Chapter 1

449 43 2
                                    

Shenzhen, 7.15 Pm

"Bagaimana perusahaan hari ini?' pertanyaan pembuka dilontarkan di tengah makan malam yang berlangsung di meja makan. Membuat Jun sontak  mengurungkan suapan pertama miliknya yang hampir masuk.

"Seperti biasa, tidak ada masalah." Jawabnya singkat, terkesan ingin mengakhiri pertanyaan dengan cepat.

"Yakin? Sepertinya tidak begitu." Tanya ayah Jun kembali dengan tatapan mata mengarah tajam.

"Apa yang mau ayah katakan?" Tanya Jun to the point, meletakkan sesendok nasi dan lauk yang sudah dua kali gagal mampir ke mulutnya yang terbuka sempurna.

Melihat ekspresi Jun yang enggan dan malas meladeni ayahnya itu, ibu Jun segera berucap sesuatu, berniat untuk menunda pertanyaan yang jika dilanjutkan tidak akan habis dalam waktu singkat.

"Makan makanan kalian. Bicarakan itu lain kali." Titahnya.

Bukannya menghentikan pembicaraan, ayah Jun justru mengatakan hal yang semakin memperburuk acara makan malam keluarga itu.

"Lihatlah anakmu. Ia bahkan tidak paham apa yang kukatakan." Omelnya mengarah ke sang istri di sebelahnya. Melihat hal itu, ibu Jun hanya bisa menghela nafas kemudian berbalik menatap anaknya yang masih terlihat enggan untuk membahas hal bersangkutan dengan perusahaannya, perusahaan ayahnya, dan hal apapun yang berhubungan dengan bisnis. Sadar akan tatapan ibunya yang seolah berkata 'jawablah' dan mata ayahnya yang jelas mengawasi, Jun menghela nafas kasar dan menjawab pertanyaan itu.

"Perusahaan yang ayah pimpin mengajukan kerja sama." Jawab Jun tak berniat menjelaskan lebih.

"Lalu?" ayah Jun balik bertanya dengan ekspresi kesal lantaran anak semata wayangnya tidak menjawab secara gamblang.

"Aku menolaknya. Harusnya ayah sudah tau tanpa harus bertanya lagi. Bukannya ayah yang menyuruh perusahaan untuk meminta kerja sama dengan Xing?" Jawabnya datar.

"Ayah memang yang menyuruhnya. Lantas apa alasanmu menolaknya hah?!"

"Tidak cocok. Sistem yang ayah jalankan dengan apa yang ku usahakan saat ini jelas berbeda."

"Hahahaha, lihat anakmu. Beraninya menolak kerja sama dengan perusahaan yang kupimpin! Terlebih perusahaannya merupakan perusahaanku. Hahahaha." Tawa disertai emosi pun mengarah pada Jun dan istrinya yang masih memilih diam.

"Dulu. Sekarang tidak lagi. Don't you remember?" balas Jun menatap tajam manik mata sang ayah. 

"Kalian selalu meributkan hal ini sedari dulu. Bukankah kamu tahu bahwa Jun masih tergolong muda untuk menjalankan perusahaan dengan posisi penting? Lalu kamu Jun, harusnya kamu bisa lebih berfikir realistis. Jika kerja sama itu menguntungan bukankah perusahaanmu akan terkena dampak positifnya?"

"Sayangnya aku tidak berpikir demikian." Jawab Jun ketus menjawab.

"See? Betapa keras dan tidak tahu dirinya anak itu."

"Seharusnya kamu pergi melanjutkan studi S3 mu ke luar negeri saja jika tahu akan seperti ini, mendebatkan sesuatu yang harusnya kamu tahu harus berbuat apa seperti."

"Oh wow, sekarang kalian berdua menyalahkanku? Great. Yup its all my fault then. I go." Malas menanggapi perdebatan dari kedua orangtuanya, Jun memutuskan untuk meninggalkan meja makan, mengakhiri makan malam mereka bertiga secara sepihak. Bukan apa, hanya saja ini tidak terjadi satu atau dua kali. Melainkan setiap makan malam atau saat mereka bertatap muka akan selalu ada hal yang didebatkan. Dan semuanya tidak jauh-jauh dari yang namanya perusahaan.

BRAK

Berbagai kata kasar sebagai bentuk ungkapam kesal dengan mulus terlonyar usai dirinya membanting pintu kamar dan pergi ke meja samping tempat tidur, mengambil segelas air putih dan menegaknya habis tak tersisa.

Setelah dirasa cukup untuk menenggelamkan kembali rasa kesalnya, Jun berjalan menuju sisi berlainan meja kecil, mendorong perlahan 'dinding' yang memperlihatkan sebuah ruangan berbeda setelah terbuka. Tanpa berlama lagi, Jun masuk dan kembali menutup 'dinding' tersebut.

Ia masuk ke dalam ruang kerjanya. Jika beberapa teman yang ia tahu mempunyai ruang kerja di kamar mereka, Jun melakukan hal sama dengan menambahkan satu lagi space khusus untuk privasi pikirannya yang hanya fokus untuk perusahaan.

Dengan langkah santai ia duduk dan membaca beberapa berkas yang diambilnya ambil beberapa saat lalu, kemudian terlihat mengetikkan sesuatu di laptop dengan model dan teknologi terbaru miliknya. Satu yang dapat disimpulkan. Ia sedang bekerja.

***

Waktu menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit ketika ia melihat seorang lelaki muda dengan tinggi sekitar 180cm lebih keluar setelah memakirkan mobil mewahnya kedalam pagar rumah dengan nuansa krem dan putih tersebut. Masuk kedalam rumah yang terlihat mewah dengan langkah santai namun tetap terlihat tegas dan berwibawa.

"Yuhuu gaya yang bagus." Itulah yang ia katakan sembari bersiul ria melihat seseorang dan rumah megah didepannya. Tanpa menunggu apapun, Ia membuka layar kunci pada ipad hitam elegan yang sedari tadi ia bawa, kemudian dengan lincah menjejakkan jemari panjangnya di papan ketik bertema gelap tersebut.

10 menit cukup untuk menyelesaikan apa yang ia lakukan. Senyum puas dan sorot mata tetap mengarah ke arah rumah didepannya, kepada seseorang di dalam sana lebih tepatnya.

"Let's see what you gonna do this time, Wen Junhui" Ucapnya lamat-lamat ketika menyebutkan nama terakhir di ujung kalimat, melajukan mobil mewah miliknya meninggalkan area rumah sang CEO muda.

.........................

To be Continued
.............

Hayoo sapa tuh dirumah Jun🙂

You Break My Trust [Junhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang