B 15

3.4K 243 1
                                    

"Untuk tugas kali ini silahkan dikerjakan berpasangan seperti pekan lalu."

Derren mengangkat tangan. "Kenapa?" tanya dosen tersebut tak santai.

"Saya belum ada partne-"

"Makanya jangan bolos mulu. Kamu dengan Ayara Sabiya," potong Ibu dosen tersebut sambil melihat notes yang selalu dibawa kemana-mana.

"Tapi Bu, sa-"

"Tinggal kalian berdua peserta mata kuliah ini. Lagipula pekan lalu Ayara juga tidak mengikuti kelas. Jadi kalian sekelompok saja, saya males harus rombak-rombak lagi."

Derren melirik Biya yang tampak biasa saja. Tapi saat ia melihat ke mata Biya, Derren tau perempuan itu sedang gelisah.

"Sekian pertemuan hari ini, saya tunggu tugasnya akhir pekan nanti. Mohon persiapkan juga untuk presentasi pekan depan. Selamat siang."

"Siang Bu." jawab mereka bersemangat. Jelas, mereka sudah menanti kelas ini berakhir sejak tadi.

"Biya," ucap Derren saat memberanikan diri mendekati Biya yang sedang mengemasi barangnya.

"Kayak biasa. Gue yang ngerjain, lo presentasi." Ucap Biya meninggalkan Derren. Untuk pertama kalinya setelah kejadian itu mereka berbicara.

"Lo ada masalah Biy sama Derren?" Biya mengangkat bahunya, ia tak berniat menjawab, lebih baik diam daripada berbohong.

"Gue udah biasa liat lo debat atau kelahi sama Derren, tapi ini pertama kalinya gue melihat interaksi aneh kalian. Lo menghindar dari dia kan?" Selama ini, sekesal-kesalnya Biya dengan Derren dia memang tidak pernah menghindar. Dia lebih suka mengatasi masalah segera, baginya menghindar hanya akan memperlama penyelesaian masalah. Tapi sekarang dia tau, menghindar tidak selalu berarti menunda penyelesaian masalah. Kadang kala, hanya dengan menghindar ia bisa melindungi perasaannya.

"Lo mau makan apa? biar gue yang pesen?" tanya Biya mengalihkan pertanyaan Aida.

"Gue aja, kayaknya lo lagi kurang sehat."

***

"Ngapain lo kesini?"

Derren mengangkat tas laptopnya. "Nugas, gue satu kelompok sama Biya."

Bayu menatap Derren penuh selidik. Ini memang bukan pertama kalinya Derren dan Biya sekelompok, tapi biasanya Derren mana mau repot-repot mengerjakan tugas. Biya yang mengerjakan, Derren yang presentasi. Begitu pembagian tugas setiap mereka sekelompok.

"Modus. Balik aja sono." Derren menahan pintu agar tidak tertutup.

"Bang! Abang!" Bayu dan Derren saling bertatapan sebelum berlari panik menghampiri suara Bundanya.

"Bang Derren gaboleh masuk. Kakak ga pakai kerudung." Cegah Bila melihat abangnya datang bersama Derren.

"Biya kenapa Bil?" tanya Derren khawatir.

"Pingsan lagi." jawab Bila meninggalkan Derren di depan kamar Biya.

Derren berjalan mondar-mandir di depan kamar Biya. Ia khawatir, sangat khawatir. Sejak dulu sampai sekarang, Biya yang sakit selalu membuatnya khawatir. Perempuan itu jarang sakit, jadi sekalinya sakit akan membuat heboh semua anggota keluarga.

"Ngapain kamu disini?" tanya Aldi dari lantai bawah.

"Biya pingsan Yah."

Tanpa menunggu lama, Aldi sudah meninggalkan Derren memasuki kamar Biya.

"Bunda, Biya gimana?" tanya Derren saat Aya keluar tak lama setelah Aldi masuk.

"Alhamdulillah udah sadar, muntah-muntah lagi tapi. Ini Bunda mau buat teh mint dulu."

B [Completed]Where stories live. Discover now