7 AM, The Bloody Clue

1K 290 130
                                    

Yeonjun mengeratkan pegangan pada ransel Taehyun di sebelah bahunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yeonjun mengeratkan pegangan pada ransel Taehyun di sebelah bahunya. Lanjut menyusuri lantai dua tanpa jeda istirahat yang cukup benar-benar menguras tenaga, apalagi sejak tadi Soobin sudah terang-terangan menguap. Sinar matahari yang menaik kala itu membuat Yeonjun tersadar dan menebak bahwa sekarang sudah hampir pukul tujuh pagi. "Ini sudah pagi."

"Dan kita tidak tidur semalaman, Hyung."

"Kau pikir, bagaimana kita bisa tidur saat tak menemukan para adik?!"

"Tapi jam tidurku tak pernah kurang dari lima jam, Hyung. Aku ngantuk sekali."

"Berhenti bertingkah manja," omel Yeonjun, mencebik pada sang lawan. "Mana yang lebih penting sekarang. Jam tidurmu atau keselamatan Hyuka?"

"Tentu saja keselamatan Hyuka!" sahut Soobin, kontan membesarkan mata yang tadinya sayu nyaris terpejam. "Kita harus semangat, Hyung! Kita mungkin sudah selangkah lebih dekat dengan mereka! Hiyah!" Soobin berjalan lebih dulu. Tangannya diposekan ala-ala superman yang terbang di lintasan langit biru.

Yeonjun hanya bisa menatap maklum. "Ckckck, anak itu sudah tertekan rupanya." Membasahi bibir, dan cepat mengedarkan pandangan lagi. Yeonjun makin penasaran; mengapa situasi pagi tetap terasa sesenyap ini di sini?

Yeonjun melangkah maju berniat menyusul Soobin yang sudah ada jauh di depan, tetapi ruangan kesehatan terasa sangat menariknya masuk. Lelaki itu melipat bibir dan mendekati UKS. Melongokkan wajah ke dalam, sebelum memantapkan niat untuk masuk sepenuhnya.

Well, ruangan itu kelihatan seperti UKS pada umumnya. Serba putih dengan pembatas gorden tipis di antara dua ranjang tunggal. Kosong. Tak ada siapa pun di sana.

Yeonjun menyentuh satu ranjang dengan sebelah tangan. Merasakan kehangatan yang familiar tengah bersentuhan dengan telapak tangan. Taehyun-ah, kau di sini?

Detik berikutnya, pancaran mentari yang menyorot samar dari jendela lebar membuat Yeonjun lagi-lagi tertarik mendekat. Tadinya iseng hendak mengecek situasi luar yang mungkin dapat mendatangkan bala bantuan, tetapi yang ditemukannya sama sekali terasa irasional untuknya; itu sepi bagaikan tak ada satu pun makhluk hidup menempati pemukiman sekitar lokasi gedung sekolah. Tidak mungkin. Maksud Yeonjun, ke mana perginya semua orang? Bukankah seharusnya semua orang akan beraktifitas? Apakah anak sekolah diliburkan?

"Hyung!" Seruan Soobin menyentak Yeonjun, dan pemuda itu buru-buru menyusul.

"Ada apa?" Yeonjun berlari ke arahnya.

Soobin memberikan lirikan sekilas. Lalu menunjuk pada jejak darah mengering terarah pada satu ruangan tertutup. Tulisan di atas pintunya; library.

"Sesuatu yang buruk mungkin terjadi di perpustakaan itu."

Yeonjun menggeleng. Tidak percaya. "Tidak mungkin. Ini sekolah. Apa yang harus terjadi sampai di sini harus ada darah, dan—"

"Hyung, kita harus mengeceknya," ujar Soobin yang sebenarnya tengah menyembunyikan kepalan tangan gemetar. "Lebih baik kita berharap kalau hal buruk itu bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan nasib adik-adik kita."

***

Hangat. Tapi, dingin.

Terus apa maunya? Hangat atau dingin? Taehyun mengenyit. Seumur hidupnya, baru kali ini Taehyun merasakan suatu suhu bisa demikian membingungkan. Cahaya atau pun sinaran matahari ini—rasanya aneh, rasanya samar. Dan itu jugalah yang membuat Taehyun membuka sepasang netra, lantas menemukan dirinya dan Hyuka ketiduran di ranjang yang sama. "Hyuka-ya!" panggilnya, mengejutkan.

"Astaga, Tae. Ada apa?" Hyuka cepat-cepat mengucek mata. Lalu, menatap protes akibat cara membangunkan temannya itu yang seperti tak punya hati. "Bisa bangunkan dengan sedikit lebih santai?"

Taehyun cepat menyengir. "Hehe, maaf. Perasaanku sangat tidak enak, dan aku takut kalau harus bangun sendirian," ungkapnya jujur, dan Hyuka balas mencebik padanya.

"Ckck, kau ini. Lagipula ini sudah pagi, tahu! Sudah tidak seseram yang semalam, 'kan?"

"Oh, tiba-tiba aku bersyukur kita ketiduran."

"Ya, kita pasti ketiduran karna kelelahan," balas Hyuka, dan detik selanjutnya mereka sama-sama terdiam. "Eh, tunggu." Mereka saling berpandangan, kemudian menyahut serentak seolah bisa saling membaca pikiran masing-masing.

"Ini sudah pagi!"

Taehyun langsung berdiri, sedangkan Hyuka hanya bisa menunggu di posisi sebab kaki yang masih terasa nyeri. "Tapi, tidak ada seorang pun di luar, Hyuka! Tak ada siapa pun!" panik Taehyun ketika berhasil mencapai jendela. Anak itu lantas memukul-mukul jendela tersebut agak beremosi. "Tolong! Aku hanya mau keluar dari sini! Bebaskan kami! Seseorang keluarkan kami!"

Hyuka membuang napas, mereka berdua sudah mau menangis rupanya. "Jadi, bagaimana? Tidak ada harapan keluar meskipun sudah pagi?"

Taehyun berbalik lambat, raut wajahnya menyedihkan sementara isi kepalanya makin kalut. "Aku tidak tahu. Sekarang, aku takut sekali," ujarnya setengah bergumam, dan balik berjalan ke arah ranjang. "Mungkin sekarang ... kita hanya bisa berharap pada para Hyung agar mencari dan cepat menemukan kita."

Masih enggan mengangkat wajah yang masih mematri raut kehilangan harapan, Hyuka pun menyahut sekenanya. "Tapi yang terpenting ... apakah mereka bahkan tahu kalau kita di sini?"

Mereka pun menangis detik itu juga.

[✓] 24 HOURS : To Get You OutWhere stories live. Discover now