Bab 10

18 5 0
                                    

Kemarin aku salah nulis judul, harusnya Bab 9, bukan Bab 8 lagi.

Anyway, aku mau ngomongin soal bukuku yang kedua; Manusia dan Perkaranya. Buku itu aku dapet ide di tahun lalu, ketika pandemi masih anget angetnya di Indonesia. Sebenernya idenya udah lama, aku mau buat buku dimana aku bisa baca ketika aku lagi sedih, bertanya, apapun yang buat ganjal, biar aku bisa lebih banyak bersyukur dan bahagia.

Setelah ditimbang, ternyata nggak cuman aku yang butuh tempat buat didengarkan, orang lain juga. Buku itu isinya banyak, masalahnya juga beragam. Kadang aku sampe di satu pemikiran kaya... "ternyata hidup emang kaya sinetron." Ya kesannya emang drama banget, tapi beneran begitu kan?

Aku belajar banyak tiap kali research per bab soal manusia manusia yang aku bahas. Benar, bukuku sedang berusaha di tujuannya—menjadikan tempat aku bercerita. Senang ketika orang orang yang membaca juga berbahagia, mereka juga bercerita. Mereka kirim dm, kirim di wall, lalu aku baca.

Ini perasaanku. Menurutku buku keduaku lebih banyak artinya dibanding buku pertama. Mungkin karena buku kedua bukan berisi soal cinta, tapi soal pertanyaan yang tak kunjung punya jawaban.

Terima kasih ya, ngomong ngomong. Sudah mau membaca bukuku dan buat aku bahagia setengah mati kalau ternyata banyak orang yang mendengarkan aku. Pakailah lapakku, kolom komentar di bukuku, wallku, dmku, untuk kamu bercerita. Ayo, aku dengarkan. Ayo kita cari solusinya sama sama.

Kamu nggak sendirian. Aku juga.

A Letter From Your HeartWhere stories live. Discover now