20

5.9K 514 37
                                    

"Kau pasti sudah tau apa maksud kedatangan ku bukan? Rokudaime-sama?"

Kakashi tersenyum. Mata nya menyipit. "Tentu aku sudah tau"

"Kalau begitu bisakah langsung kau jelaskan, maksud dari Uzumaki Naruto yang bertemu dengan pengkhianat Hyuuga?!" Ucap nya dengan tegas.

Shikamaru mengernyit. Bisa bisa nya seorang ayah memanggil putri nya sendiri dengan sebutan seperti itu. Pikirnya, seburuk apapun anak nya, orang tua seharusnya menjadi satu satu nya pendukung terakhir.

"Aku baru saja mendapatkan kabar, seharusnya sekarang ia sudah sampai sini"

"Jadi kau belum mengetahui?!"

"Tenanglah lebih dulu, Hyuuga-sama"

Hiashi mendengus. "Kau pikir aku masih bisa tenang jika ini menyangkut orang orang ku?"

"Naruto adalah pahlawan perang disini. Bisakah kau menghargai nya sedikit?" Shikamaru angkat bicara.

Dengan segala kesabaran nya yang tersisa, Hiashi mengambil tempat duduk disana. Ia menetralkan nafas berantakan nya sambil memejamkan mata.

"Sepertinya sudah datang," Ucap Kakashi yang baru saja duduk di kursi kebesaran nya. Ia merasakan hawa kuat Naruto dari luar.

'Krieett'

"Narutoo!!" Hiashi segera mengambil langkah. Ia mengambil alih kerah pakaian milik pemuda surai kuning dengan sedikit tarikan. "Dimana kau temui pengkhianat itu?!"

Tubuh seperti tanpa nyawa itu menegang. Pikiran yang melayang pada kejadian di rumah sakit itu kini terpusat atas kata kata dari pria yang dulu nya ia hormati. Iris Naruto melebar. Ia balik mencengkram kerah bagian dada dari yukata milik Hiashi.

"Naruto!" Kakashi kembali berdiri. Sementara Shikamaru tetap diam seolah ia puas dengan sikap Naruto yang mewakili rasa kesal nya.

"Jaga bicara mu," Ucap Naruto tak kalah seram. "Hinata bukan pengkhianat ttebayo," Ia menghempaskan cengkraman nya.

Tentu saja, bagi seorang Hiashi Hyuuga, gertakan yang dibuat Naruto hanyalah gertakan kecil yang tak mampu membuat bulu nya naik meremang. "Apa maksudmu? Dia mencoba membunuh penerus Hyuuga,"

Naruto mengeraskan gigi nya didalam. Tangan nya sudah terkepal sedari tadi. Setelah apa yang dilalui gadis nya itu, bahkan di desa nya sendiri, gadis nya masih saja harus mendapat cemoohan yang tak terbukti benar ada nya. Baru saja ia bersiap berganti mode dengan kurama, namun suara nyaring itu menginterupsi dan mengambil semua perhatian dari nya.

"Hinata nee-chan tidak pernah mencoba membunuh ku, Tou-sama!"

"Hanabi-sama!" Pria jangkung itu menunduk melihat Hiashi tengah menatap tak suka. "Maafkan aku, Hiashi-sama," Ia segera menarik lengan Hanabi kembali. "Hanabi-sama, kita harus kembali"

Dengan pakaian sehari hari nya yang sedikit berantakan. Hanabi berusaha memberontak lagi. "Naruto!! Hinata nee-chan tidak pernah mencoba membunuhku!!! Percaya padaku!!! Kumohon!"

Naruto memandang Hanabi terkejut. "Kau seharusnya sudah tahu alasan mengapa ia melakukan itu bukan?!" Hanabi menangis histeris. Ia masih mencoba memberontak dengan dua pria jangkung yang mencoba membawa nya pergi.

"Hanabi-sama!"

"Hinata nee-chan tidak bersalah!!"

"...Ia hanya melindungi.... sesuatu yang berharga bagi nya... " Wajah nya basah. Amethyst nya membulat meminta tolong pada pria surai kuning itu yang masih memasang wajah terkejutnya.

Semua yang mendengar ikut mematung. Perkataan ambigu yang jelas jelas terdengar menjadi penyebab nya. Tak terkecuali sang ketua Hyuuga yang tadi terbakar amarah. Mereka semua mencoba mencerna dengan dilatar belakangi suara tangisan penuh pilu milik Hanabi.

DESTINY'SWhere stories live. Discover now