enam

61 8 1
                                    

Sebuah mobil memasuki pekarangan safe hose.

"Dia sudah datang. Ayo kita pergi dari sini." 

Nawang bangkit dari tempat duduknya. Raynar mengikutinya keluar rumah.

Seorang wanita berkulit coklat dengan rambut pendek menggunakan t-shirt putih keluar dari dalam mobil. Raynar menghampiri dan mengulurkan tangan.

"Aku Raynar."

"Dia tidak bisa bicara. Namanya Lara. Masuklah," Nawang yang menjawab.

Raynar duduk di belakang. Ia melihat Nawang dan Lara berbicara dengan bahasa isyarat. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil.

"Apakah dia seorang kantiana juga?" Raynar berbisik pada Nawang yang duduk di depannya.

"Dia tidak bisa bicara tapi bisa mendengar."

Lara menoleh sesaat ke arah Raynar.

"Bukan, Lara bukan kantiana," jelas Nawang.

Mobil melesat meninggalkan rumah tua.

"Kalau pengendara motor yang tadi siang mengejar kita adalah kantiana?" tanya Raynar.

"Bukan. Mana ada kantiana laki-laki," Nawang tertawa. Lara ikut tersenyum.

Raynar kebingungan.

"Mereka kaum butha. Manusia jelmaan keturunan bangsa gandarva," terang Nawang

"Gandarva?"

"Di alam seberang ada tiga bangsa, b'dari, gandarva dan duyunna. Bangsa b'dari tinggal di alam langit, bangsa gandarva tinggal di alam hutan..."

"Hutan?" potong Raynar. Ia tiba-tiba teringat mimpinya berada di tengah hutan.

"Kami, bangsa b'dari penghuni alam langit, negeri di awan. Bangsa gandarva menguasai alam hutan dan gunung."

"Negeri di awan?" Raynar teringat mimpi melihat istana di awan.

"Iya di awan. Semua b'dari adalah perempuan. Sedangkan bangsa gandarva terdiri dari laki-laki dan perempuan," terang Nawang. "Salah satu kerajaan bangsa gandarva adalah Angkara. Raja mereka bernama Ractasa. Butha-butha pengejar itu antek Ractasa."

"Apakah bangsa gandarva itu jahat?"

"Tidak semua. Sama seperti manusia ada yang baik, ada yang jahat."

"Terus, mengapa mereka berusaha mengejarku?"

"Entahlah. Aku dihubungi oleh Lara, disuruh untuk melindungi kamu."

"Melindungi?Guardian? Kenapa aku butuh pelindung? Apa aku dalam bahaya?"

"Itu yang akan kita cari tahu."

Raynar kemudian terdiam.

Mobil itu menyusuri jalanan tepi kota. Malam itu jalanan sepi. Hanya beberapa mobil yang berlalu lalang. Rumah-rumah dan pertokoan di pinggir jalan juga sudah tutup. Tak lama kemudian pemandangan berganti dengan pepohonan pinggir kota.

Raynar menggeser duduknya ke belakang Lara yang tenang mengemudi.

Dari posisi ini  diam-diam Raynar mengamati Nawang yang duduk diam dengan mata menatap tajam ke depan. Lampu jalanan dan kilau lampu dari mobil depan yang sesekali melintas menyingkap kecantikan wanita yang mengaku sebagai pelindungnya. 

Rambutnya tebal bergelombang hitam kecokelatan. Panjangnya mencapai punggung. Mungkin karena tebalnya rambut itu dapat menutupi intan di kepalanya

Dengan mengenakan baju berlengan sepundak Raynar dapat mengamati walau tubuh wanita itu langsing namun cukup berotot. Tidak heran ia mampu melakukan gerakan akrobat dari lantai atas apartemen ke lantai bawah melalui balkon.

Bidadari KetujuhWhere stories live. Discover now