19

5.6K 492 49
                                    

Ia mengepalkan tangan nya lagi. Jika harus bersumpah sekarang, maka dengan senang hati ia akan bersumpah demi apapun dan siapapun sekarang juga, kalau bukan karena wanita hamil yang cantik serta baik hati ini, ia sudah pasti akan mengusir keluar pria berjubah hitam ini.

Sedari awal bertemu, tak ada kesan baik yang ditinggalkan dari pria ini. Sikap pemaksa dan keras kepala nya membuat siapapun akan naik darah jika berkomunikasi dengan nya.

Lihatlah, pria itu sedang menyilangkan dada nya dengan tubuh angkuh berdiri. Memperhatikan seperti hewan buas wanita hamil yang tengah membujuk dengan tampang tak enak hati pada nya. Justru ia yang tak enak hati melihat wanita itu. Bagaimana bisa seekor kelinci dan serigala hidup bersama. Bahkan sampai memiliki keturunan.

"Kubilang tidak, kau harus menginap disini" Hinata mendesah. Ia menatap malu pada wanita berkacamata itu karena perdebatan yang sudah berlangsung lama ini. Bahkan sebelum wanita itu hadir.

"T-tapi ini hanya luka ringan, Uchiha-san. Ayolah, kau bilang akan menurut padaku"

"Tapi tidak kali ini. Aku tidak ingin calon penerusku terluka, Hinata. Mengertilah sedikit"

Hinata sedikit senang. Walau sudah berkali kali pria ini mengklaim anak nya sebagai anak pria itu juga, tetap saja, mendengar itu sekali lagi atau beribu kali lagi dapat menerbangkan ribuan kupu kupu dari dalam perut.

"Kau yang harusnya mengerti"

"Sekali tidak tetap tidak"

Yuri akhirnya mendehem. Tak tahan lagi menjadi saksi aksi adu argumen antar pasangan ini.

"Baiklah. Aku izinkan Hinata-san menginap disini. Tapi tidak lebih dari 2 hari. Ini sudah batas waktu paling lama yang bisa aku berikan"

"Aku minta 3 hari"

Yuri memejamkan mata nya sebentar. Sementara Hinata dibuat risau karena perkataan kurang ajar dari pria ini.

"Hei 2 hari sud--"

"Tidak"

Yuri menarik nafas panjang. Mencoba menetralisir rasa amarah nya yang sudah mencapai 99% sebisa mungkin. Sambil memebenarkan kacamata nya. Ia menatap tajam Uchiha Sasuke.

"Uchiha-san, sekali lagi saya beritahu, luka yang dialami Hinata-san sama sekali tidak membayahakan kandungan. Mengapa? Karena itu hanyalah luka luar akibat goresan pisau" Jelas Yuri sambil tersenyum menyindir.

Sasuke dengan polos beralih pada Hinata. Menggapai tangan terbalut perban Hinata dan dielus nya lembut. "Apa kau tidak lihat? Luka luar ini menyakiti wanita-ku"

JDARRR!!

Habis sudah batas kesabaran Yuri. Ia tak sanggup lagi, lebih tepatnya tak mau lagi berurusan dengan pria satu ini. Masa bodoh dengan embel embel pria ini yang dikenal sebagai pahlawan perang shinobi ke-4. Yang ia tahu, pria ini adalah pria egois yang tak tahu malu.

Hinata memukul perut Sasuke. Dengan cepat, ia berdiri sembari menahan bahu Yuri dengan senyum kaku nya.

"Maafkan aku Yuri-san. Kami pasti akan keluar dari sini besok. Aku tahu kalau ruangan ini bisa dipakai untuk orang yang lebih membutuhkan dariku" Ucap Hinata berbisik pada Yuri. Mengarahkan Yuri pada pintu keluar mencegah adu argumen antara pria ini dengan Yuri.

Ia menghembuskan nafas lega. Syukurlah Yuri masih bisa mengerti walau sudah emosi luar biasa.

"Kemarilah" Ucap Sasuke menyuruh Hinata untuk duduk di sebelah nya.

Dengan tampang kesal. Hinata berjalan ke sana. Ia harus bisa membujuk pria satu ini untuk keluar dari rumah sakit besok. Hanya karena luka yang tanpa sengaja ia buat, ia harus menahan beberapa pasien yang lebih membutuhkan ruangan ini untuk tetap tinggal di UGD.

DESTINY'SWhere stories live. Discover now