Chapter 6

3.2K 113 0
                                    

"gak ada yang sayang sama gue, orang-orang benci sama gue terutama papa," sesak di dada Sekar ditambah suaranya yang tercekat, amat menyayat hati siapapun yang mendengarnya. "Dia bilang gue gak guna, percuma hidup juga. Kalopun bisa gue memilih buat mati aja gue udah bosen hidup, semakin yakin rasanya gue buat pergi dari dunia ini karena gak ada alasan untuk gue tetap hidup."

Sekar menarik rambutnya sendiri, memukuli kepalanya seakan semua itu tak lebih menyakitkan dengan apa yang dirasakan olehnya saat ini. Pyralis mengigit bibirnya, melihat itu semua perlahan ia menyentuh bahu Sekar. "Jangan lupain mama lo, dia rela berkorban apapun demi cita-cita lo sebagai guru tercapai."

Sorot terluka Sekar yang dipenuhi air mata memandang wajah Pyralis lurus. "Gue terlalu jahat gak pantes jadi anaknya," pilu menyayat hati.

"Sekar, plis jangan kayak gini."

"Gue mau mati!" Sekar mengambil gunting dan hendak melukai pergelangan tangannya. Dengan gemetar Pyralis mencoba menjauhkan gunting tersebut hingga kemudian tangannya tergores mengeluarkan darah, tapi Pyralis bersyukur sekarang benda sialan itu sudah terpental jauh.

"Sekar.. gue mohon, jangan kayak gini.. " Pyralis mencoba memeluknya, meskipun awalnya memberontak tidak lama perlawanan Sekar melemah dan betapa terkejutnya dia saat tubuh kurus itu terkulai lemah, pingsan.

Pyralis panik, bertepatan dengan ponselnya berbunyi. "Tolong! Bantuin gue, Sekar pingsan di apartemen gue."

•••

"Tangan lo berdarah."

Pyralis tak menggubris dan tetap memandangi wajah pucat Sekar yang kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dokter bilang Sekar hanya kelelahan saja ditambah perutnya yang kosong membuat penyakit lambung yang diderita perempuan itu kambuh.

"Pyr," suara itu, harusnya Pyralis lihat-lihat dulu siapa yang menelpon sebelum meminta bantuan karena keberadaan Gio di sekitarnya jelas masih berpengaruh pada hatinya.

"Gue gapapa," sewotnya, karena sedari tadi lelaki itu terus membujuk dirinya untuk mengobati luka yang tak seberapa ini.

"Nanti luka lo infeksi," Gio berjongkok di depan Pyralis. Entah apa yang dilakukan pria itu dia memilih memandang ke arah lain, cukup lama hingga akhirnya sentuhan lembut di tangannya yang terbalut plaster membuat ia menunduk melihat apa yang dilakukan Gio.

"Selesai, biarpun ini luka kecil tapi harus diobatin," senyumnya tanpa sadar membuat hati Pyralis menghangat. Tatapannya entah mengapa ia rasa lain dari biasanya.

Saat tersadar segera ia tarik tangannya dari genggaman Gio."Makasih."

Lelaki itu berdiri di sampingnya sambil berdehem. "Pyr, lo sekhawatir itu sama Sekar kalo suatu saat gue yang berada diposisi itu apakah lo akan sekhawatir ini juga."

"Maksudnya?"

"Nggak cuma nanya aja."

"Maaf udah ngerepotin," sejujurnya Pyralis benar-benar tak enak hati sudah melibatkan Gio sampai ikut merasakan kepanikan dirinya saat membawa Sekar ke rumah sakit.

"Gue gak merasa direpotkan justru gue mau minta sama lo buat sering-sering kayak gini."

"Lo ngedoain gue sakit terus?"

Keduanya langsung menoleh ke arah ranjang, rupanya Sekar sudah bangun dan tengah melayangkan tatapan tak sukanya pada Gio.

"Lo udah sadar?" Senyum Pyralis merekah sadar Sekar tampak tak menyukai keberadaan Gio dengan segera ia berkata. "Gio, yang udah bawa lo ke rumah sakit."

"Emang gak ada orang lain, kenapa harus dia?"

"Sekar," protes Pyralis, mengingatkan.

Gio tersenyum ramah. "Gue ada urusan, cepet sehat Sekar. Pyr, gue pulang."

•••

"Sekar sakit, terus aku harus ninggalin dia di rumah sakit sendiri gitu maksud kamu?" Emosi sudah menyulut dirinya, bagaimana bisa Omar meminta Pyralis menemani lelaki itu ke acara ulang tahun ponakannya sendangkan Pyralis mana tega meninggalkan Sekar setelah percobaan bunuh diri temannya.

"Cuma sebentar, Pyr" jika tadi Omar tampak memohon sekarang ekspresi wajahnya berubah datar. "Dan aku gak minta kamu buat ninggalin Sekar, cuma minta waktu kamu sebentar. Sudah cukup kemarin kamu menghilang tanpa kabar."

"Harusnya kamu ngerti, kapan sih aku gak ada kabar kalo situasinya nggak kayak ginipun aku gak akan nolak ajakan kamu," jelas Pyralis.

Keduanya duduk di kursi depan ruang rawat Sekar, kemarin Pyralis terlalu kacau sampai lupa mengabari Omar. Ia akui itu salah, dan Pyralis sudah meminta maaf tadi.

"Ya udah," selama mereka bersama ia hafal kata-kata ini yang bukan melambangkan jika lelaki itu mengalah dan menyudahi perdebatan mereka tapi ini justru akan menjadi lebih panjang karena sehabis ini Omar pasti akan mendiamkan dirinya. "Salam buat Sekar, semoga cepat sembuh. Aku pulang sekarang."

"Mar," panggilan itu tak mendapat sahutan atau setidaknya Omar menengok ke belakang yang ada dia terus berjalan seolah Omar tak mendengar perkataannya.

Pyralis menunduk, menatap kakinya yang hanya terbalut sendal jepit sedari kemarin. Kondisi Sekar sekarang sudah lebih baik, sehabis pulih mereka akan tinggal bersama di apartemen miliknya itu sudah keputusan mutlak Pyralis.

"Maaf, gara-gara gue lo sama Omar berantem."

Pyralis menggeleng disertai senyum yang mengembang. "Apaan sih, udah biasa berantem kayak gitu mah."

Perempuan yang tampak tertidur itu melayangkan tatapan bersalah, ia telah menyusahkan sahabatnya dan sangat merepotkan Pyralis. "Lo temui dia Pyr, gue udah baikan kok."

"Nggak, gue mau di sini."

"Omar butuh lo," hanya sebuah pesta anak umur lima tahun, apakah harus ditemani olehnya pergi sendirian juga harusnya lelaki itu bisa.

"Gue bakal pergi kalo ada orang lain yang jagain lo," putus Pyralis, karena ia juga kepikiran dengan kekasihnya. "Gimana kalo Gloria?"

Gelengan lemah Sekar membuat Pyralis mengerutkan keningnya. "Gue gak mau ngerepotin keluarga lo, udah cukup lo aja yang selalu gue repotin."

"Oh iya, gue telpon Gio aja ya mungkin aja dia mau nemenin lo."

"Jangan!"

"Bukannya lo mau gue pergi?" Terdapat jeda dalam ucapan Pyralis saat melihat anggukan dari temannya kembali ia berkata. "Kalo gitu lo gak boleh nolak."

"Tapi.. "

"Bentar," Pyralis mendekatkan ponsel ke telinga sedikit menjauh dari Sekar dan berbincang beberapa saat. "Dia mau."

14 Maret 2021

***

Tolong sisipkan komentar, tinggalkan jejak dan katakan apapun yang ada dipikiran kalian setelah membaca beberapa part dari cerita ini..

Thanks!

My BOYFRIEND is My HUSBAND (COMPLETED)Where stories live. Discover now