delapan belas

780 120 25
                                    

Krystal bahkan belum mengumpulkan seluruh nyawanya saat mendengar suara ketukan pintu. Seingatnya, pekerja hotel tak akan mengantarkan makanan atau membersihkan kamar jika bukan Krystal yang meninta, lalu siapa yang mengetuk pintu? Kai? Ah rasanya tak mungkin. Daripada bergelut dengan rasa penasarannya, Krystal akhirnya membuka pintu, menemukan Andra berdiri disana dengan senyuman manis.

Terkejut? Tentu saja, Krystal bahkan tak pernah memberi tahu dimana ia menginap, mengapa Andra bisa tahu?

"Siang, Krys."

Krystal langsung melihat jam di dalam ruangan, baru sadar ini bahkan sudah jam 1 siang, pantas saja perutnya terus keroncongan membuatnya mau tak mau membuka mata padahal masih ingin terpejam.

"Kok kamu bisa tahu?" Tanya Krystal.

"Sorry, aku ngikutin kamu kemarin."

Krystal hanya mengangguk-anggukan kepalanya, bingung harus merespon seperti apa. Jika dikatakan lancang sih sebenarnya sangat lancang, tak sepantasnya Andra melakukan itu, namun Krystal tak mau berdebat, kepalanya pusing, tubuhnya kegerahan, dan perutnya kelaparan.

"Kamu mau apa?" Tanya Krystal.

"Ngajak kamu makan siang."

"Tunggu di loby aja, aku harus mandi."

"Oke."

Setelah mendapat respon dari Andra, Krystal menutup pintu begitu saja, tak peduli Andra masih berdiri disana. Dengan sekali lompatan, tubuh Krystal menyentuh tempat tidur, membuat kepalanya sedikit lebih baik. Biarlah dia berbaring sebentar, dan Andra menunggu sedikit lama. Sekitar 5 menit berlalu, setelah merasa sedikit lebih baik Krystal bergegas bangun, mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

15 menit menghabiskan waktu dikamar mandi, Krystal keluar, memilih baju yang masih berada si dalam koper, tak bagus-bagus, Krystal hanya mengenakan celana pendek dipadukan dengan tanktop dan dilapisi kemeja cream bergaris cokelat. Tak apalah, lagi pula Andra bukan laki-laki spesial, Krystal sudah kebal dengan hal-hal semacam ini, maksud Andra pun sudah sangat ditangkapnya, laki-laki itu menyukainya. Setelah sekali disakiti oleh orang yang dicintai, Krystal tak gampang membuka hati. Laki-laki akan sulit mendekatinya karena rayuannya bagi Krystal kuno, dan basi.

Setelah memoles wajahnya dan menyisir rambut, tak lupa Krystal memakai spatu, lalu mengambil tasnya dan segera menuju loby.

***
Kai tersenyum merasakan pelukan Diana semakin erat di pinggangnya, sejak tadi pagi sampai siang ini mereka masih berbaring diatas tempat tidur, rasanya malas sekali bahkan hanya untuk bergerak sedikitpun. Ajaibnya perut mereka tak merasakan lapar, dan tenggorokan mereka tak merasa haus.  Mungkin cinta sudah cukup untuk mereka hingga tak membutuhkan semua itu.

Kai sejak tadi terus mengecupi rambut Diana, tangannya mengusap punggung Diana dengan sangat lembut. Kai sepertinya harus berterima kasih kepada kak Ranti karena tiket bulan madu itu mengantarkannya kepada Diana. Dia bahkan melupakan keadaan Krystal disana, lupa jika istri sekaligus adiknya itu bisa saja melakukan hal aneh, apalagi disana banyak laki-laki bule, belum lagi bagaimana jika Krystal bertemu pengusaha kaya, sudah dipastikan sifatnya akan keluar lagi, dan pasti berujung masalah.

"Kamu gak laper Di? Kita udah ngelewatin makan pagi, masa iya makan siang juga, nanti kamu sakit lagi," ucap Kai lembut.

Diana mendesah tak suka, namun yang Kai katakan ada benarnya.

"Aku yang masakin kamu ya? Mau makan apa?" Tanya Diana.

"Emmm, apapun yang kamu buat aku akan selalu makan."

Diana tersenyum mendengar penuturan Kai dengan segera bergegas bangun tak lupa sebelum ke dapur mengecup pipi Kai lebih dulu, membuat Kai tersenyum melihat tingkah Diana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SymfoníaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang