Kilas

14 7 4
                                    


"Pokoknya Bapak mau kamu lebih rajin lagi belajarnya, nggak usah main-main sama teman sekolah, pulang langsung pulang. belajar di rumah."

Suara berat Bapak mengisi seluruh ruangan. Meja makan yang dulunya menjadi tempat terhangat untuk berbincang dan berbagi tawa kini terasa asing bagi Daily.

"Nantinya kamu itu harus bisa kerja seperti Abangmu, pakai baju bagus, gaji besar, kurang enak apa kita dilihat tetangga? "

"Tapi, Pak, aku punya rencana sendiri."

"Rencana-rencana apa? sudah jelas Bapak ngasih tau ini juga untuk kebaikan kamu, masa depan kamu!"

Lagi dan lagi ia tidak mampu membela dirinya sendiri, bahkan untuk hal yang menyangkut masa depannya.

"Ingat, tahun ini tahun terakhirmu di sekolah, Bapak nggak mau dengar peringkatmu itu turun seperti kemarin," titah pria berumur lebih dari separuh baya tersebut sambil menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.

Mama mengangguk melanjutkan, "Benar itu yang dibilang Bapakmu Nak, kamu harus semakin rajin belajar, toh, Mama nggak keberatan kalau harus membersihkan rumah sendirian asalkan kamu mementingkan sekolahmu."

"Iya Pak, Ma."

"Jangan iya-iya aja. Buktikan."

Perempuan bermata hitam itu hanya bisa mengangguk dan melanjutkan makan malamnya yang hampir selesai. Ia ingin cepat-cepat pergi ke kamar.

"Daily sudah selesai makannya, Daily mau ke kamar dulu," katanya sambil menggeser kursi dan hendak berjalan, "Belajar yang rajin ya Nak." Mama mengingatkan.

"Iya Ma."

Daily melangkah menuju tempat teraman yang sejak kecil ditempatinya, membuka gagang pintu kayu lalu masuk ke dalam sambil menghela napas, "Untuk kesekian kalinya aku kalah."

Ia mengedarkan pandangan: ruangan minimalis berwarna coklat muda menyambut netranya, single bed serta nakas tepat di samping kiri menjadi perabotan yang pertama kali di lihatnya, tidak lupa dengan rak mini yang sengaja dibuat untuk menyimpan berbagai buku bacaan dan meja belajar di bawah jendela menjadikan kamarnya semakin sempurna untuk anak perempuan. Tapi ia tidak memedulikannya.

Daily menggerakkan kakinya ke kasur lalu membaringkan diri menghadap dinding–ia tidak tidur dan tidak juga menangis–hanya merenung entah sampai berapa lama.

–––– ✧ ––––

Hay bagaimana part pertamanya? semoga kalian suka ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hay bagaimana part pertamanya? semoga kalian suka ya.

di part selanjutnya akan lebih panjang dan masuk ke dalam cerita, jadi, jangan lupa siap-siap!

sampai bertemu kembali ♡

AmigdalaWhere stories live. Discover now