65. | B I R T H D A Y |

112 11 6
                                    

"Bahagia dan sedih. Dua kata yang selalu berdampingan dan memiliki arti yang berbeda. Dia kata yang mendewasakan, dan memaksa untuk dewasa. Dua kata yang menemani, hingga nafas terhenti."

Satu setengah tahun berlalu ...

Hampir setahun yang lalu, Gisel berhasil melahirkan anaknya. Anak kembar — sepasang. Anindya sangat senang, sangat menyayangi adeknya.

Satu tahun yang panjang bagi Anindya, satu tahun dimana dirinya harus selalu melakukan cuci darah, yang semakin sering. Entah kapan semua drama ini akan berakhir.

Anindya telah lelah dengan semuanya, tetapi Anindya berusaha bertahan untuk mereka yang menyayangi Anindya.

Satu setengah tahun, Chasel berjuang demi kesehatan jantungnya yang entah kapan akan membaik juga. Mereka saling memberi dukungan, walau saling paham bahwa mereka menderita penyakit yang serius.

Beberapa bulan yang lalu, Anindya sempat bertemu Kiren, yang memberikannya sebuah surat. Katanya itu hasil tulisan Ryan, yang baru ia temukan.

Dear, bunga tulipku
Valeria yang sangat kusayangi.

Surat ini ada padamu saat aku telah tiada yah? Kamu masih mikir aku buaya albino peliharaanmu? Buaya yang membuatmu mati rasa soal cinta.

Boleh kamu katakan aku bejat, karena memang aku bejat. Tapi, aku mau bercerita. Jujur aku sayang banget sama kamu, bahkan cinta. Aku gak mau kehilangan kamu.

Saat pertama kali lihat kamu di Efemeral, aku rasanya seperti diterbangkan, aku sangat bahagia. Akhirnya bertemu dengan Valeriaku. Kenapa aku selalu jauhin kamu? Saatnya aku jujur, aku cinta sama kamu, dan Sherlyn selalu memaksa untuk merebut aku dari kamu.

Aku selalu berjuang buat Sherlyn sadar, kalau aku cintanya sama kamu. Sherlyn ancam aku, kalau aku gak sama dia, maka kamu akan dicelakai, dan perusahan bonyokku akan dibuat hancur. Sherlyn sering ingin celakaian kamu, saat kamu hampir tertabrak kendaraan depan sekolah, itu keinginan Sherlyn, makanya aku melakukan semua itu.

Tapi disisi lain, aku gak bisa lepasin kamu. Mungkin itu lah takdir. Kamu bahagia terus yah, buka diri, percaya bahwa ada yang tulus mencintai kamu, gak kayak aku.

Semangat terus ya bunga tulipku, maafkan Ryan sang buaya albino-mu ini.

Tertanda

Ryan sayang Valeria

Anindya menjadi merasa bersalah setelah membaca surat itu, penyesalan muncul dalam dirinya saat tidak ingin mendengar penjelan dari Ryan.

"Sayang," panggil pacar kesayangan Anindya, membuat gadis ini menoleh dan tersenyum.

"Rindu, peluk dulu," ujar Anindya manja. Gadis ini sedang duduk di taman halaman rumahnya. Sementara Chasel, baru saja datang untuk menemui pacarnya.

"Manja banget sih." Chasel lalu memeluk Anindya, gadis yang sangat ia sayangi.

Hubungan keduanya sangat mulus, mereka saling mencintai dan saling terbuka. Semakin lama, Anindya merasa tidak ingin kehilangan Chasel dan begitu pula sebaliknya.

"Kamu jarang nengok aku," keluh Anindya yang membuat Chasel tertawa.

"Akukan sibuk sayang, udah kelas tiga. Tapi aku pasti akan selalu sempetin ketemu sama si cantik." Chasel mencubit hidung Anindya, menciptakan wajah kusut dari gadis dihadapannya ini.

Anindya juga telah memutuskan untuk melakukan homeschooling, dari pada menambah beban orang disekitarnya.

"Jalan-jalan yuk," ajak Anindya.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Where stories live. Discover now