Part 13 : Promise (Gevano)

2.7K 356 39
                                    

Hai readers thankyou udah baca sampai part ini! Im sorry for late update. Aku sakit :( doakan cepet sembuh ya ✨

And i don't know why, readers dan votenya turun drastis. But i hope, ngga ada penurunan lagi kali ini, semangat!

Happy reading my best readers!

Eh wait! One more hehe kalau ada bahasa kasar / tindakan kekerasan jangan ditiru ya!

***

Bell pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Dan Gevano keluar dari ruang kelasnya sendirian. Tak ada Aury, karna tadi Aury pulang duluan dijemput kakaknya. Dan, inilah atmosfer yang Gevano rasakan. Gevano merasa ditatap oleh tatapan benci dan jijik.

Tak adil!

Pikirnya. Gevano merasa Gavin sudah diperlakukan tidak adil selama ini. Sementara Gevano dihormati banyak orang, Gavin direndahkan disekolahnya. Gevano tak percaya ini. Gevano kemudian memasang wajah dinginnya yang membuat pandangan sebagian orang melunak.

Tiba-tiba saja langkah Gevano terhenti begitu sampai di parkiran. Wajahnya mendadak berubah menjadi merah padam. Ban sepeda Gavin menghilang. Apa-apaan ini? Bagaimana caranya untuk pulang? Berjalan? Oh maaf, Gevano terlalu malas. Naik angkot? Tapi bagaimana sepedanya?!

Gevano mengedarkan pandangannya mencoba mencari sang pelaku. Tapi nihil tak ada yang mencurigakan sampai sebuah tangan merangkulnya. Gevano meliriknya dengan sorot mata yang tajam. Raga.

"Heh gagu, beliin gue rokok," ucap Raga.

"Lo mau ban sepeda lo gue balikin kan?" Tanya Raga sambil menyeringai.

Gevano menghempaskan tangannya. Selain karna kesal tapi percayalah, bau badan anak pulang sekolah itu sangat tidak enak. Raga sedikit terhentak kemudian mengangkat sebelah alisnya.

"Apa-apaan lo? Kesambet? Biasanya gue suruh guling-guling tengah jalan juga lo mau," ucapan Raga ini membuat Gevano bertambah kesal.

"Muka lo biasa aj-" belum selesai Raga bicara, Gevano mengacungkan jari tengahnya tepat didepan wajah Raga.

Raga terbelalak kemudian kakinya menendang kaki Gevano. Tapi bukannya Gevano yang limbung malah Raga yang kesakitan. Salah Raga, ia tak hati-hati sampai menendang Gevano dengan tulang keringnya.

Gevano tersenyum meremehkan kemudian mengangkat sepedanya. Raga yang bertambah kesal dengan cepat melayangkan tinjunya kearah Gevano. Namun, Gevano menjadikan sepeda sebagai tamengnya. Al hasil, Raga menonjok sepeda dan sudah tertebak. Tangannya memar.

"Anjing! Lo gagu sialan!" walaupun dengan keadaannya yang begitu. Raga masih tetap mengumpati Gevano.

Gevano berjalan dengan sedikit cepat. Bukan karna takut teman-teman Raga datang menyerangnya, Gevano diburu waktu. Gevano ingin bertemu Gavin. Terlebih ia harus jalan kaki membawa sepedanya. Akan sangat melelahkan. Gevano berharap, ia menemukan bengkel dijalan.

Belum selesai Gevano berdoa, ia sudah menemukan bengkel.

Doa anak soleh selalu terkabul.

Pikir Gevano.

"Gavin? Sepeda lo rusak lagi?" tanya seorang laki-laki yang kira-kira 3 tahun lebih tua dari Gevano. Ah, rupanya laki-laki itu mengenal Gavin. Gevano mengangguk saja.

"Diganggu si Raga?" tanya cowok itu, Gevano mengedikkan bahunya tak acuh.

"Tumben muka lo asem," demi apapun. Cowok itu sangat cerewet membuat Gevano mengingat kedua temannya.

SWEET REVENGEWhere stories live. Discover now