CUTE CAT 3 || BAB 27 - Marsha Terpuruk Kesedihan

51 13 5
                                    

Malam hari, pukul tujuh...

Sudah dua hari Marsha tidak mau sekolah lantaran Meow belum pulang ke rumah. Marsha sangat sayang sama Meow, ia tidak mau kehilangan Meow. Cukup ia kehilangan Neo, kucing kesayangannya dulu yang sudah mati, Meow jangan sampai mengalami nasib seperti Neo. Tapi nyatanya Meow sekarang hilang, sudah dua hari kucing itu tidak kunjung pulang. Marsha pun berpikir bahwa Meow mati di tengah jalan atau tertabrak mobil.

“Meow, jangan mati, hiks, hiks, hiks.” Tangis Marsha, menyembunyikan wajahnya di bantal yang sudah basah oleh air mata. Marsha memang suka kucing, hidupnya tanpa kucing rasanya kurang lengkap. Maka tak heran, jika sekarang Marsha menangis sesenggukan karena kehilangan Meow, kucing yang sangat ia sayang.

“Nak, kamu jangan nangis terus. Udah dua hari loh, kamu gak sekolah,” ucap Marsheilla menenangkan Marsha sambil mengelus rambut Marsha yang kusut. Sudah dua hari juga, Marsha tidak mau keramas, biasanya anak kecil itu keramas sehari sekali.

“AKU GAK MAU SEKOLAH! GAK MAU MAAA. Hiks, hiks, hiks ... Meow gak pulang maaa, Meow gak pulang, hiks, hiks, hiks, hiks ..." Rengek tangis anak kecil berusia lima tahun tersebut, melempar bantal ke sembarang arah. Marsheilla geleng-geleng kepala, memerhatikan tingkah anaknya. Marsheilla tidak heran, memang begitulah Marsha, akan sangat sedih dan marah apabila kehilangan sesuatu yang sangat  disayanginya.

“Kalau kamu gak mau sekolah, nanti nilai kamu jelek loh. Memangnya ma—." Marsheilla belum sempat melanjutkan ucapannya, Marsha teriak-teriak. “Aku gak mau sekolah maaaaaa .... Meow harus pulang!! Hiks, hiks, hiks ... Meow harus pullaaangg maaaa!!”  Marsha benar-benar terpuruk kesedihan saat ini, pikirannya kacau dan campur aduk, antara memikirkan sekolah dan Meow. Tapi Marsha lebih dominan, memikirkan Meow yang tidak pulang.

Marsheilla tetap sabar menghadapi Marsha yang tingkahnya mulai menjadi-jadi. “Kamu sabar nak, Meow pasti pulang kok! Ayo makan, kamu pasti lapar kan?” ucap Marsheilla lemah lembut, berharap Marsha tidak menangis dan sedih lagi hanya karena kehilangan seekor kucing.

“Nanti mama belikan kucing anggora ya? Mau kan? Kucingnya lebih bagus daripada Meow loh.” Marsheilla membujuk Marsha supaya Marsha senang. Tapi ternyata tidak sesuai dugaannya, Marsha malah semakin marah. “Aku gak mau kucing lain, hiks, hiks, hiks. Aku maunya Meow maaa, Meow kapan pulang ma? hiks, hiks ....” Marsha melempar bantal asal ke arah lain, lalu menenggelamkan wajahnya di pelukan mamanya. Marsheilla memeluk anaknya dengan erat, turut merasakan kesedihan yang dialami oleh anaknya.

Jika mengingat waktu dulu, Marsheilla juga sama halnya seperti Marsha. Waktu Marsheilla masih kecil berumur lima tahun, pernah kehilangan seekor kelinci yang sangat ia sayang. Mengetahui kelincinya mati di dalam kandang saat itu membuat Marsheilla sedih dalam waktu berkepanjangan. Bahkan Marsheilla tidak mau sekolah sama halnya seperti Marsha. Marsheilla sadar, bahwa sifat anaknya menurun sifatnya dulu. Memang, pada dasarnya sifat anak akan menurun sifat orang tuanya.

Marsha terus menangis di pelukan Marsheilla. Anak kecil itu melepaskan semua kesedihan yang menderanya. Beberapa menit Marsha akhirnya berhenti menangis. Marsha mendongak sambil memeluk perut mamanya

“Ma, aku kangen sama Meow. Meow kapan pulang ya?” tanya Marsha tidak lagi menangis, namun masih memikirkan Meow. Ia sudah puas menangis, kesedihannya berangsur-angsur menghilang.

Marsheilla tersenyum tipis, lalu menjawab. “Besok, Meow pasti pulang kok! Kamu harus yakin ya! Besok Meow pulang!” Marsheilla berucap seadanya, yang terpenting Marsha bisa tenang, tidak lagi merengek seperti tadi.

“Iya ma, aku harus yakin. Besok Meow harus pulang!" jawab Marsha diakhiri senyuman lebar. Marsha merasakan perutnya lapar, “ma, aku lapar.”

Marsheilla sedikit tertawa mendengar ucapan anaknya. “Ya sudah, ayo ke dapur!" Marsheilla melepas pelukannya. Marsha turun dari atas kasur, sudah tidak sabar ingin segera makan malam.

Marsha berjalan keluar kamar terlebih dahulu, diikuti Marsheilla di belakangnya. Marsheilla terus tersenyum, mengamati Marsha yang senang setelah tadi menangis sejadi-jadinya.

***

Marsha sudah siap makan, perutnya yang lapar butuh diisi makanan. Gadis kecil itu kini duduk di kursi, depan meja makan. Marsheilla menyiapkan makanan, tak lupa, sendok dan piringnya.

Marsheilla duduk di kursi berhadapan dengan Marsha. Di tengah-tengah keduanya terdapat meja makan, ada sebakul nasi dengan lauknya berupa ayam goreng dan sambal tomat yang siap disantap.

“Nah makan, ayam gorengnya enak loh!” ucap Marsheilla sembari menaruh sepiring nasi di hadapan anaknya. Marsha tersenyum lebar, sudah tak sabar ingin memakan ayam goreng di piring itu.

“Ma, aku makan duluan ya!” Marsha berucap lalu menggigit ayam goreng itu, menggiurkan lidah.

“Makannya, hati-hati ya nak, biar gak tersedak,” ucap Marsheilla lalu meminum segelas air putih.

***

Baca bab selanjutnya...

Kucing Lucu [Lengkap]Where stories live. Discover now