• sick

2.3K 527 42
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sudah dua hari [Name] tak berjumpa dengan Sano. Bukan hal yang besar, Bahkan sebelummya ia pernah tak berjumpa selama seminggu lewat.

Yang aneh adalah motor kebanggaan laki laki itu tetap terparkir di posisi yang sama selama dua hari. Itu artinya sang pemilik tidak pergi dan hanya berdiam di dalam apartemen.

Malam itu sangat cerah, bulan bersinar terang, bintang bintang bertaburan di atas langit.
Bel pintu rumah nomor dua Puluh berbunyi. [Name] sebenarnya ragu mendatangi rumah Sano, takut mengganggu. Tapi ia juga khawatir, cemas pria itu mati berdiri atau mati duduk dan tak ada yang menyadarinya.

Bel terus berbunyi selama 15 menit, namun tetap tidak ada jawaban, wanita itu semakin resah. Pikiran negatif kian memenuhi otaknya.
Kaki melompat lompat kecil karena tidak sabar, hal itu sedikit mengurangi rasa gelisah dalam hati.

"Sano-san? apa anda di dalam? anda baik baik saja?" panggil [name].

Tidak ada jawaban.

Wanita itu memutar otak, khawatir berlebihan membuatnya harus memikirkan cara agar pintu apartemen Sano bisa terbuka.
Kunci cadangan atau didobrak.
Ide yang paling masuk akal.

Makian Sano urusan belakang, jika nanti pria itu baik baik saja [name] sudah siap malu, ia siap dengan segala konsekuensi. Baru saja wanita itu melangkah untuk mencari kunci cadangan, pintu berwarna putih terbuka, kecil. Sano bahkan tak terlihat.

Jantungnya berdegup kencang.
"SANO-SAN!" pekik [name]. Terlalu excited.

Pintu terbuka lebar, menampakkan Sano Manjirou keadaannya begitu memprihatinkan. Wajah puncat, tubuhnya terlihat lemah. Matanya sayu menatap [Name].

"Anda ... baik baik saja?" wanita itu kebingungan, Sudah Jelas pria itu tidak dalam keadaan baik.
"Anda ... Tidak terlihat baik," lanjutnya canggung.

Sano hanya terdiam tetap memandang wanita di depannya.

"Aku datang karena khawatir, anda tidak keluar selama dua hari belakaaa"

Brukk!

"SANO-SAN!?" [name] berteriak kaget saat Sano tiba tiba saja terjatuh. Wanita itu sudah berusaha menangkap tapi terlambat, Sano lebih dulu bertemu dengan lantai dingin.

[Name] linglung, dipandanginya lama tubuh Sano yang terkulai lemah, Belum berani ia menyentuh pria itu.

"Maaafkan aku," ucapnya sebelum lengan Sano diangkat dan diletakkan di atas bahu. Sekuat tenaga [Name] mengangkat tubuh Sano. Pria itu mungkin terlihat kurus namun badannya sangat berat. Tak mungkin sang puan mampu mengangkatnya hingga ke dalam kamar jadi diseret adalah pilihan.

"Permisi," Ujarnya Sebelum memasuki rumah nomor dua puluh.

Rumah [Name] dan Sano punya desain interior yang sama, membuat wanita itu tak lagi kebingungan dengan letak letak ruangan dalam rumah tersebut.

Perlahan dibaringkan Sano di atas kasur. posisinya dibuat senyaman mungkin. [Name] bisa bernapas lega setelah berhasil memindahkan pria itu. Irisnya berpaku pada wajah Sano, ditatapnya lekat lelaki itu sambil memikirkan tindakan selanjutnya yang harus ia lakukan.

Punggung tangan diletakkan pada dahi tetangganya, panas.
Wanita itu bimbang, apakah Sano hanya demam atau ada penyakit lain yang sedang menyerang pria itu.

"Haruskah aku panggilkan dokter?" [Name] bergumam sendiri.

Pintu rumah Sano ditutup dari luar.
[Name] kembali ke rumahnya, dompet dan jaket diambil dengan tergesa, takut toko yang akan dituju tutup nantinya.

Kaki diajak berlarian mengejar waktu, peluh keringat membasahi seluruh badan. Berulang kali sendal berwarna biru milik [name] terlepas membuatnya harus memutar balik kebelakang.

"HEI HEI TUNGGUUUU" teriakan wanita itu sukses membuat pemilik apotek menghentikan kegiatannya mengunci pintu toko.

[Name] lebih dulu mangatur napas, sedangkan pemilik toko hanya menatap kebingungan.

"Ada yang perlu saya bantu," tanya wanita tersebut kepada [Name].

"selamat malam."
[Name] sedikit menundukkan kepalanya, berpamitan kepada wanita pemilik apotek setelah membeli obat obatan yang dianjurkan.

Kini ia bisa berjalan dengan tenang, tidak terburu buru seperti sebelumnya. Mini market menjadi pusat perhatian, langkah berhenti tepat di depan toko kelontong modern. Menimbang nimbang rencana dalam otaknya.


"Selamat datang," sambut pekerja dengan ramah.

Pada akhirnya [Name] memutuskan untuk membeli beberapa barang yang akan dibutuhkan untuk besok pagi.

Barang yang dibeli diletakkan di rumah [Name] sebelum ia kembali melihat keadaan Sano. Pria itu masih saja menutup matanya, tertidur sangat pulas atau mungkin saja masih pingsan?


Selimut dibenarkan letaknya oleh [Name]. "Selamat malam Sano-san,"
Ucapnya pelan.

Lampu dimatikan, pintu kamar ditutup rapat, sama dengan pintu depan rumah Sano.

Wanita itu kembali ke rumahnya.
Sebetulnya [name] khawatir meninggalkan tetangganya itu sendiri, tapi ia juga tak enak hati bermalam di rumah pria itu.



TBC





A/n

Yhaaa mikey gaada dialog satu pun 😋

Whalien | Sano ManjirouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang