07

1.2K 300 64
                                    

Malam hari ini adalah saat yang paling mendebarkan bagi Ivy. Mereka merencanakan mencuri batu bertuah itu tentu saja dari Quirrell bukan Snape namun ia harus berakting agar dia bisa mencapai tujuannya.

Mereka berempat mulai mengendap-endap keluar kamar asrama menuju ruang rekreasi. "Lebih baik kita pakai jubahnya di sini, dan kita pastikan jubah ini menyelubungi kita berempat kalau Filch melihat sepotong kaki kita berjalan sendiri..."

"Apa yang kalian lakukan?" terdengar suara dari sudut ruangan. Neville muncul daribalik kursi, memegangi Trevor si katak, yang kelihatannya bam saja mencoba kabur.

"Tidak apa-apa, Neville," ucap Harry cepat-cepat, menyembunyikan jubah di belakang punggungnya. Neville menatap wajah mereka yang bersalah.

"Kalian akan keluar lagi," komentarnya.

"Tidak, tidak, tidak," ucap Hermione. "Kami tidak akan keluar. Kenapa kau tidak tidursaja, Neville?"

Ivy memutar bola matanya menghadapi situasi yang akan memperlambat mereka.

"Kalian tak boleh keluar," kata Neville, "kalian akan tertangkap lagi. Gryffindor akan--"

"Petrificus Totalus!" Potong Ivy, seraya menunjuk Neville. Lengan Neville mengatupke sisi tubuhnya. Kedua kakinya saling menempel. Seluruh tubuhnya menjadi kaku, diaterhuyung di tempatnya berdiri dan kemudian jatuh terjerembap, kaku seperti papan.

"Hei aku baru akan menggunakan itu" Pekik Hermione tak terima. "Iya-iya maaf, kita tak punya banyak waktu ayo pergi dari sini!" Tangan Ivy mengusap pipi Neville yang kaku "Maaf Neville kita harus pergi kau akan tahu."

"Apa yang kaulakukan kepadanya?" bisik Harry. Tetapi Ivy tak bergeming berharap Hermione saja yang menjawab.

"Kutukan Ikat Tubuh Sempurna," jawab Hermione merana.

Beberapa detik kemudian, mereka sudah berada di luar koridor lantai tiga dan pintunya sudah menganga sedikit.

"Wah," ucap Harry muram. "Rupanya Snape sudah berhasil melewati Fluffy."

Melihat pintu yang terbuka itu, ketiganya menyadari apa yang akan mereka hadapi. Di bawah selubung jubah, Harry menoleh kepada ketiga temannya.

"Jika kalian ingin kembali, aku tidak akan menyalahkan kalian," peringat Harry "Kalian boleh memakai jubah ini, aku sudah tidak memerlukannya lagi sekarang."

"Jangan bodoh," ucap Ron.

"Kami ikut," sahut Hermione.

"Yepp" seru Ivy

Harry mendorong pintu hingga terbuka. Ketika pintu itu berderit, telinga mereka menangkap bunyi geraman rendah. Ketiga pasang cuping hidung anjing itu mengendus-endus liar ke arah mereka, meskipun tidak bisa melihat mereka.

"Apa itu di kakinya?" bisik Hermione.

"Kelihatannya harpa," jawab Ron. "Tentu Snape yang meninggalkannya di situ."

"Anjing itu pastilah langsung terbangun begitu Snape berhenti bermain," Tebak Harry

"Nah, sekarang giliran kita...."

"Aku yang akan memainkan serulingnya kalian pergilah dulu" Perintah Ivy.

Ivy mulai meletakkan seruling pemberian Hagrid di bibirnya dan mencoba memainkan musik mellow yang ia tahu. Perlahan-lahan, geraman anjing itu mereda dia terhuyung dan mendekam pada lututnya, lalu ambruk ke lantai, tertidur nyenyak.

"Mainkan terus," Ron memperingatkan. Ivy hanya menatapnya kesal tak tahu apa pipinya sakit dan dia sudah kehabisan nafas. Tangannya melambai seolah menyuruh mereka cepat-cepat pergi.

The Last HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang