18_Janji?

1.3K 312 496
                                    

Siapkan hati kalian, 400 komen bisa?

..

"Del, bangun." Butuh beberapa detik Timor berusaha membangunkan Adelia yang terlihat lelah. Memasuki wilayah Banyuwangi, kedua kelopak mata perempuan itu tak tahan untuk tidak menutup. Bagi Timor, detik berdetik yang tersisa sebelum kedua kelopak mata Adelia terbuka adalah saat-saat romantis yang membuat kedua sudut bibirnya melengkung seketika.

"Adelia?"

Perlahan perempuan itu membuka kedua mata, menyipit sembari sedikit menggeliat, ia menghembuskan nafas panjang saat sadar mobil sudah terparkir di halaman kediaman Yangti. "Udah nyampe?"

"Hm," Timor melepas sabuk pengaman.

"Jam berapa ini?"

"Satu lewat seprapat," Timor menyandarkan kepala ke belakang, "ada siapa di rumah? Kok lampunya nyala?"

"Bulek Mirah udah nyampe katanya, tapi aku bawa kunci sendiri." Adelia menyelempangkan tas lantas membuka pintu. "Turun gak?" tawarnya.

"Iya," Timor mengucek kedua mata lantas mengikuti Adelia turun dari mobil. Berjalan ke pintu kedua, ia mengambil jajanan yang tadi dibawakan Laras, "ketinggalan."

"Buat Mas aja," Adelia menuju teras rumah lalu membuka pintu, tadi sudah janjian dengan Bulek Mirah kunci pintu diambil supaya dirinya mudah membuka dari luar dengan kunci milik Yangti.

"Kebanyakan, gak ada yang makan."

"Bawa ke kantor pasti habis," Adelia memasukkan tas ke dalam rumah. Lantas keluar lagi karena Timor memilih duduk di kursi teras. "Minum teh anget, mau?"

Timor menggeleng, " gak, aku terusan," ia menengok ke dalam ruang tamu, "Bulek Mirah beneran udah ada?"

"Udah, di kamar."

"Liatin dulu."

"Kan udah wa tadi," Adelia mengambil duduk di samping Timor, "habis ini langsung bobok ya."

"Mandilah, pliket."

"Pake air anget."

"Udah biasa pake dingin."

"Tuh kan suka gayaan jadi orang, sok kuat."

Kedua mata Timor menyipit mendengar kalimat Adelia yang terdengar sinis, "kumat."

"Kumat?"

"Juteknya kumat," Timor menguap, "wes sana masuk, bobok."

"Ha?"

Timor beranjak dari kursi lantas melangkah gontai menuju mobil, "aku pulang."

"Iya, ati-ati," Adelia heran barusan tadi Timor bahas apa coba? Kumat? Jutek? Siapa?

Mesin mobil dinyalakan, Timor membuka jendela melambaikan kecil tangan kanannya, "assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, makasih, Mas Tim."

"Iya, sama-sama."

Adelia melepas kepergian Timor, perlahan cahaya lampu mobil mulai menghilang di balik pekatnya malam. Di dalam mobil sendiri, Timor mengamati Adelia masih berdiri di halaman rumah yang hanya berpagar tanaman setinggi dada. Menginjak rem, ia mengambil ponsel. Dilihatnya lewat kaca spion, Adelia menempelkan ponsel ke telinga.

"Kok brenti, ada yang ketinggalan?"

"Masuk, sepi."

"Iya nanti juga masuk."

"Sekarang, gak pake bantah."

"Mas kenapa sih?"

"Masuk, Del. Mau aku balik rumah kamu lagi?"

PulangWhere stories live. Discover now