk Bara dengan entengnya.

“Lo kira perut gue karet?”

Bara menggidikkan bahunya duduk di samping Mars dan mencomot satu tusuk sate tanpa izin ke pemiliknya.

“Lancang ya kamu,” ucap Mars dengan suara yang dibuat-buat.

“Jijik ya,” Barat menampilkan ekspresi jijik. Menampol lengan Mars.

Venus datang membawa satu porsi martabak dan Utara membawa beberapa tusuk sosis goreng dan satu gelas minuman matcha. Duduk dan melahap makanan dengan santai tanpa memperhatikan sekitar.

Tangan Selatan berniat mencomot satu tusuk sosis yang berada di piring Utara. Namun dengan segera tangan itu ditepis.

“Beli, jangan kayak orang susah,” ucap Utara menirukan kalimat yang keluar dari mulut Selatan beberapa menit lalu.

“Beliin dong, kembaran Selatan yang cantik tiada tanding,”

Utara menatap datar Selatan. “Beli sendiri, jangan kayak orang lumpuh.”

Selatan berdecak, beranjak dari duduknya menuju penjual nugget pisang. Berjalan melewati kerumunan orang-orang yang sedang menonton pertunjukan topeng monyet.

“Gar, lo gak ikut temen lo joget-joget noh?” tanya Barat. Menunjuk topeng monyet yang sedang menampilkan aksi.

“Maksud lo monyet yang lagi joget itu?”

Barat mengangguk menghindari jotosan Tenggara.

“Sialan lo,” Gara mengumpati kakak sulungnya.

“Durhaka lo,” balas Barat tak mau kalah.

Venus berdecak kala matanya melihat Selatan sedang menggoda salah satu penjual. Telinga Venus juga masih dapat mendengar obrolan Selatan dengan mbak-mbak itu, karena posisi mereka tidak terlalu jauh.

Gara-gara, Dare!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang