• altruisme

2.1K 498 55
                                    

"Sano-san? Kenapa berhenti?" [name] celingukan melihat sekitar tempat Sano menghentikan kendaraan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Sano-san? Kenapa berhenti?"
[name] celingukan melihat sekitar tempat Sano menghentikan kendaraan.

"Turun," seru pria pengendara.

"a- eum" [name] ketakutan dengan pikirannya sendiri, ia berprasangka bahwa Sano menyuruhnya turun dan akan meninggalkan dirinya.

"Kita telah sampai."

"oh haha baiklah, seharusnya kau bilang." sang puan tertawa canggung, malu sendiri padahal tak ada yang bisa membaca pikirannya.

Sano memarkirkan motornya di pekarangan rumah yang seluruh pintu dan jendelanya tertutup rapat.
"Sano-san, apa yang akan kita lakukan di tempat ini? Rumah siapa ini?"

Jika sebelumnya laut yang menjadi tempat keduanya berlabuh, kini bangunan kosong adalah destinasi yang dikunjungi.

"Ini rumahku."

___


Dua jam sebelumnya...

Wanita dangan setelan baju olahraga menepuk tangannya guna membersihkan kotoran bekas kantong sampah yang baru saja dibuang.

Warna bumi masih tampak biru menuju terang, hawa dingin membuat [name] menggigil, dua tangannya dimasukkan dalam saku. Ia berlari lari kecil ke arah apartemen. Ingin segera masuk lagi dalam selimut tebal kesayangan.

"uh-- Selamat pagi Saito-san, Ito-san, Tanaka-San." [name] menghentikan langkahnya, menyapa tiga wanita yang berstatus sebagai tetangganya itu.

Kehadirannya memicu suasana menjadi senyap yang mulanya penuh dengan suara perbincangan.
Peralihan cepat itu jelas saja disadari oleh [name], membuatnya heran dan sedikit cemas.

"selamat pagi," sahut salah satu dari tiga wanita yang disapa.

[name] tersenyum ramah, " pagi ini sangat dingin," ucapnya.

"Kau benar, [name]-san maaf tapi Kami harus kembali lebih dulu."

Tanpa menunggu jawaban dari wanita yang lebih muda, ketiganya langsung mengacir tinggalkan [name] seorang diri dalam keadaan bingung. Ia pun sama, ingin kembali juga ke apartemen, tersembul niatan untuk jalan bersama tetapi di urungkan karena melihat tetangganya itu seperti tidak nyaman akan eksistensinya.

Serebrum bekerja keras mencari cari alasan mengapa tiga wanita itu menghindari dirinya. [name] berdiri mematung di tengah tengah halaman luas, tak sadar diperhatikan oleh seseorang dalam bangunan.

"Mungkinkah karena-- ah aku yakin karena itu." [name] menarik rambutnya sendiri. Bagaimana bisa ia melupakan momen besar dalam hidupnya. Beberapa saat yang lalu wanita itu dihadapkan dengan dua pilihan besar. Determinasi untuk jalan hidup kedepannya.

Jika memilih opsi satu, sudah pasti ia harus kehilangan opsi lainnya.
[name] memutuskan untuk bersama dengan Sano manjirou, maka ia hendaklah menerima akibat dari pilihannya itu yakni dikucilkan oleh tetangga lain.

Dalam hubungan antara penghuni rumah nomor sembilan belas dan dua puluh tersebut, [name] lah satu satunya yang harus berkorban demi terbentuknya jalinan mereka. Wanita itu tidak menyesali ketetapannya, namun sedikit lara.

Perempuan riang yang senang bersosialisasi harus rela dikucilkan demi seorang pria yang notabene nya adalah eks mafia. What an irony.

"jika dipikir lagi ... Senyuman Sano-san cukup untuk membayar kejadian ini," ujar [name] seraya tersenyum getir menengadah ke arah angkasa luas yang sudah terang akibat ulah sang surya. "Apa yang aku pikirkan?"

Hubungan yang mulanya didasari oleh rasa iba kian berubah tiap kali dua insan dipertemukan. Perlahan untai-untai afeksi mulai mengikat dua jiwa, melemahkan penolakan hati atas presensi seorang Sano Manjirou.

"are, Sano-san? Apa yang kau lakukan diluar sini?"

Saat sampai koridor apartemennya, [name] mendapati penghuni rumah nomor dua puluh tengah berdiri memangku tangan di permukaan pembatas. "Selamat pagi," sapanya seraya menunduk kecil pada tetangganya itu.

"Kau tidak datang ke toko roti?" tanya Sano. Mengabaikan ucapan selamat pagi.

"Aku libur hari ini."

Pria itu tidak menanggapi lagi membuat [name] berniat untuk masuk kedalam rumahnya.

"Aku akan masuk, semoga harimu menyenangkan Sano-san."
Wanita itu merogoh celananya, mencari kunci untuk membuka rumah.

"Jika kau ingin mengakhiri hubungan, maka aku akan menghentikanmu."

Ucapan yang terdengar posesif dan egois itu tidak lagi dipusingkan oleh [name]. "aku tak berniat meninggalkanmu," imbuhnya dengan vokal rendah.

"... untuk saat ini." kalimat lanjutan yang hanya di dengar oleh nurani sang puan.

Kenop pintu digenggam, siap untuk memasuki apartemen, namun cengkeraman ditangan kanannya memaksa wanita itu untuk berhenti.

"Ikut denganku."



To be continued...





Altruisme adalah sikap atau naluri untuk memperhatikan dan mengutamakan kepentingan serta kebaikan orang lain. Antonim dari egoisme.

Jika Sano mempunyai sifat egois maka sebaliknya, [name] memiliki ciri altruisme.

Entah ini hubungan yang saling melengkapi atau hanya jalinan yang berat sebelah.





If you say you need me no more
Then I might have to stop you there




Padahal ini ff isinya cuma konflik batin tapi kenapa rasanya berat banget ya 😂

Whalien | Sano ManjirouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora