4 - tiny storm

516 42 44
                                    


cerita ini dari dan teruntuk nay!


'Apa hadiah yang cocok buat Mafu-san?'

Soraru yang sedang menyusuri jalan pulang ke rumah Mafu memikirkan satu hal itu sedari tadi.
Mafu bisa dibilang konglomerat. Apapun yang Soraru berikan, semahal apapun barang itu, sesungguhnya bisa dibeli Mafu saat itu juga dengan jentikan jari.

Soraru merogoh sakunya, sisa uang yang diberikan Mafu masih berlimpah.
Mafu memang jadi yang bertanggung jawab atas biaya kuliah Soraru dan segala pengeluarannya, namun Soraru menganggap semua uang yang dikeluarkan Mafu untuknya sama dengan hutang.
Soraru harus membayar hutang tersebut, walau Mafu tidak meminta.

Setidaknya saat ini ia harus bekerja.
Pekerjaan formal, hingga mendapat upah dari jerih payahnya sendiri, sama seperti saat Mafu belum muncul di hidupnya.
Kenapa bekerja saat ia sudah memiliki segala yang orang lain dambakan?
Prinsip hidup seorang Soraru, sepertinya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba.
Soraru menemukan sebuah lowongan kerja di toko buku dekat rumah Mafu sambil berjalan pulang.
Senyumnya sumringah, esok ia akan mencoba keberuntungannya.

°

[ 14:25 PM ]

"Kamu cocok dengan kriteria yang kami cari. Apa kamu bisa kerja sekarang juga?"

"O-oh? Sekarang, pak?"

"Iya, kalo kamu ngga keberatan. Untuk hari pertama kamu, saya batesin sampe jam 6. Upah standar per jam, gimana?"

"B-bisa, pak! Terima kasih banyak!"

Hati Soraru senang bukan main ketika ia berhasil mendapatkan pekerjaan sambilan itu.
Sudah berapa bulan semenjak hari kerja terakhirnya sebagai pekerja sambilan?
Ah, entah.
Yang pasti Soraru lebih suka disini, diselimuti buku beserta aroma khas-nya dan minim interaksi dengan pembeli.
Saking sukanya, Soraru sampai lupa mengabari si albino tentang kabar bahagianya ini.

°

[ 18:09 PM ]

"Habis darimana?"

Mafu menyambut Soraru yang baru saja akan mengetuk pintu kamar Mafu.
Sambutan itu entah kenapa dingin, terlihat dari sorot mata si albino.
Soraru mengambil beberapa langkah untuk masuk ke kamar Mafu, masih berdiri dan entah kenapa hatinya merasa ada yang tidak beres.

"Um, Soraru habis nyoba sambilan di toko buku deket sini, bayarannya juga lumayan, pemilik sama stafnya ramah ke aku-"

"Kok, ngga kabarin dulu...? Aku kira kamu ada kerkol tadi."

"M-maaf, Mafu-san..."

"Gapapa, tapi bukannya aku pernah bilang? Kamu ngga perlu kerja sambilan lagi... masalah uang kamu tinggal bilang ke aku, lho?"

"...kenapa? Jadi bener-bener ngga boleh?"

"...ngga boleh."

"Tapi kalo ini itu ngga boleh, terus aku bolehnya apa? Aku harusnya mulai kerja di umur segini, Mafu-san."

"Kebutuhan hidup kamu cukup selama ada aku, Sora-chan. Kamu selesein kuliah, terus tinggal disini tanpa mesti ribet kerja. Apa susahnya?"

"Aku juga mau punya penghasilan sendiri kayak dulu sebelum ketemu Mafu-san! Aku ngga mau cuma numpang hidup disini, uang yang Mafu-san kasih itu setara utang buatku..."

Mafu mendecih sambil kemudian menatap manik safir Soraru, tajam.

"Kamu mau gantiin uangku? Penghasilan kamu ngga bakal seberapa, 'kan? Udah bagus aku bayarin kuliah kamu, kerjaan kamu cukup duduk manis, nunggu aku pulang ke rumah-"

milk tea °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang