04_Dialog Dini Hari

1.6K 335 432
                                    

Saya sibuknya luar biasa, sengaja part ini sangat panjang supaya tidak berchapter banyak. Saya ingin memberikan cerita yang semakin bermakna dari banyak book sebelumnya. Semoga kalian bisa merasakan perjuangan orang-orang kecil macam Adelia sehingga bisa membesarkan empati dan rasa humanis dalam diri. Terima kasih sudah ikut mempromosikan, tetap bantu saya memperkenalkan book ini supaya cerita yang sarat realita ini bisa dibaca banyak orang. Update setelah 200 komentar. Play mulmed Tenang by Yura Yunita.

..

Ya Allah ampunilah dosa kedua orang tuaku, dosa para pendahuluku, dan dosa-dosaku. Berikanlah Bapak dan Ibuk kesehatan, keselamatan, kesabaran.

Ya Allah.., semoga besok ada kabar baik, bukalah pintu rejeki kami.

Ya Allah, hijabahi doa hamba, aamiin ya robbal 'alamiin.

Adelia mengakhiri shalat Isya' dengan serentetan doa yang selalu ia panjatkan. Bapak mengabari jika sebentar lagi Laras –sang adik yang terpaut enam belas bulan dengan dirinya, akan menghadapi ujian skripsi. Adelia turut bahagia, ternyata Laras bisa membuktikan pada Ibu Tiri mereka dengan sebuah prestasi. Adelia berharap setelah Laras lulus, adiknya itu akan segera mendapatkan pekerjaan sehingga bisa hidup mandiri dan tidak merepotkan Bapak. Lagipula masih ada dua adik sambung yang juga membutuhkan biaya sekolah. Cukuplah Adelia yang tidak meneruskan hingga perguruan tinggi, dia sudah terbiasa hidup susah.

Suara Yangti mengaji terdengar sayup-sayup menenangkan. Memenuhi janjinya ketika setuju untuk tinggal bersama Yangti, Adelia mengambil Al Qur'an. Sepanjang ia meyakini jika Allah tidak tidur, asanya selalu ada untuk melanjutkan hidup.

Sementara Adelia melantunkan ayat-ayat suci di dalam kamar, Ibu dengan ponsel menempel di telinga terlihat resah. "Apa gak bisa ditunda dulu? Ini kan masih pandemi."

Jawaban di seberang sepertinya kekeuh melaksanakan rencana yang ditentang oleh Ibu.

"Pertimbangkan lagi, Ras. Kamu gak mau nyari kerjaan dulu? Kakakmu aja susah nyari kerjaan padahal pengalaman kerjanya banyak. Kamu sekolah tinggi bukan untuk jadi ibu rumah tangga saja, Nak. Gak kasian sama Bapakmu sudah ngeluarin biaya kuliah yang gak sedikit?"

Intonasi Ibu masih lembut seperti biasa, namun penuh penekanan. Wanita itu paham betul jika Adelia sedang berusaha keras untuk berdikari, tapi kenapa Laras yang memiliki kesempatan besar untuk menjadi lebih sukses justru memutuskan untuk mengakhiri masa lajang dan menjadi istri yang dilarang untuk bekerja? Bagaimana kalau suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan –perceraian, kematian, misalnya? Mau hidup pakai apa kalau tidak memiliki pegangan uang?

"Pikirkan lagi, Nak. Bapak pengen banget lihat kamu sukses, tolong wujudkan keinginan Ibuk dan Bapak ya."

..

PulangWhere stories live. Discover now