II - It's Clicking

211 37 5
                                    

08:10

Sinar matahari yang menyengat menembus tirai jendela, menyinari sebagian matanya membuat Levi terbangun. Levi terduduk di ranjang masih merasakan pening di kepalanya setelah acara pembukaan proyek semalam. Hari Minggu, seperti biasa Levi menginap di rumah ibunya meski berjarak tujuh mil dari rumah elitenya. Ibunya Levi, Kuchel Ackerman, tidak mau pindah ke rumah Levi karena tak ingin kehilangan kenangan bersama ayahnya dulu. Jadilah Levi wajib mengunjungi ibunya di hari libur bila sedang tidak sibuk.

Levi bersiap untuk jogging sebentar mengitari blok. Rutinitas setiap pagi. Kuchel yang sedang sibuk di dapur memasak, menitipkan pesan agar segera kembali karena ingin sarapan bersama. Dijawab anggukan oleh Levi dan melesat keluar.

Levi mulai melakukan pemanasan di pekarangan rumah, di seberang jalan melihat ada mobil sub-urban Chevrolet berwarna hitam dengan kaca yang gelap.

Levi mulai curiga karena tipikal mobil jurnalis yang suka mencari berita dengan memata-matai. Levi pun mulai jogging dan benar dugaan, mobil itu mengikuti dirinya saat Levi berbelok.

"Tch, masih pagi, babi itu sudah muncul" Akhirnya Levi mempercepat larinya dan melewati beberapa blok dan belok kanan menuju jalan yang tak bisa dilewati mobil.

Levi berhasil keluar dari kejaran. Kini dia berada Melrose Avenue. Berderet pertokoan dan cafe yang kebanyakan masih tutup sepagi ini. Levi melihat jamnya, baru lima belas menit, bila dia kembali ke rumah ibunya pasti orang yang membuntutinya itu masih berada di sekitar situ.

Levi tak sengaja melihat wanita bertubuh jenjang berambut pirang potongan pendek maskulin memasuki cafe di ujung jalan.

'Oh, ada ya cafe yang buka jam segini' Levi pun memutuskan menghabiskan waktu di cafe. Cukup sepi, sempurna, dia bisa bersembunyi tanpa diketahui banyak orang yang mengamati. Levi duduk jauh dari jendela agar tak terlihat oleh si pembuntut, menutupi sebagian wajahnya dengan buku menu sambil melambaikan tangan ke arah pelayan.

Pelayan wanita berambut pendek menghampiri, "Selamat pagi, mau pesan apa?"

"Air putih saja" Levi menjawab tanpa memperhatikan pelayan itu.

"Kita punya menu teh, baru dari cafe ini. Apakah mau memesannya juga?"

"Hmm, sama teh hitam tanpa gula kalau begitu"

"Baik, mohon tunggu sebentar"

Petra berbalik badan dari melayani tamu pria berambut hitam dan kembali ke station, Oluo geleng-geleng kepala tak habis pikir temannya ini tak tau siapa yang ia layani, "Petra kau payah, kau tak tau dia siapa?"

"Eh, memangnya dia siapa?"

"Dia Levi Ackerman" Oluo setengah berteriak

"Oh, aku sempat melihat sekilas beritanya tadi pagi. Tau namanya saja, tidak memperhatikan wajahnya"

"Aku harus beritahu Eld agar diberi compliment, pertama di cafe kita kedatangan tamu penting" Oluo menggoyang-goyangkan bahu Petra saking senangnya.

'Kalau begitu dia juga adalah pelanggan pertama dari teh buatanku' Petra membelalak matanya menyadari perkataan Oluo barusan. Dia harus mempersiapkan dengan baik.

Petra mengatur ulang suhu air menjadi 90°C. Daun teh hitam dimasukkan ke dalam sebuah ball penyaring. Ia beri tambahan sedikit bunga lavender untuk efek penenang karena terlihat dari wajah tamu penting yang tegang. Akan lebih baik teh yang ia buat memberi kesan bahwa Petra memperhatikan pelanggan tehnya.

Setelah air mendidih, ia tuang ke teko kecil, mengaduk sebentar agar tehnya tercampur. Oluo rupanya tak sabaran mendesak Petra agar lebih cepat, "Petra, ayo. Biar aku yang mengantar ke mejanya"

"Iya-iya" Petra menyerahkan teko dan cangkir warna senada.

Oluo pun langsung bergegas mengantar, sepertinya Oluo benar-benar fans berat orang itu.

--

Pelayan laki-laki datang membawa baki yang cukup penuh. Sudah ada air putih dan teh yang ia pesan, namun Levi memelototi sandwich egg bacon yang tidak ia pesan.

"Itu compliment dari kami, tuan Levi" ucap pelayan laki-laki dengan senyum yang cukup aneh. Pelayan itu menuangkan teh ke cangkir, bau lavender yang khas masuk ke indera penciuman Levi. Nostalgia.

Levi menatap mata pelayan itu "Terimakasih"

"Bila ada tambahan, panggil saya, Oluo". Levi mengangguk.

Tuk.. Tuk.. Tuk.. Bunyi metronome berdetak

Levi menyesap teh dan terkejutnya dengan rasa teh itu. Membangkitkan kenangan di masa lalu. Levi memanggil pelayan itu, "Oluo"

Oluo seketika berbalik dan mendekat, "Ya tuan, ada apa?"

Levi hanya menatap pelayan itu, membuat Oluo mengingat masa lalunya, "Kemari"

"Ya?" Oluo berubah mimik wajahnya.

Eld yang memantau, mendekat pada Oluo dan tamu istimewa itu. Mungkin ada masalah, "Permisi, saya Eld, apakah ada yang bisa saya bantu?".

Levi menatap bergantian. "Hanya ingin bertanya siapa yang membuat teh ini"

Tuk.. Tuk.. Tuk.. Bunyi metronome berdetak lagi

"Oh begitu, apakah ada masalah dengan tehnya? Jujur, ini menu baru dari kami. Mungkin ada saran?" tanya Eld memasang badan.

Dari station, Petra mengamati sambil berdoa dalam hati. Semoga tamu penting itu tidak akan komplain karena dari wajahnya sudah menakutkan juga khawatir bila Eld dan Elisa kecewa padanya.

"Tidak ada masalah, ingin tau saja" jawab Levi sesantai mungkin karena degup jantungnya begitu kencang bila mengingat masa lalu itu.

"Baik, mohon tunggu sebentar" Eld pun memberikan senyum kemudian memberi isyarat ke Oluo. Oluo berjalan ke station memanggil Petra.

'Mampuslah aku'. Petra berjalan menghampiri meja dengan menautkan tangannya yang dingin. "Saya Petra, ada yang bisa saya bantu?"

Levi menatap mata hazel milik Petra yang tadi ia tak perhatikan. Dengan begitu, Levi sekarang merasa yakin teori Hange terbukti, tempo metronome sudah mulai berjalan pada mereka.

MetronomeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora