38. Jangan Lagi

1.3K 114 12
                                    

Yuhuu, aku update lagi. Siapa yang suka aku update kayak gini🥺 Komen dong huhu kalo suka😭

Seperti apa yang mereka diskusikan malam kemarin, sekarang Asma dan Azhar dalam perjalanan menuju rumah kedua orang tua Azhar.

Kediaman orang tua Azhar memang mulanya masih di Bandung, tidak terlalu jauh dari daerah tempat rumah Asma. Namun, setelah jalan pernikahan Asma dan Azhar menginjak usia 3 bulan, kedua orang tuanya pindah ke daerah Depok. Ya, karena tuntutan pekerjaan. Walaupun, ayahnya sudah lepas tangan, tetapi masih harus tetap memasukkan diri di beberapa perusahaan cabang.

"Udah lama ya, Mas, nggak jengukin Mama sama Papa," ucap Asma kepada suaminya yang sedang fokus menyetir.

Azhar menoleh dengan senyum hangatnya. "Iya, terakhir pas mereka pindahan juga kayaknya," jawab Azhar. Karena kesibukan Azhar yang membuat mereka tidak punya banyak waktu untuk sekedar berkunjung.

"Kita cuma bawa brownies, nggak apa-apa?" tanya Asma melirik dua kotak kue brownies di kursi belakang. Itupun dia pesan dadakan di salah satu toko kue dekat kompleks perumahan mereka.

Azhar mengusap pipi Asma. "Dengan kedatangan kamu aja, Mama sama Papa udah senang banget, Sayang," ujar Azhar membuat pipi Asma bersemu merah. Lagi-lagi Azhar mampu membuat paginya menjadi hangat.

"Berarti kamu jahat banget tau, Mas," ucap Asma tiba-tiba, membuat dahi Azhar berkerut. Sejak kapan dia dianggap jahat oleh istrinya sendiri?

Azhar menoleh dengan wajah tidak terima, tetapi belum mengerti akan ucapan istrinya.

"Maksud aku, kamu jahat karena nggak sering mengunjungi Mama sama Papa. Padahal jarak Depok-Jakarta lumayan deket nggak kayak ke Bandung, kan?" Jelas Asma.

"Ya, mau gimana lagi, urusan kantor selalu numpuk. Papa pasti bisa maklum, dulu aja Papa pasti kayak gitu," ujar Azhar. "Kamu tau nggak, kenapa aku disuruh cepet-cepet nikah sama Mama?" tanya Azhar melirik Asma di sampingnya.

Asma menggelengkan kepalanya. Dia saja diberitahu mengenai lamaran suaminya itu secara dadakan, mana ada waktu untuk bertanya pada mertuanya tentang Azhar.

Azhar menggenggam tangan Asma dengan sebelah tangannya. "Karena, Mama khawatir aku nggak ada yang ngurusin. Terutama pas dateng ke apartemen aku dulu, Mama nemuin satu dus mie instan di dapur. Makin-makin, deh," jelas Azhar dengan kekehan. Masih terbayang berapa lamanya ibunya memberinya wejangan saat itu.

"Kamu dulu tinggal di apartemen? Bukannya udah ada rumah?" tanya Asma.

Asma sangat menyesal kenapa tidak sering mencari tahu atau sekadar bertanya tentang suaminya padahal pernikahan mereka sudah akan menginjak satu tahun.

Azhar mengangguk. "Rumah mah terlalu gede kalau buat aku tinggal sendirian, Yang," ucap Azhar dengan manis.

"Terus rumah kita sekarang dikosongin lama, dong?" tanya Asma semakin penasaran. Kenapa dia tidak mempertanyakan kehidupan suaminya di masa lalu itu sejak awal?

"Nggak terlalu lama juga. Lagian aku beli rumah itu setahun sebelum kita nikah," ujar Azhar sembari mengusap lembut tangan yang berada di genggamannya. "Aku niat awalnya cuma buat investasi aja. Nggak kepikiran bakal ditempati secepat itu sama istriku juga," lanjut Azhar dengan kekehan membuat Asma pun tersenyum.

"Ternyata banyak hal yang belum aku tahu tentang kamu, Mas. Bodoh banget ya, aku," sesal Asma. Dia merasa terlalu cuek kepada suaminya sendiri. Apa dia terlalu egois?

Azhar menggeleng tegas. "Aku malah lebih senang kita mengenal dan saling cerita sambil jalan gini. Kita mulai sedikit-dikit untuk saling mengenal lebih dalam, ya?" ujar Azhar menyanggah penyesalan Asma. Dia lebih suka hubungan mereka tidak langsung serba dikebut.

Cinta tak keliru (END)Where stories live. Discover now