Chapter 06

219 104 128
                                    

Suara dentingan sendok dan garpu tercipta diruang makan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Suara dentingan sendok dan garpu tercipta diruang makan. Terdapat empat orang disana.

Daniel yang pertama kali membuka suara. "Dek, nanti abang nggak bisa nganter kamu. Ada praktek, soalnya." Jelasnya memberi tahu.

Sanaya mengernyitkan dahinya. "Loh ... aku berangkatnya gimana, dong?" Protes gadis itu.

Daniel hanya mengangkat bahunya tidak tahu menahu.

Sanaya menoleh kearah sang papa. "Papa .... gimana?" Manik matanya penuh harap.

Papanya- Yoyo malah cengengesan, memperlihatkan giginya yang rapih.

Sanaya tersenyum masam. Dia sudah mengerti. Kalau papanya sudah seperti itu berarti Sanaya ditolak.

"Yaudah aku naik go-car aja." Lesu gadis itu.

Ting nong!

Suara bel berdenting memenuhi ruang makan tersebut.

Sanaya yang memang dalam mode garang menggerutu. "Siapa, sih yang dateng pagi pagi gini!? Ganggu aja."

Lina- sang mama menoleh kearah Sanaya yang sedang menekuk wajahnya. "Dek bukain, gih. Siapa tahu penting."

Tanpa berkata-kata lagi, Sanaya berjalan lesu kearah pintu.

Cklek!

Melihat seorang lelaki yang saat ini bertamu dirumahnya membuat gadis itu melongo. Mulutnya sedikit terbuka.

"Eh?"

Lelaki dihadapannya tersenyum lebar. "Halo Naya!"

Sanaya ikut tersenyum. Suasana hatinya seketika berubah. Hatinya berbunga-bunga.

"Bang Kemal, yaampun!" Sanaya menghambur masuk ke dalam rengkuhan Kemal.

Gadis itu memeluknya erat.

Kemal terkekeh gemas. Telapak tangannya mengelus lembut pucuk kepala Sanaya. "Kenapa tadi bibirnya manyun, gitu?"

Sanaya menggelengkan kepalanya. "Ah, nggak papa, kok. Tadi aku liat BTS comeback, tapi Taehyungnya ganteng banget." Elak Sanaya.

Kemal tertawa. "Hahahahaha, gantengan Bang Kemal kemana-mana lah, Nay. Kamu gimana, sih?" Songong lelaki itu.

Sanaya mengernyitkan dahinya jijik. "Dih, amit-amit."

Setelahnya gadis itu mengamit lengan Kemal. "Yaudah ayo masuk."

***

Kemal mengambil bekal di jok mobil belakangnya. "Nih bekel buat kamu."

Sanaya berseri-seri. "Wah, Bang Kemal yang buat sendiri?"

Kemal mengangguk.

Setelah mereka keluar dari mobil, Kemal mengelus pucuk kepala Sanaya. "Jangan nakal. Jangan pacaran mulu, oke?"

Sanaya mengerucutkan bibirnya. "Dih, aku nggak punya pacar. Aku juga benci pacaran. Bang Kemal, kan tau itu." Sergah Sanaya.

Kemal menghela nafas.

"Iya tahu, tapi kamu harus sembuh. Jangan kaya gini. Abang sedih lihatnya." Lirih Kemal. Pandangan matanya menyendu menatap Sanaya.

Sanaya tersenyum manis. "Aku udah sembuh, kok! Bang Kemal tenang aja."

Kemal mengelus pipi kiri gadis yang sudah dia anggap sebagai adiknya. "Jangan bohongin diri kamu sendiri, Nay."

Senyum Sanaya hilang, melebur entah kemana.

Gadis itu menunduk menatap kedua sepatu hitamnya.

Merasakan tubuhnya direngkuh seseorang, Sanaya mendongak. Dapat dia rasakan suara detak jantung normal Kemal di telinganya.

"Udah jangan sedih. Abang selalu doain kamu yang terbaik. Semangat!" Kemal memberi semangat.

Dibalik tubuh tegap Kemal, Sanaya mengulas senyum manis. Namun tersirat kesedihan disana. "Semangat!"

Kemal melepaskan rengkuhannya dari tubuh ringkih sang adik. "Oh, iya abang baru inget. Kamu sama Kris sekelas, kan?" Tanyanya ingin tahu.

Sanaya tersenyum cerah, seperti melupakan bahwa dia barusan menyendu. "Iya! Aku seneng banget, tau!" Ujarnya bersemangat.

Kemal terkekeh gemas. "Kalian jangan sampe berantem lagi, ya. Harus akur." Lelaki itu menasehati.

Gadis dihadapannya mengangguk.

Lelaki itu merasakan punggungnya memanas, dia merasa sedang diawasi. Kemal menoleh kearah belakang kanannya.

Dua buah pasang mata menatapnya nyalang. Kemal mengedipkan matanya berkali-kali, berharap bahwa kedua pasang mata itu salah melihat.

Namun tidak.

Kemal menatap Sanaya kembali. "Nay." Panggilnya. Sanaya mengangkat sebelah alisnya untuk menanggapi.

"Lihat kearah belakang, deh." Perintah Kemal.

Sanaya menurut. Gadis itu menatap kearah yang disuruh Kemal.

Setelah mengetahui, gadis itu melengos malas. Disana terdapat Vero dan Hera menatap Kemal garang. Namun setelah menatap Sanaya, kedua adik-kakak itu cengengesan, menyengir lebar.

"Oh, kenapa?" Tanyanya malas.

Kemal menyipitkan matanya curiga. "Kayaknya yang cowok itu suka sama kamu, deh."

Sanaya mengernyitkan dahinya jijik. "Dih, amit-amit."

"Kalo nggak mau kamu jadiin pacar, jadiin dia babu kamu aja. Mayan tuh kayaknya." Jelas Kemal songong.

Sanaya menganggukkan kepalanya. "Wah, boleh tuh. Selamat saran anda saya terima."

Setelahnya mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

***

Vero menghampiri Sanaya dikoridor. Lelaki itu mencolek dagu gadis disampingnya. "Halo cantik!" Sapanya riang.

Sanaya melirik Vero sekilas. "Halo juga burik!"

Vero merengut. "Dih, kok burik, sih? Gue hensem gini, juga!" Sewot Vero. Lelaki itu menyisir rambut bagian depannya kearah belakang.

Sanaya mengernyitkan dahinya jijik. Setelahnya gadis itu menatap Vero remeh. "Bahkan Kris lebih segalanya dari pada lo." Tudingnya.

Vero tersenyum kecut.

'Kris lagi?'

'Kris lagi?'

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


[ sab, 29 mei 2021 ]

[✔️] Vermilion Class : Hey, You! Come To MeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora