28) Maaf

1K 221 13
                                    

Krek

"Whoopsie, suara pintunya terlalu keras..," Bisikku pada diriku sendiri.

Oh wow. Lihatlah pemandangan ini. Pemandangan yang bahkan lebih indah dari ketek Papa Vadlan!

"Woah.. bahkan saat ia tertidur ia tetap membuka mulutnya lebar-lebar," Kagumku sembari mendekatkan diri ke Rahmatullah. Tidak, maksudku ke Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah itu.. orangnya cukup unik. Ketika beliau berbicara, mulutnya akan terbuka lebar seperti sumur, dan menyemburkan air liur seperti air terjun. Setiap kali beliau menyapa para murid. Bahkan ia belum mengucapkan huruf 'h' saja murid-murid sudah kabur.

"Hey Kepala Sekolah, anda tau? Anda sangatlah.. eum, tidak berwibawa sebagai Kepala Sekolah," Saat sudah berada tepat di samping Kepala Sekolah yang tertidur, aku mengoceh kepadanya. Mengatakan hal-hal yang sebenarnya hanya omong kosong belaka.

"Maka dari itu, saya dengan seribu hati murn —hati busuk. Saya akan memberi anda wibawa sebagai Kepala Sekolah," Aku tersenyum setelah menyelesaikan kalimatku. Lantas, aku menarik sebuah bantal lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Tunggu, kita baca doa dulu," Aku menghentikan aksiku, lalu menurunkan bantal yang tadi ku angkat. Menyatukan tangan dan memejamkan mata, fokus dalam berdoa.

"Allahumma lakasumtu wabika amantu, wa'ala rifkika aftortu, birohmatikaya ar hamar rohimin," Setelah selesai, aku mengucapkan 'aamiin'. Selesai, aku anak sholehah.

"Okelah, humbala humbala kete," Mengucapkan kalimat ritual —eumm santet? Ngepet? Atau.. pengusiran setan? Ntahlah.

"Semoga engkau tenang di kuburmu kelak, bismillah semoga istiqomah," Dan bantal yang ku angkat terjatuh tepat di wajah Kepala Sekolah. Menekan, memastikan ia kesulitan bernafas. Aku melakukan aksi pembunuhan secara elegan.

"NONA VEIVIE! APA YANG KAU LAKUKAN!?," Teriak Zia. Oh.. bagus-bagus, ia masuk ke jebakanku lebih cepat dari perkiraan.

"Oh hey Nona Zia. Aku sedang bersenang-senang dengan caraku. Bagaimana? Caraku unik, kan?," Sahutku santai. Aku menoleh ke arah Zia sembari menaik-turunkan alisku.

"Tolong!! Tolong! Nona Veivie sedang mencoba membunuh Kepala Sekolah!," Teriak Zia panik.

"Shuut diam. Sudah malam, tidak baik teriak-teriak. Pamali, bodoh," Kataku menenangkan Zia. Zia terlihat berdecih dan meneruskan teriakannya.

"Keren, kau tuli ha?," Sarkasku.

"TOLOOOONG NONA VEIVIE PEMBUNUUUUUUH,"

"Lagipula, untuk apa kau ke ruangan Kepala Sekolah?," Tanyaku curiga.

"Aku ingin mantap-man —aku ada urusan dengannya," Oh begitu rupanya, dia adalah baby girl guys, lariii.

"Ah begitu rupanya. Keren-keren," Pujiku sembari menganggukkan kepala.

Tap tap tap

"Duh, ada yang datang. Selamat menikmati fitnah Nona Zia!," Pamitku. Melemparkan bantal yang tadi ku pegang ke arah Zia lalu berteleportasi.

"Nona Zia! Apa yang kau lakukan pada suamiku!?,"

Eumm mumpung lebaran sudah lewat, aku ingin bermaaf-maafan denganmu Zia. Mohon maaf lahir batin, soalnya kau minta dibanting. Ohiya aku mau nyanyi,

"Marhaban tiba, marhaban tiba, marhaban tiba~."

Hehe.

Hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Dragon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang