BAB 5. Kebetulan

70 8 16
                                    

DARI garis-garis cahaya putih yang merambat masuk melalui jendelanya, (Nama) sudah tahu kalau sang bintang raksasa telah kembali ke peraduan. Alih-alih langsung beranjak bangun, ia berusaha untuk kembali ke alam mimpi, namun tidak berhasil. (Nama) pun memiringkan tubuhnya menghadap jendela sambil berupaya mengingat-ingat apa yang dimimpikannya tadi malam-sebuah kebiasaan yang selalu dilakukannya tiap pagi.

Oh, dia ingat.

Dia memimpikan salah satu member UN1TY tadi malam. Lebih spesifiknya, dia bermimpi bertemu dengan leader UN1TY, yaitu Farhan Jawas. Hm, mimpi yang indah sampai-sampai (Nama) mesem-mesem sendiri layaknya orang gila. Gadis itu terpejam seraya mengingat mimpi indahnya agar lebih jelas. Bahkan bau parfum milik Farhan terasa begitu nyata, dia juga masih ingat suara kekehan lelaki itu. Sepersekian detik selanjutnya (Nama) membuka matanya lebar-lebar dan bangkit.

Tunggu... ada yang aneh.

Bau parfum dan suara milik Farhan terlalu nyata untuk disebut mimpi. Dengan tergesa-gesa gadis berusia 25 tahun itu pun langsung meraih kupluk cokelatnya yang berada di atas nakas di samping tempat tidurnya kemudian mengendus benda itu. Wangi yang sama dengan Farhan. Kesadaran menghantam (Nama) secepat ia beranjak dari posisi tidur.

Astaga. Bukan mimpi! batinnya berteriak.

Ia mengendus topi rajutan itu sekali lagi. Dan sama seperti sebelumnya, tidak ada yang berubah. (Nama) makin yakin bahwa yang dialaminya dalam mimpi sebenarnya adalah kenyataan. Bibirnya mengerucut dan alisnya saling bertaut. Entah kenapa, tapi (Nama) merasa ingin menangis saja setelah kepingan-kepingan ingatan terkumpul di dalam kepalanya dan membuatnya mengingat semua yang terjadi tadi malam di pinggir laut.

"Aduh, aku meleyot pagi-pagi," gumamnya sembari mengacak-acak rambut yang tak ubahnya dengan rambut nenek lampir. "Bang Han! Tanggung jawab!"

☄︎. *. ⋆

Sedangkan di sisi lain, Farhan menjatuhkan sendoknya lantaran bersin tiba-tiba. Bunyi kelentang benda yang terbuat dari besi tersebut menggema di seluruh dapur Farhan. Lelaki itu lalu memungutnya dan menaruhnya di tempat cucian piring kotor. Dia mengambil sendok yang baru dan kembali melanjutkan aktivitasnya di pagi hari, yaitu: membuat kopi.

Asap putih mengepul keluar dari mug-nya, membawa aroma hangat khas biji kopi memasuki indera penciumannya. Diseduhnya minuman itu selagi dia melangkah konstan ke jendela untuk mengamati lalu lalang orang-orang di bawah sana. Farhan selalu suka kepadatan kota, terutama ketika ia berada di antaranya. Maka dari itu, sesudah menghabiskan satu gelas kopi, lelaki tersebut memutuskan untuk pergi ke luar dan menikmati pagi hari di kota Sydney.

Bising yang tercipta dari suara kendaraan, orang-orang dan kicauan burung menyambutnya setelah ia membuka pintu lobi hotel. Ia diam di tempat untuk melihat-lihat sekitar kemudian menyisir trotoar menuju satu tempat yang menjadi sumber bau enak roti panggang. Farhan memendam keduanya tangannya ke dalam saku celana dan tersenyum. Pucuk-pucuk kepala berwarna cokelat kehitaman dan blonde menemaninya melangkah. Beberapa di antaranya memakai topi dan kupluk yang tidak bisa menutupi keseluruhan surai mereka.

Setibanya di depan salah satu toko roti di Sydney, lonceng yang dipasang di atas pintu bergemerincing ketika Farhan mendorong kaca yang dibingkai kayu bercat putih tersebut. Dia mengambil tempat di dekat jendela. Dengan begitu, ia bisa melihat ke luar sekaligus menikmati sarapannya.

Seorang pelayan menghampiri satu-satunya lelaki berambut ikal di toko itu dan menyerahkan buku tipis yang berisi daftar makanan dan minuman yang disajikan. Membolak-balik halaman menu sebentar, Farhan lalu menyebutkan pesanannya kemudian mengembalikan buku menu pada sang pelayan.

Selepas kepergian pelayan tersebut, Farhan bergerak untuk mengeluarkan telepon genggamnya dan mengecek notifikasi. Ada sebuah kiriman gambar dari Shandy 3 menit yang lalu. Farhan mengunduh gambar itu dan tampaklah foto nasi goreng hangus yang membuat Farhan refleks mengernyit. Di bawahnya Shandy mengirim pesan berupa:

broshan👊

Untuk pertama kalinya Fenly masak
nasi goreng gosong Han!
Ngakak gw

Kok bisa sih?

Ditinggal main PUBG sama
dia berdua Aji
Aji yang ngajak
Ini mereka lagi gw marahin

Terus kalian mau makan
apa?

Masak mie dongg
Cuman itu nasi yg tersisa😔
Teh Ani belum masak lagi
Bentar keriting usus gw

Kenapa ga pesan makanan
aja?

Ini tanggal tua bro

Halah alasan lo
Dompet lo tebal ga usah bohong

Iya
Isinya uang abu-abu segepok
Lo aja gih pesenin kita Go-Food

Kok malah gw?

Yakan lo abang

Lo juga abang

Lepas tanggung jawab lo

Lepas tanggung jawab
begimane?

Ga jadi deng
Kita makan omelette buatan
Soni saja
Jangan lupa sarapan
Bye

---

Farhan tidak mengetikkan balasan. Ia hanya membaca pesan itu dan memutar bola matanya sebelum kembali menyimpan benda pipih itu ke dalam saku. Bohong jika Farhan tidak heran dengan seorang Fenly yang memasak nasi goreng sampai hangus. Kejadian langka yang membuatnya geleng-geleng kepala. Tapi jangan lupakan Ahmad Maulana Fajri yang menjadi penyebab utama hangusnya nasi tersebut. Farhan akan menegur mereka berdua agar tidak meninggalkan masakan dalam keadaan kompor menyala nanti.

Farhan melempar pandangan ke arah sebuah toko barang antik di seberang jalan. Orang-orang lewat di depan jendela seperti tidak menyadari dirinya ada di sana. Tapi Farhan tidak terlalu memedulikan hal itu karena itulah yang akan terjadi jika saat ini kau sedang berkejaran dengan waktu.

Sembari memperhatikan dan menunggu pesanannya, pikiran lelaki berhidung mancung itu melayang ke berbagai tempat. Termasuk tempat yang didatanginya semalam.

Juga (Nama).

Farhan pun masih tak mengerti mengapa gadis itu masih saja berlarian di dalam kepalanya. Dia hanya tak menyangka bisa bertemu dengan seorang mantan penggemar UN1TY di sini. Walau Shandy bilang itu hal biasa, mengingat kepopuleran mereka yang makin melejit, Farhan tetap tidak bisa berhenti memikirkan perjumpaannya dengan (Nama) tadi malam. Begitu juga dengan apa yang saling mereka bicarakan. Percakapan yang tidak terlalu penting sebenar-nya, namun bisa menghapus sepi yang dirasakan oleh Farhan.

Dia lagi ngapain, ya? Paling kuliah.

Jarum pendek jam analog yang ditempel di dinding toko hampir menyentuh angka 10. Dua menit kemudian pesanan Farhan datang bersamaan dengan melintasnya seorang gadis di balik jendela. Pergerakan buru-buru dari gadis tersebut mencuri perhatian Farhan. Terutama topi rajutan berwarna cokelat yang menutupi pucuk kepalanya. Pupil mata Farhan membesar seiring gadis itu akhirnya menghilang di balik kerumunan. Dia bangkit dari duduknya untuk melihat gadis itu lagi, tapi sayangnya tidak sempat.

Tidak perlu diberitahu pun Farhan sudah tahu. Gadis yang tak sengaja lewat di depan toko roti yang tengah disinggahinya adalah (Nama).

Laki-laki itu menatap setengah terkejut ke arah Corn Rye Bread yang diletakkan di atas mejanya. Lalu ke arah cangkir berisi Ristretto hangat yang sekilas mengingatkannya dengan iris milik (Nama).

Wah, apa ini sebuah kebetulan?

☄︎. *. ⋆

A/N:

Fenly masak nasi goreng sampe gosong kedengarannya mustahil, ya wkwk

30 Mei 2021

Night in Australia | Farhan UN1TY حيث تعيش القصص. اكتشف الآن