BAB 2. Bertemu

96 9 1
                                    

"TERNYATA beneran bang Han." Gadis di depannya terdengar lega selepas melihat keseluruhan wajah Farhan. Ia tersenyum dan bergerak untuk memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel.

Farhan menerima beberapa kejutan lagi setelah kalimat itu keluar dari mulut gadis tersebut. Meski bahasa Indonesianya lancar, aksennya tidak terdengar seperti orang Australia. Begitu juga rupa dan intonasi suaranya yang tidak asing sama sekali.

Orang Indonesia asli? Kini Farhan yang menerka-nerka dalam hati.

Laki-laki itu diam untuk mengamati gadis di depannya yang memakai setelan mantel panjang berwarna alabaster dan sepatu boots hitam serta kupluk cokelat. Sama seperti dirinya, Farhan yakin gadis ini pasti sedang berjalan-jalan. Dan sama seperti dirinya lagi, sendirian.

Sewaktu tatap polos itu singgah di maniknya, Farhan segera tersadar dan membalas. "H-hai!"

Bego. Ngapa kaku banget, sih, gue?!

Perempuan itu hendak membalas. Namun, tiba-tiba angin kencang menerpa mereka. Keduanya menurunkan kelopak mata untuk menghalangi segala debu atau apapun yang berterbangan. Pohon-pohon bergoyang mengikuti ke mana arah angin berembus. Begitu juga mantel dan surai sehitam obsidian milik gadis di hadapan Farhan. Farhan sendiri mencoba bertahan di tempatnya sambil sesekali mengintip.

Kemudian, kupluk cokelat yang melindungi kepala gadis itu terbang-walau ia sudah berusaha menahannya dengan tangan. Sebelum sempat terbawa oleh angin lebih jauh, dengan sigap Farhan berlari lalu meraih dan mendekap benda rajutan itu.

Seusai angin kencang tersebut, Farhan membuka mata dan pohon-pohon di sekitarnya kembali tenang.

"Whoa, anginnya kencang banget," gumam gadis itu pada dirinya sendiri.

Farhan berbalik dan mendapati gadis itu tengah merapikan rambut. Kupluk di genggaman tangannya ia tatap. Farhan pun mendongak dan gadis tersebut sudah berpaling ke belakang, tengah memandangnya. Farhan buru-buru mengulurkan tangan. Mengembalikan topi rajutan pada sang empu.

"Punya lo," kata Farhan

"Makasih," balasnya seraya melukis senyum. Dia lantas memakai topi itu ke kepala.

Hening menyusup beberapa detik kemudian. Di saat keduanya diam, gelombang dan angin menjadi lebih tenang. Hanya ada suara daun yang saling bergesekan dan debur ombak yang mulai memelan. Farhan bertanya-tanya, apa tadi angin sengaja mengganggu mereka? Keningnya berkerut penasaran.

"Lo orang Indonesia?" tanya Farhan akhirnya.

Pandangan mereka bertemu lagi. "Iya," balas gadis itu. Tak lagi berkutat dengan kupluk.

"Ngapain di sini?"

"Harusnya aku yang nanya. Bang Han sendiri ngapain ke Australia?"

"Gue liburan. Lo?"

"Kuliah."

Farhan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Di mana?"

"University of Sydney."

Cowok itu menutup mulutnya begitu ia mendengar nama dari salah satu universitas terbaik di kota ini. Lagi-lagi Farhan dibuat terkejut, entah untuk yang ke berapa kalinya.

"Ini beneran bang Han, kan?"

Farhan menatapnya lalu menjawab, "Iya, gue Farhan." Laki-laki itu menyipit dan balik bertanya, "Lo YouN1T?"

"Bukan."

Raut wajah Farhan kelihatan agak... kecewa? Itu membuat gadis di depannya mengulum senyum. Segera meralat ucapan. "Pernah jadi YouN1T, tapi dulu. Untuk sekarang, aku cuman jadi penikmat lagu-lagu kalian karena lagi fokus kuliah."

Night in Australia | Farhan UN1TY Where stories live. Discover now