3

1.8K 62 1
                                    

Cerita ini sudah Bab 53 ya di KBM dan 50 di Karyakarsa karena aku update per lima bab disana. Untuk harga ekonomis kalian bisa beli paket ya

Username: aniswiji atau link ada di bio

Username: aniswiji atau link ada di bio

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Selamat Membaca

Suasana kampus nampak ramai, ada beberapa orang yang bergerombol entah membicarakan materi perkuliahan atau hanya bergosip ria. Aku memilih menuju salah satu meja kantin untuk mengisi perut, tadi memang aku tidak sempat untuk makan sarapan.

Tepukkan aku rasakan mendarat di pundak, aku menoleh untuk tahu siapa pelakunya ternyata, si Fahma.

"Tumben lo datang ke kampus." Sapanya, dengan mendaratkan tubuhnya ke tempat duduk.

"Mau bimbingan gue," jawabku, memang Fahma terkenal seantero angkatan sebagai mahasiswa dengan image bar-bar. "Bimbangan sama siapa?"

"Bu Esti."

Fahma nampak mengerutkan kening, "kenapa lo?" Tanyaku sesaat melihat perubahan raut wajahnya.

"Lo nggak tahu apa gimana sih." Jawabnya santai tanpa berdosa, memang apa yang tidak aku tahu?

"Maksud lo apasih? Gue nggak ngerti."

"Hay, Anisa Hendrawan anaknya Bapak Hendrawan yang terhormat. Bu Esti itu lagi kuliah S3 di luar negeri, anak bimbingannya dipecah jadi dua, ada yang ikut sama Pak Bayu ada juga yang ikut Pak Adnan." Jelasnya dengan menyeruput minuman yang baru disajikan pelayan kantin.

"Pak Adnan siapa? Perasaan dosen kita nggak ada yang namanya Pak Adnan." Aku menerima makanan yang baru saja diantar pelayan. Mengambil sendok dan garpu untuk memulai sesi makan.

"Lo aja yang kudet, noh lihat pemberitahuan di grub." Tunjuknya ke layar enam inchi ponselnya yang menampilkan pembagian bimbingan dosen baru. Sial, kenapa sampai aku tidak membacanya.

"Noh, nama lo ada di dosen baru. Hot Daddy, umur matang, muka ganteng, tajir lagi." Fahma nampak membayangkan sosok yang dibilang Hot Daddy itu, "jangan bayangin yang enggak-enggak ya kamu." Tegurku saat perubahan raut muka Fahma yang nampak mupeng.

"Lo aja yang nggak tahu, gue pernah ketemu dan memang orangnya gila bener. Fisik okay, tampang okay, tajir juga. Gue juga mau jadi istrinya." Aku nampak mencerna apa yang dikatakan Fahma.

"Emang Pak Adnan mau sama lo? Lo tadi bilang dia sudah mapan, ya, kali sana belum nikah." Kataku sedikit tidak mempercayai perkataan Fahma. Dimana coba, pria matang, tampang okay belum punya istri.

"Gue heran sama lo, dari mana aja sih. Kok kayaknya lo kudet bener. Yang gue tahu dia single, masalah duda atau perjaka itu gue yang nggak tahu.... Nggak masalah kalaupun duda menurut gue, tambah suka." Fahma nampak menggebu-gebu saat menceritakannya.

"Gila lo!"

Lebih baik aku menyelesaikan makan dan pergi dari sini untuk ke ruangan dosen baru. Dari pada mendengar kehaluan Fahma tentang sosok Pak Adnan.

"Terserah lo bilang apa, tapi gue suka." Teriak Fahma saat aku pergi dari kantin menuju ruang dosen.

***

Ruangan Pak Adnan nampak sepi, tadi aku sempat menanyakan keberadaannya. Katanya Pak Adnan ada di tempat. Mengetuk pintu perlahan, aku mendengar jawaban dari dalam ruangan.

"Masuk."

Membuka pintu perlahan, aku berjalan menuju kehadapannya. Pak Adnan nampak sibuk dengan lembaran yang aku yakini itu laporan tentang penelitiannya atau penelitian mahasisiwa.

"Maaf Pak, saya Anisa Hendrawan mahasiswa bimbingan Bapak. Ingin menanyakan apa Bapak ada waktu untuk bimbingan?" Tanyaku sedikit takut, bagaimanapun dosen adalah dewa bagi kalangan mahasiswa seperiku. Sedikit saja melakukan kesalahan, maka nama kita yang menjadi taruhannya.

Pak Adnan mendongak dan menatapku, tersenyum ia mempersilakan diriku untuk duduk. "Ayo duduk dulu."

Dengan sedikit rasa sungkan, aku menarik kursi yang berada di depan meja kerjanya. "Oh,  tenyata kamu yang jadi mahasiswa bimbingan saya. Sudah jadi tetangga sekarang kamu jadi mahasiswa bimbingan saya." Katanya panjang lebar.

"Iya, kemarin saya tahunya Bu Esti yang jadi pembimbing. Ternyata sudah dirubah dan saya baru tahu, makanya saya baru menghadap."

"Oh, iya tidak papa. Bagaimana skripsi kamu? Sudah sampai mana dengan Bu Esti?"

Mengalirlah penjelasanku tentang materi yang menjadi topik penelitian. Ia nampak mendengarkan dengan serius atas apa yang aku lontarkan. Sesekali kepalanya mengangguk, dengan membawa draf skripsi yang aku bawa.

"Sudah bagus menurut saya bab satunya, tetapi rumusan masalahnya kamu tambahi. Katanya kamu ingin mengetahui konsentrasi yang cocok untuk menjerap limbah. Terus limbahnya kamu pakai limbah asli atau limbah buatan. Terus jabarkan juga alasannya. Agar dosen penguji tidak akan mempertanyakan. Jelas?"

Aku sibuk dengan bolpoin untuk mencatat tambahan yang diberikan Pak Adnan. Sesekali aku menatap wajahnya yang jauh berbeda dengan apa yang aku dapati kemarin saat di rumah. Aura seorang dosen cukup kental, intelegensinya jangan ditanyakan.

"Baik Pak, nanti saya akan tambahkan. Mengenai jadwal bimbingan itu bagaimana Pak?"

"Oh, yasudah kamu catat nomor ponsel saya. Nanti chat saya, saya akan kasih info disana. Soalnya saya juga belum tahu jadwal mengajar saya." Jawabnya.

Aku mengangguk, "terimakasih Pak. Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu. Selamat Pagi."

"Iya Pagi." Jawabnya dengan senyuman. Aku berjalan keluar ruangan menuju ruang perkuliahan. Aku mengulang satu mata kuliah untuk hari ini.

Tbc

Cinta Beda Usia ✔ (KBM & KARYAKARSA)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora