𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝

52 9 47
                                    

ting ting ting

Junho menguap setelah mematikan alarm yang baru saja berbunyi. Dokter tampan itu merubah posisinya menjadi duduk dan mengambil handphonenya yang berada di atas nakas tanpa mau bangkit ke kamar mandi untuk mandi atau sekedar mencuci muka —huft percayalah dia terlalu malas melakukan itu.

Belum sempat membuka handphonenya, junho mengernyit kebingungan saat hidung mancungnya merasakan aroma masakan lezat yang mampu membangkitkan selera makannya. Oke —dia tinggal di apartemen ini seorang diri dan siapa yang sedang memasak di dapurnya sekarang? Hantu? Ah tidak mungkin ada hantu di pagi buta seperti ini.

Karena rasa penasaran yang juga diselingi rasa kelaparan, junho akhirnya memilih untuk bangkit dan berjalan perlahan ke arah dapur. Tak lupa ia membawa sebuah tongkat bisbol —untuk berjaga-jaga jika yang sekarang berada di dapur adalah maling atau orang jahat.

Namun apa mungkin seorang maling ataupun orang jahat alih-alih merampok atau membunuh, mereka malah memasak di rumah orang? Oh god, itu sungguh tidak mungkin.

Sesampainya di dapur, junho melihat seseorang yang sedang kesulitan untuk mengambil sebuah piring —mengingat piring tersebut berada di rak yang paling atas.

Dari punggungnya saja junho sudah mengenal orang itu, ia pun terkekeh pelan sebelum berdiri tepat di belakang orang itu untuk membantunya mengambil piring.

"eh junho udah bangun hehe." orang itu tersenyum tanpa dosa.

Karena gemas, junho membawa tangannya untuk mengacak surai orang itu. "stop it, rambut gue jadi berantakan nih!" omelnya setelah berhasil menyingkirkan tangan junho di atas kepalanya.

"kak midam tumben kesini pagi-pagi hm? pake acara masak segala, pantes banget jadi istri gue." ujar junho.

Entahlah junho sedikit bingung karena yang ia dapat bukanlah jawaban melainkan senyuman manis dari midam. Tanpa ambil pusing, junho memilih duduk di ruang makan setelah memberikan piring itu kepada midam dan kembali berkutik dengan handphonenya.

"mandi dulu jun, ini sarapannya udah mau selesai."

Junho menengok sebentar lalu mengangguk sebagai jawaban. Namun sampai midam selesai menata makanannya di atas meja, junho belum beranjak sedikitpun —masih tetap asik bermain dengan benda canggih miliknya, bahkan sesekali dokter tampan itu tertawa entah karena apa.

Midam sedikit geram, ia melangkah mendekati junho dan merebut handphone itu dari sang pemilik. Junho menoleh cepat dengan raut wajah yang terlihat sedikit marah —iya, midam dapat melihat itu namun ia tetap menyita handphone junho dan meletakkan itu ke dalam saku celananya.

"kak, gue lagi main game. balikin handphonenya." seru junho.

"mandi sekarang atau handphonenya gue buang?"

Junho mengerucutkan bibirnya kesal namun ia tetap bangkit untuk melaksanakan perintah si manis.

"bawel banget, untung sayang." lirih junho.

Tanpa sadar midam mendengar itu dan tersenyum dengan pipi yang sedikit merona.

heal me, doctor—

Eunsang mendengus kesal saat manik matanya melihat hyunjin yang tengah duduk manis dibangkunya padahal keduanya bukan teman sekelas. Pemuda bermarga hwang itu nampak tersenyum genit ketika eunsang berjalan ke arahnya.

"bisa minggir?"

Hyunjin menggeleng, "sini duduk sama gue." hyunjin menepuk kedua pahanya, eunsang seketika melotot kaget.

𝗁𝖾𝖺𝗅 𝗆𝖾, 𝖽𝗈𝖼𝗍𝗈𝗋 || 𝗃𝗎𝗇𝗌𝖺𝗇𝗀Where stories live. Discover now