12 👑 Pangeran Yang Diasingkan

986 135 3
                                    

Happy reading
...

Terhitung sudah seminggu Sky berada di tempat yang asing baginya. Dan dalam kurun waktu yang tak sebentar itu, Sky menghabiskan waktunya dengan berkeliling di sekitar istana. Tentu tak sendirian. Ada Treza--si guru misterius yang mendampinginya. Ah, soal julukan tersebut.... Sky terpikirkan semenjak kejadian malam itu. Malam dimana Treza dan dirinya saling menatap tanpa mengucap sepatah kata.

Namun, Sky sudah tak peduli lagi tentang kejadian malam itu. Baginya, Treza adalah orang baik, sama seperti di dunia yang satu. Hanya terselip sedikit perbedaan, yakni dari cara bicara. Treza lebih hati-hati dalam memilih kata yang hendak diucapkan.

Dan selama ditemani Treza, Sky lebih sering dibawa mengunjungi arena berlatih pedang, perpustakaan, dan ruangan yang berisi beberapa alat musik. Emm, sebenarnya entah pantas disebut ruang musik atau tidak, sebab di sana hanya ada piano dan biola. Akan tetapi, dari 3 tempat yang kerap disinggahinya, Sky lebih berkenan ketika Treza mengajaknya ke ruang musik.

Dan entah mengapa, ruangan berukuran sedang yang memiliki gaya elegan ini mengingatkan Sky pada rumahnya. Yah, rumah yang sebenarnya.

"Menemukan sesuatu yang menarik, Pangeran Sky?" Treza melangkah mendekati Sky yang melihat keluar melalui jendela. "Ah, kebun bunga di sana memang mampu menarik mata siapa saja. Tapi, Pangeran harus tahu satu fakta mengenai bunga cantik tersebut," ucap Treza menggantung.

Yang mana berhasil membuat Sky menoleh ke arahnya dengan dahi berkerut. "Fakta apa?"

Treza mengangkat salah satu sudut bibirnya, tetapi netranya sama sekali tidak membalas tatapan Sky. Justru ia malah mendongak ke atas guna memperhatikan awan hitam yang berarak dari timur.

"Apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Begitupula dengan bunga di bawah sana. Tampilannya memang cantik, tapi asal Pangeran Sky tahu, bunga merah itu mengandung racun yang hampir membunuh Putra Mahkota Leo dan Pangeran Sky sewaktu kecil," jelas Treza.

Sky terdiam, mencerna maksud dari perkataan Treza barusan. Jika berbahaya, mengapa tidak dimusnahkan saja? Ingin Sky bertanya demikian, tapi sepertinya Treza kelewat paham dengan mimik wajahnya yang menampakkan kebingungan.

"Bunga itu tidak bisa dimusnahkan, tetapi dapat dihindari. Dan ... sudah menjadi rahasia publik, jika bunga merah di bawah sana merupakan lambang dari kerajaan yang kita pijak saat ini."

Sky mengangguk paham, walaupun sebenarnya tak peduli. 'Tah dirinya hanya sesaat berada di sini. Tempat ini bukan dunianya.' Pikirnya.

Treza melirik sekilas ke sampingnya, dimana Sky berada. Rupanya Sky masih betah memperhatikan kebun bunga yang terletak agak jauh dari istana dan menjorok ke dalam hutan. Treza memilih meninggalkan Sky dan membiarkannya memandang sesuatu yang akan menjadi penyebab dirinya celaka untuk kedua kalinya.

Piano menjadi tujuan Treza setelah mengambil langkah menjauh dari Sky. Ia mengambil posisi duduk di tempat yang seharusnya untuk mulai menggerakkan jarinya di atas tuts-tuts piano sehingga memperdengarkan sebuah melodi indah.

Di satu sisi, fokus Sky buyar begitu saja saat alunan melodi dari piano yang dimainkan Treza menyapa gendang telinganya.

"Teringat sesuatu, Pangeran Sky?" Tanya Treza tanpa menghentikan permainan pianonya.

Bukan jawaban yang Sky berikan, tetapi malah lelehan air mata tiba-tiba keluar dari sudut matanya. Jika ditanya kenapa, Sky sendiri juga tidak tahu jawabannya. Namun, dari dalam dirinya ada semacam dorongan untuk menangis. Lantas sekarang kebingungannya hanya satu, dirinya menangis untuk hal apa?

Sleeping Prince | HaechanWhere stories live. Discover now