49. Langkah...

1.5K 108 65
                                    

Yeayy akhirnya repostnya beres. Kalau masih banyak typo maafkan bgt ya😭 semoga cerita hasil repost ini better dari yg sebelum di repost. Siapa yang mau lanjut next chapter?? Aku gak jamin ya next chap kalian gak marah2😭

💫💫💫

Arini menoleh pada sumber suara yang memanggilnya barusan. Air matanya luruh ketika melihat Gilang dan Ismi menghampirinya. Dia tidak bisa menyembunyikan tangisannya dan kakinya tidak tahu harus melangkah kemana. Bahkan, ternyata orang tua kandungnya sendiri tidak menginginkannya sejak awal.

"Arini kamu kenapa?" tanya Ismi khawatir. Dia memang masih kesal kepada Arini, tapi melihat Arini dengan keadaan kacau seperti ini membuatnya tidak tega juga. Lantas, apa yang terjadi dengan Arini yang menangis di dekat rumah Vina.

"Ismi, Mas Gilang." Arini menyebut nama Ismi dan Gilang masih dengan suara bergetar karena tangisnya yang tidak bisa berhenti.

Gilang merasa ada sesuatu terjadi dengan Arini. Walaupun, dirinya dan Ismi merasa kesal dengan Arini, tapi dia tidak tega juga membiarkan Arini yang terlihat tanpa arah sekarang.

Gilang membawa Arini ke dalam mobilnya. Niatnya untuk menemui Vina harus ditunda, karena kondisi Arini.

"Minum dulu, Rin." Ismi memberikan segelas teh hangat kepada Arini. Mereka sekarang berada di rumah Arini.

Arini menyambut gelas yang diberikan Ismi. "Makasih, Ismi," ucapnya dengan suara lemah. Tangisnya memang sudah reda, tapi rasa sakit di hatinya semakin melebar akan fakta yang dirinya baru ketahui tadi.

"Ada apa, Arini? Bukannya tadi ketika Mas kesini kamu baik-baik saja?" tanya Gilang. Dia dan Ismi tadinya berniat menemui Vina dan Bayu untuk membicarakan secara perlahan mengenai Arini dan Azhar.

Arini menggeleng. Dia belum mau memberitahukan hal ini kepada siapa pun. "Aku nggak apa-apa, Mas. Terima kasih sudah mengantarku pulang," ujar Arini dengan menunduk memainkan ujung gelang di tangannya.

Gilang dan Ismi saling melirik. Mereka sepertinya tidak bisa memaksa Arini untuk berbicara apa yang terjadi pada wanita itu sekarang. Ya, mereka cukup mengerti situasi Arini saat ini.

"Apa aku boleh berbicara mengenai Azhar-"

"Apa kamu tidak melihat keadaanku sekarang?! Apa yang kalian pikirkan hanya kebahagiaan Asma saja? Aku lelah mendengarnya, kalian tidak akan mengerti posisiku." Arini menatap tajam kepada Ismi. Dia tahu bahwa kedatangan Ismi dan Gilang memang ingin membahas mengenai Asma.

Kenapa selalu Asma?

Gilang yang melihat rahang istrinya mengeras, karena terkejut mendapat sanggahan keras dari Arini. Dia mencoba menenangkan dengan menggenggam tangan istrinya. Dia memberi kode kepada Ismi kalau Arini memang sedang dalam kondisi yang tidak baik.

"Kamu nggak apa-apa kami tinggal pulang?" tanya Gilang. Dia juga tidak ingin membuat Ismi tertekan terus berada di sini karena kondisi istrinya yang sedang mengandung.

Arini tertawa sarkas. "Memangnya sejak kapan kalian peduli padaku? Aku juga memang ingin sendiri," ujar Arini.

Arini muak dengan semua orang. Satu persatu orang di sekitarnya menghilang. Jika saja Azhar belum menikah, pasti pria itu yang akan selalu ada untuk menenangkannya. Bahkan, untuk keadaan tersulitnya ini.

"Kamu kenapa, Arini? Mas Gilang cuma khawatir sama kamu!" Emosi Ismi sudah tidak bisa dibendung lagi melihat sikap Arini yang menyebalkan.

Mereka tadinya mengkhawatirkan keadaan Arini karena terlihat tidak baik. Namun, ternyata sikap Arini malah menjengkelkan.

Cinta tak keliru (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora