ENAM - PEMANGGILAN

31 4 0
                                    

___

Seorang cewek berbadge 10 sastra 5 sedang berdiri di depan pintu kelas 12 sains 5. Tampaknya dia ragu untuk melangkahkan kakinya ke dalam kelas itu. Siapa lagi yang membuatnya bimbang seperti itu jika bukan kedua penguasa sekolah ini. Tapi dia memiliki amanah dari gurunya jadi dia memberanikan diri mengetuk pintu dan masuk.

Nyali cewek itu langsung menciut di tatap seisi kelas. Suasana kelas saat itu sunyi karena sedang kuis. Ketika ada suara, semua mata tertuju pada sumber itu. Cewek itu buru-buru pergi setelah menghampiri guru yang mengajar dan menyampaikan maksud kedatangannya.

"Calithea dan Nathaniel apakah sudah selesai?" tanya Pak Tri

Thea mengcross check jawabannya lagi, "sudah Pak"

"bisa menemui Bu Kia di ruang BK" Pak Tegar menyampaikan yang dikatakan siswi tadi.

Calithea kaget dan menduga kasus terlambatnya sudah ketahuan. Dia melihat ke arah bangku Natha yang berada di pojok dekat jendela luar. Natha sedang terlelap ntah sudah selesai atau tidak mengerjakan kuisnya.

Pak Tri mengikuti arah pandang Thea, "kamu duluan saja, dia selalu bangun 5 menit sebelum bel berbunyi, ntah hanya menulis nama saja atau menjawab semua soal dengan nol"

Thea mengangguk mengerti dan berpamitan meninggalkan kelas. Thea menimbang-timbang alasan apa yang harus dia berikan. Untung saja pagi ini Thea tidak melakukan kesalahan yang sama meski ke sekolah naik angkutan umum lagi karena mamanya masih di luar kota hingga hari Senin. Tidak mengulang kesalahan kedua kalinya, Thea berangkat lebih awal untuk memperkirakan perjalanannya ke sekolah. Di jalan pun gadis itu masih sibuk dengan buku tebalnya.

***

Thea mengetuk pintu ruang BK lalu menemui Bu Kia, "permisi, ibu memanggil saya ada apa ya?"

Bu Kia mempersilahkan Thea duduk di bangku depannya. Beliau sibuk dengan laptopnya lalu memperlihatkan kepada Thea. Layar laptop itu menampilkan data nilai seluruh siswa SMA Savant. Thea tidak paham dengan perlakuan Bu Kia, dia kira akan dikenakan sanksi karena terlambat dan memanjat pagar.

"nilai kamu cukup baik dan stabil, meski ada beberapa matapelajaran yang sedikit turun tapi masih bisa dibantu dengan portofolio. Dengan rapor ini kamu bisa dengan mudah diterima di kampus yang kamu mau"

Thea hanya mengangguk menyimak penuturan Bu Kia yang belum mengatakan maksud sebenarnya. Sebelum Bu Kia lanjut berbicara, pintu terbuka menampilkan Bu Ruby yang notabenenya wali kelas Thea ikut bergabung di meja itu.

"apakah tujuanmu masih sama?" tanya Bu Kia

Thea menjawab pertanyaan Bu Kia dengan anggukan. Kemudian beliau mencari data rapor Thea di laptopnya dan menunjukkannya kembali.

"portofolio untuk semester ini masih kosong. jabatan ketua OSIS, ketua PMR, ketua kelas sudah berakhir. lomba mewakili sekolah juga tidak banyak untuk siswa kelas 12. apa kamu sudah ada rencana untuk ini?" lanjutnya

Thea berpikir sejenak, "sebenarnya semester ini saya fokuskan untuk persiapan ujian bu"

"lalu dengan portofolio semester ini dibiarkan kosong?"

Thea bingung harus menjawab apa untuk pertanyaan Bu Kia yang menuntut itu. Bu Ruby paham akan kebingungan Thea. Beliau menunjukan sebuah data statistik rapor seseorang kepada Thea.

"ini rapor salah satu teman kamu, sangat berbanding terbalik dengan milikmu kan? selain di bidang olahraga, nilainya tidak bisa diandalkan." jelas Bu Ruby.

Tidak munafik, Thea tahu arah pembicaraan ini. Dia tidak tahu rapor itu milik siapa tapi yang pasti pemiliknya memiliki pengaruh yang tidak main-main sampai kedua gurunya memintanya langsung.

UNDERPRESSUREWhere stories live. Discover now