20. Cocok!

991 170 8
                                    

Kepada Maga, Geya kehilangan resfect-nya. Kekaguman yang semula menguasai dada kini lenyap dilumat rasa kecewa. Sekian tahun mencintai, perasaan gadis itu dipaksa mati tadi malam. Ditikam tanpa ampun oleh sikap antagonis Maga. Geya kira egois hanya berlaku untuk dirinya saja, ternyata di sana ada seorang Magani Pradita yang lebih ahli melakoninya.

Bijaksana?

Selamat tinggal, titel itu tak lagi layak disematkan kepada seorang Magani.

Si serakah, ini julukan baru yang tepat. Amat pantas mendeskripsikan Maga dalam menyikapi kisah romansanya. Zanitha diembat, Geya diberi harap setinggi angkasa. Di akhir, pijakan lelaki itu goyah. Dua perempuan yang terikat tali persaudaraan sama-sama ingin dimilikinya. Begitu tamak. Beruntung otak Geya menyisakan sedikit kewarasan sehingga bisa berpikir jernih. Maga mencintainya? Oke. Namun, terlambat. Pengakuan itu hanya dibalas air mata dan makian.

Geya resmi menyerah. Cinta Maga kepadanya tidak sehat. Mengandung racun yang pekat. Geya akan sangat menderita jika meneruskan rasa sukanya. Lagi pula, laki-laki macam apa yang tega menyatakan perasaan pada adik dari tunangannya sendiri?

Brengsek?

Exactly!

Semalam, keributan di dapur berakhir dengan kekalahan Maga. Kendati begitu, tidak ada yang jadi juara. Perasaan Geya luka parah, hati Ogy berkali-kali patah. Dunia ketiganya porak poranda dalam satu waktu.

Semalam, Geya langsung mengurung diri di kamar. Mengabaikan semua orang yang berusaha mengajaknya bicara. Ogy yang ngotot menunggu pun pada akhirnya menyerah karena Pak Faisal menyuruh pemuda itu pulang.

Ketika Geya pikir telinga Zanitha selamat dari bisingnya huru-hara yang disebabkan Maga, mata sang kakak yang pagi ini bengkak seolah-olah membantah dugaannya. Di meja makan kala sarapan, si sulung membisu. Sedetik pun enggan menjalin tatap dengan Geya. Si bungsu ikut-ikutan bungkam, merasa amat bersalah meski tidak tahu pasti alasan Zanitha murung dan tampak nelangsa.

Geya mengesampingkan dulu soal Zanitha, sebab dia harus menyembuhkan lukanya sendiri terlebih dulu. Tunggu beberapa hari sampai tensi mendingin, baru akan Geya ajak bicara serius Zanitha.

Perihal sang kakak bisa dibahas lain kali, tetapi ada Ogy yang pasti meminta penjelasan hari ini. Tentang hubungan pura-pura yang malah dibawa serius oleh pemuda itu, Geya dituntut untuk segera meluruskannya. Maga sudah mendapat hukuman, otomatis antara dirinya dan Ogy harus berakhir, 'kan?

Sejatinya, bagi Geya pun ini bukan perkara gampang. Ogy telah berhasil mencipta setitik rasa di hatinya. Namun, mustahil ada kisah cinta di antara mereka. Geya belum selesai dengan perasaannya pada Maga meskipun gairah mencintai lelaki itu sudah sirna. Ogy terlalu berharga untuk dicintai setengah hati, sedangkan hati Geya bahkan tidak ada setengahnya lagi. Hancur di semua sisi. Butuh waktu untuk membuatnya utuh kembali. Utuh yang cacat. Yang terbentuk, tetapi dipenuhi retak.

Dugaan Geya akurat, tentang Ogy yang sudah berada di depan kelasnya ketika gadis itu sampai di sana. Siap sedia menunggu sambil menyandar pada satu sisi pintu yang tertutup. Begitu pandangan mereka bertemu, pemuda itu buru-buru menyungging senyuman menawan. Mendapati tampang semringahnya, Geya jadi tidak tega mengakhiri drama di antara mereka.

"Pagi," sapa Ogy.

Gelagat lelaki itu tidak ada kaku-kakunya, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Geya jadi lega, sebab jika suasana panas sisa pertengkaran tadi malam Ogy bawa-bawa, alamat bakal tercipta canggung. Apalagi kala kilasan ciuman intens terbayang, Geya bersumpah ingin ditelan bumi saja.

Malunya baru terasa saat bangun tidur. Di kasur, gadis itu sempat berguling-guling macam orang kesurupan saking tengsinnya mengingat aksi lumat-lumatan bersama Ogy. Mana dengan lancangnya Geya jadi pihak pertama dalam mengambil inisiatif pula. Sungguh memori mengesankan sekaligus memalukan yang akan membuat Geya tidak karuan kala memeta ulang adegannya di kepala.

[✓] The Right HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang