Chapter 3

1.3K 75 93
                                    

Istana Kekaisaran, Jin Hark

*Tak tak tak

Suara langkah kaki kuda dapat terdengar dari kereta yang sedang berjalan melewati gerbang masuk istana dapat terdengar di seantero penjuru halaman. Di dalam kereta kuda yang dikawal di depan dan belakang, duduklah 6 orang dengan pakaian yang kontras sekali dengan pakaian orang-orang disekitar. Adalah diplomat Indonesia, asistennya, dan prajurit TNI yang mengawal keduanya yang berada di dalam kereta itu.

"Akhirnya kita sampai juga ya." Ucap asisten Abdul, Daud.

"Iya. Dan istana ini sungguh bagus, arsitekturnya tampak cukup maju."

Setelah berhenti, mereka bergegas turun dan para anggota TNI ikut. Para prajurit Louria yang tergabung dalam Royal Guard langsung mengamati senjata yang dipegang oleh mereka.

"Hei, bukankah itu mirip dengan senjata milik Parpaldia dan pasukan elit?"

"Hmm, tidak. Senjata Parpaldia itu lurus, sedangkan milik mereka lebih mirip dengan milik HME."

"Hmm, aku rasa kau ada benarnya."

Abdul, si diplomat Indonesia memperhatikan bangunan istana ini, yang mana terlihat kuno dan estetik. 

"Benar-benar membawa kita ke era kerajaan-kerajaan jaman dulu."

"Benar pak, namun jelas kita harus berhati-hati karena ini di era medieval. "

"Saya tahu. Karena itulah Pak Joko ada disini bersama prajuritnya. "

"Siap melindungi! " Ucap Joko.

"Baiklah kalau begitu. Ayo masuk. "

Pintu pun dibuka, dan menampilkan balairung Istana yang penuh dengan para Petinggi Kekaisaran Louria.

"Selamat datang di Istana kami, Diplomat Indonesia! " Ucap Hark Louria menyambut kedatangan Diplomat Indonesia.

"Terimakasih atas sambutannya, Paduka Yang Mulia. "

Obrolan kecil pun dimulai. Seperti tanya kabar, pendapat mengenai Louria, dan lain sebagainya. Dan sampailah ke bagian inti.

"Bagaimana dengan hubungan dagang ya? Kami memiliki kota Industri bernama Beales Di Timur. "

Abdul pun berpikir sejenak. Raja Hark menyebut Beales sebagai sebuah kota Industri, hal itu menunjukkan bahwa Louria itu telah cukup modern dibandingkan Qua-Toyne dan Quilla. Dengan begitu, mereka merupakan pasar yang lebih besar dan baik.

"Dimengerti."

"Ah, kami ada permohonan jika boleh. "Ucap Hark Louria.

"Permohonan apakah itu? "

"Bisakah kalian menjual senjata sama seperti yang kalian jual ke Qua-Toyne dan Quilla ke kami? "

Sang Diplomat pun langsung terdiam, mencoba untuk berpikir sejenak. Menjual Arisaka ke Louria itu cukup, berbahaya untuk sekarang. Dikarenakan ketiga negara di benua Rodenius terbagi menjadi dua blok, maka ada kemungkinan jika penjualan ini akan berdampak buruk. Penjualan ke Qua-Toyne dan Quilla telah menjadi efek Deterrent bagi Louria, sehingga perang bisa dicegah. Namun jika Louria juga punya, maka efek itu akan hilang dan kepercayaan oleh Qua-Toyne dan Quilla ke Indonesia akan menurun. Belum lagi pemerintah akan dicap bodoh baik oleh Oposisi, Rakyat, dan Kedutaan Besar negara-negara asing yang ikut ke Indonesia.

"Ini adalah permintaan yang tidak dapat saya putuskan seorang diri, ataupun berdua saja. Maka dari itu, saya akan menanyakan hal ini kepada dulu ke pemerintah kami. " Jawabnya mencoba se aman mungkin.

"Baik. Menurut anda, apakah itu akan disetujui? "

"Ini sulit untuk diputuskan, karena harus dibicarakan terlebih dahulu di kabinet dan badan-badan legislatif kami. Karena sifatnya, maka kami berdua tidak dapat memberikan jawaban pasti. "

Summoning Kinda Wank Indonesia [REWRITE]Where stories live. Discover now